--> MAKALAH TENTANG : PANDANG ISLAM TERHADAP KEBUDAYAAN | KUMPULAN MAKALAH

Berbagi Tugas Sekolah Makalah dan Referensi

Friday, March 24, 2017

MAKALAH TENTANG : PANDANG ISLAM TERHADAP KEBUDAYAAN

| Friday, March 24, 2017
                                                                KATA PENGANTAR

       Puji syukur kehadirat ALLAH SWT kami panjatkan, karena dengan limpahan rahmat taufiq dan hidayahnya kami bisa menyelesaikan tugas kelompok yang berjudul "Pandangan Islan Terhadap Kebudayaan".
         Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam pengerjaan makalah ini. Kepada teman-teman yang membantu memberi masukan dukungan dan sumbangan pikiran kepada kamiatas terselesainya makalah ini.
         Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan apabila ada kritik atau pun saran dari pembaca kami mengucapkan terimakasih dan akan kami evaluasi lagi, karena kritik dan saran dari pembaca bias menyempurnakan makalah ini.
        Kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam makalah ini besar harapan kami adalah semoga makalah ini dapat bermanfaat

                                                                       BABI
                                                            PENDAHULUAN


           Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah. Merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture. Berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa juga diartikan mengolah tanah atau bertani. Kata culture, juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
         Kemusyrikan yang sudah diredam itu adalah ruwatan. Sebelum tahun 1990-an, kegiatan ruwatan jarang sekali terdengar dan sudah terkubur. Tetapi sejak tahun 2000, terutama pada saat pemerintahan Abdurrahman Wahidalias Gus Dur, acara ruwatan muncul kembali. Konon menurut informasi yang beredar, Gus Dur pun diruwa oleh seorang paranormal bernama Romo Bahkan di universitas ternama, seperti Universitas Gajah Mada pun melakukan ritual ruwat yang diberi nama Ruwatan Bangsa

                                                                   BAB II
                                                           PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan
         Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: " budaya" adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang kebudayaan" adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
          Secara umum arti kebudayaan ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah suatu pemikiran manusia yang dilaksanakan dalam bentuk perbuatan. Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.
      Untuk memudahkan pembahasan, Ernst Casirer membagi kebudayaan menjadi lima aspek : 1. Kehidupan Spiritual, 2, Bahasa dan Kesusastraan, 3. Kesenian, 4. Sejarah dan 5. Ilmu Pengetahuan.

B.Kebudayaan dalam Islam
       Islam tidak bisa dianggap kebudayaan karena Islam bukan hasil dari pemikiran dan ciptaan manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tetapi agama-agama (yang telah banyak mengalami perubahan) selain Islam memang kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan dan daya pemikiran manusia
      Walaupun bukan kebudayaan tetapi agama islam sangat mendorong, bahkan turut mengatur penganutnya untuk berkebudayaan. Agama Islam
         Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa bentuk sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang benar-benar dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam.
Jika ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju, Dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun. Semakin banyak umat Islam mengamalkan hukum Islam, semakin banyak kemajuan dihasilkan dan semakin banyak pula kebudayaan atau tamadun Islam yang lahir.

C. Wujud / Bentuk Kebudayaan Islam
 Bentuk atau wujud kebudayaan Islam dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.    Wujud Ideal (gagasan)
     Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan yang sifatnya abstrak. Wujud kebudayaan ini terletak di dalam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan idealitu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
 Kebudayaan Islam yang berwujud ideal diantaranya:
 a. Pemikiran di bidang hukum Islam muncul ilmu fiqih
 b. Pemikiran di bidang agama muncul ilmu Tasawuf dan ilmu tafsir
 c. Pemikiran di bidang sosial politik muncul sistem khilafah Islam (pemerintahan Islam) yang diprakarsai oleh  Nabi Muhammad dan diteruskan oleh Khulafaurrosyidin
 d. Pemikiran di bidang ekonomi muncul peraturan zakat, pajakjizyah (pajak untuk non Muslim), pajak Kharaj (pajak bumi), peraturanghanimah (harta rampasan perang)
e. Pemikiran di bidang ilmu pengetahuan muncul ilmu sejarah, filsafat, kedokteran, ilmu bahasa dan lain-lain.

2.   Wujud Aktivitas
     Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dapat diamati dan didokumentasikan.
 Kebudayaan Islam yang berwujud aktivitas adalah sebagai berikut:
a. Pemberlakuan hukum Islam seperti potongtangan bagi pencuri dan hukum rajam bagi pezina
b. Penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam pada masa Dinasti Umayyah (masa khalifah Abdul Malik bin Marwan) memunculkan gerakan ilmu pengetahuan dan penterjemahan ilmu-ilmu yang berbahasa Persia dan Yunani ke dalam bahasa Arab, Gerakan ilmu pengetahuan mencapai puncaknya pada masa Dinasti Abbasiyah, dimana kota Baghdad dan Iskandariyah menjadi pusat ilmu pengetahuan ketika itu.
3. Wujud Artefak (benda)
       Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraha, dilihat, dan didokumentasikan, Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Contoh kebudayaan Islam yang berbentuk hasil karya di antaranya: seni ukiran kaligrafi yang terdapat di masjid-masjid, arsitektur-arsitektur masjid dan lain sebagainya."
 Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. 
Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
 Contoh Kebudayaan Islam lainnya adalah sebagai berikut:
a. Di bidang Seni : Syair, Kaligafi, Hikayat, Suluk, Babad, Tari Saman, tari Zapin,
b. Dibidang Fisik:Masjid, Istana, Keraton, Di Bidang Pertunjukan:Sekaten, Wayang Hadrah, Qasidah,
d. Dibidang Tradisi Aqiyah, Khitanan, Halal Bihalal, Sadranan, Beranzi

D.Akulturasi Kebudayaan Indonesia dan Kebudayaan Islam
         Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami prosesakulturasi (proses bercampurnya dua atau lebih kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
       Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.
        Salah satu hasil akulturasi kebudayaan tersebut dapat kita lihat pada beberapa bangunan masjid yang ada di Indonesia yang atapnya bersusun semakin ke atas semakin kecil dari tingkatan paling atas berbentuk limas. Jumlah atapnya ganjil 1, 3 atau 5. Hal itu menunjukkan bahwa bangunan masjid tersebut adalah hasil dari penggabungan kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Islam

E.Konsep Kebudayaan Islam
        Secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal, budi,mciptarasa, karsa, dan karya manusia. Kebudayaan pasi tidak lepas dari nialai-nilai ketuhanan.
       Kebudayaan yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang universal berkembang menjadi peradaban. Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Disini agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradabatau berperadaban Islam.
      Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilainilai ketuhanan atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama di sini semakinjelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan persoalannya sendiri, disini sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan wahyu.
Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat sebagai Rasul adalah menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam. Mengawali tugas utamanya, Nabi meletakkan dasardasarkebudayaan Islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban Islam.
       Ketika dakwah Islam keluar dari jazirah Arab, kemudian tersebar keseluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi (penyesuaian) budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai Islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.

F.Prinsip-prinsip Kebudayaan Islam
        Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan membawa mudarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
        Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwaiisi Undang-undang Dasar Negara Indonesia pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : " Usaha kebudayaan harus menuju ke arah kemajuan adah, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
 Dari situ, Islam telah membagi budaya menjaditiga macam.
Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam, seperti : kadar besar kecilnya mahar dalam pernikahan di kalangan masyarakat Aceh, misalnya keluarga wanita biasanya menentukan jumlah maskawin sekitar 50-100 gram emas.
Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam. Contoh yang paling jelas adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji dengan cara-cara yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti thowaf di Ka'bah dengan telanjang
Ketiga : Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam, Seperti, budaya ngaben "yang dilakukan oleh masyarakat Bali.

G.Sejarah Intelektual Islam

        Diskusi sains dan Islam ada baiknya dimulai dari satu peristiwa monumental yang menandai lahirnya sains modern, yakni Revolusi Ilmiah pada abad ke 17 di Eropa Barat yang menjadi "cikal bakal" munculnya sains moderns sebagai sistem pengetahuan universal. Dalam historiografi sains, salah satu pertanyaan besar yang selalu menjadi daya tarik adalah: Mengapa Revolusi ilmiah tersebut tidak terjadi di peradaban Islam yang mengalami masa kejayaan berabadabad sebelum bangsa Eropa membangun sistem pengetahuan mereka?
      Sekarang mari kita menengok ke sejarah yang lebih awal tentang peradaban Islam dan sistem pengetahuan yang dibangunnya. Catatan A.I. Sabra dapat kita jadikan salah satu pegangan untuk melihat kontribusi peradaban Islam dalam sains. Dalam pengamatannya, peradaban Islam memang mengimpor tradisi intelektual dari peradaban Yunani Klasik. Tetapi proses ini tidak dilakukan begitu saja secara pasif melainkan dilakukan melalui proses penyesuaian dengan nilainilai Islam. Dengan demikian peradaban Islam mampu mengambil mengolah, dan memproduksi suatu sistem pengetahuan yang baru, unik, dan terpadu yang tidak pernah ada sebelumnya.
        Ada dua hal yang dicatat Sabra sebagai kontribusi signifikan peradaban Islam dalam sains. Pertama adalah dalam tingkat pemikiran ilmiah yang diilhami oleh kebutuhan dalam sistem kepercayaan Islam. Penentuan arah kiblat secara akurat adalah salah satu hasil dari konjungsi ini
      Kedua dalam tingkat institusionalisasi sains. Sabra merujuk pada empat institusi penting bagi perkembamngan sains yang pertama kali muncul dalam peradaban Islam, yaitu rumah sakit, perpustakaan umum, sekolah tinggi, dan observatorium astronomi. Semua kemajuan yang dicapai ini dimungkinkan oleh dukungan dari penguasa pada waktu itu dalam bentuk pendanaan dan penghargaan terhadap tradisi ilmiah.
       Lalu mengapa sains dalam peradaban Islam tidak berhasil mempertahankan kontinyuitasnya, gagal mencapai titik Revolusi Ilmiah, dan justru mengalami penurunan' Salah satu tesis yang menarik datang dari Aydin Sadili. Seperti dijelaskan di atas bahwa keunikan sains dalam Islam adalah masuknya unsur agama dalam sistem pengetahuan. Tetapi, menurut Sadili, disini jugalah penyebab kegagalan peradaban Islamin mencapai Revolusi Ilmiah. Dalam asumsi Sadili, tradisi intelektual Yunani Klasik yang diwarisi oleh peradaban Islam baru dapat menghasilkan kemajuan ilmiah jika terjadi proses rekonsiliasi dengan kekuatan agama. Rekonsiliasi antara sains dan agama tersebut terjadi di peradaban Eropa, tetapi tidak terjadi diperadaban Islam."

H. Masjid sebagai Pusat Kebudayaan Islam
         Masjid pada umumnya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti shalat padahal fungsi masjid lebih luas dari itu. Pada zaman Rasulullah, masjid berfungsi sebagai pusat peradaban. Nabi mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajar Al-qur'an dan Al-hikmah, bermusyawarah berbagai permasalahan umat hingga masalah upaya-upaya peningkatan kesejahteraan umat Dan hal tersebut berjalan hingga 700 tahun. Sejak Nabi mendirikan masjid yang pertama, fungsi masjid dijadikan simbol persatuan umat dan masjid sebagai pusat peribadatan dan peradaban.
         Sekolah-sekolah dan universitas-universitas kemudian bermunculanjustru dari masjid. Masjid Al Azhar di Mesir merupakan salah satu contoh yang dapat dikenal oleh umat Islam di Indonesia maupun dunia. Masjid ini mampu memberikan bea siswa bagi para pelajar dan mahasiswa bahkan pengentasan kemiskinan merupakan program nyata masjid.
       Pada saat ini kita akan sangat sulit menemukan masjid yang memiliki program nyata di bidang pencerdasan keberagamaan umat Kita (mungkin) tidak menemukan masjid yang memiliki kurikulum terprogram dalam pembinaan keberagamaan umat Terlebih-lebih lagi masjid yang menyediakan beasiswa dari upaya pengentasan kemiskinan.
         Dalam perkembangan berikutnya muncul kelompok-kelompok yang sadar untuk mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya. Kini mulai tumbuh kesadaran umat akan pentingnya peranan masjid untuk mencerdaskan mensejahterakan jamaahnya. Menurut ajaran Islam masjid memiliki dua fungsi utama yaitu : (1) sebagai pusat ibadah ritual, dan (2) berfungsi sebagai pusat ibadah sosial. Dari kedua fungsi gersebut titik sentralnya bahwa fungsi masjid sebagai pusat pembinaan umat Islam.

I.Perkembangan Kebudayaan Islam
       Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad adalah hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh umat manusia.dikerjakanya (mereka berdoa). "Ya Tuhan Kami, janganlah Engka hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah Ya Tuhan Kam, janganlah Engka bebankan kepada Kami beban yang berat sebagaimana Engka bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan Kam, janganlah Engka pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya beri ma'uflah kami ampunilah kami dan rahmatlah kami. Engkaulah penolong Karmi, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir." (Qur'an,2:286)

J. Nilai-nilai Islam dalam Budaya Indonesia
          Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam lahir dan berkembang dari negeri Arab, maka Islam yang masuk ke Indonesia tidakterlepas dari budaya Arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah Islam ke Indonesia dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran Islam dan mana budaya Arab, Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang ditampilkan oleh orang arab dengan perilaku ajaran Islam. Seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang arab itu semua mencerminkan ajaran Islam, bahkan hingga kini budaya arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia.
        Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para da’i mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali ditanah jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan seharihari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti dalam upacara-upacara ada dan dalam penggunaan bahasa sehari-hari Bahasa al-Qur'an arab sudah banyak masuk kedalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia yang baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran islam.

                                                                   BAB III
                                                             KESMPULAN

          Secara umum arti kebudayaan ialah suatu hasil daya pemikiran dan pemerahan tenaga lahir manusia, ia adalah gabungan antara tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan tenaga batin dan tenaga lahir manusia Yang dimaksudkan gabungan antara tenaga batin (daya pemikiran) dengan tenaga lahir ialah suatu pemikiran manusia yang dilaksanakan dalam bentuk perbuatan. Maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan kebudayaan.
        Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia, para da’i mendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali ditanah jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran islam dengan bahasa budaya setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan seharihari mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti dalam upacara-upacara ada dan dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa al-Qur'an arab sudah banyak masuk kedalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia yang baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran islam

                                                             DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir, Muhammad 2005. Ilmu social Budaya Dasar Bandar Lampung Anggota IKAPI
Gazalba, Sidi. 1989, Masyarakat Islam Pengantar Sosiologji dan Sosiografi, Jakarta: PT Bulan Bintang
Munhoha dkk. 1998, Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta: UI Press.
Sudrajat Ajat dkk 2009. Din Al-Islam Pendidikan agama Islam di Perguruan Tingga Umnum, Yogyakarta: UNY Press.
Sujarwa 1998, Manusian dan Fenomena Budaya, Yogyakarta: Pustaka Fajar
Syam, Nur 2005. Islam Pesisir, Yogyakarta. LKS Yogyakarta.

Related Posts

No comments:

Post a Comment