--> MAKALAH TENTANG : PELAKU DOSA BESAR, IMAN DAN KUFUR | KUMPULAN MAKALAH

Berbagi Tugas Sekolah Makalah dan Referensi

Saturday, March 25, 2017

MAKALAH TENTANG : PELAKU DOSA BESAR, IMAN DAN KUFUR

| Saturday, March 25, 2017
                                                                Kata Pengantar

       Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah taufik, dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga saya bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini kami beri judul "Pelaku Dosa Besar, iman dan Kufur" dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya pelaku dosa besar, iman dan kufur menurut pandangan umatislam dalam berbagai aliran.
     Sholawat serta salam semoga tetap tereurahkan kepada junjungan kita Revolusi Akbar Nabi Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak dihari kiamat.
      Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen Pmebimbingan yang telah banyak memberikan arahan dan juga bimbingan kepada penulis sehingga penulis tetap bersemangat dalam belajar dan beraktivitas sehari-hari.
      Dan penulis ucapkan juga terima kasih kepada sahabat-sahabat yang telah banyak berpartisipasi dalam penulisan makalah ini.
     Penulis memohon ma’af jika terdapat kesalahan-kesalahan baik itu kesalahan dalam penulisan maupun susunan kalimat yang kurang tepat, dan juga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.
     Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi pembaca. Amiiin...
Padangsidimpuan, 17 Mei 2015

                            PERBANDINGAN ANTARA ALIRAN IMAN DAN KUFUR

A. Pendahuluan

        Ilmu kalam sebagaimana diketahui membahas ajaran-ajaran dasar dari suatu agama. Di dalam ilmu kalam itu terdapat subbahasan tentang perbandingan antara aliran-aliran serta ajaran-ajarannya. Dari perbandingan antar aliran ini kita dapat mengetahui, menela'ah dan membandingkan antar paham aliran satu dengan aliran yang lain. Sehingga kita memahami maksud dari segala polemik yang ada.
Persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir dalam artian siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Persoalan ini kemudian menjadi perbincangan aliran-aliran kalam dengan konotasi yang lebih umum, yakni status pelaku dosa besar Kerangka berpikir yang digunakan tiap-tiap aliran ternyata mewarnai pandangan mereka tentang status pelaku dosa besar.
         Selain itu persoalan yang juga timbul dalam teologi Islam adalah masalah iman dan kufur. Persoalan itu muncul pertama kali oleh kaum Khawari tatkala mencap kafir sejumlah tokoh sahabat Nabi SAW yang dipandang telah berbuat dosa besar, antara lain Ali bin Abi Thalib, Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Abu Musa Al-Asy'ari, Amr bin Al-Ash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, dan Aisyah, istri Rasulullah SAW.
       Pernyataan teologis itu selanjutnya bergulir menjadi bahan perbincangan dalam setiap diskursus aliran-aliran teologi Islam yang tumbuh kemudian, termasuk aliran Murji'ah Aliran lainnya, seperti Mu'tazilah, Asy'ariyah, dan Maturidiyah turut ambil bagian dalam polemik tersebut. Malah tak jarang di dalam tiap-tiap aliran tersebut terdapat perbedaan pandangan di antara sesama pengikutnya.
       Untuk itu disini penulis akan coba paparkan sedikit mengenai permasalahan antara perbandingan aliran-aliran ilmu kalam yang berhubuangan dengan pemahaman mengenaiman dan kufur.

B. Pengertian Iman dan Kufur
       Jika dilihat dari asal bahasa kata iman berasal dari bahasa arab yang berarti membenarkan dan dalam bahasa Indonesia kata iman berarti percaya yaitu sebuah kepercayaan dalam hati dan membenarkan bahwa adanya Allah SWT itu benarbenarada serta membenarkan dan mengamalkan semua yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan mempercayai Rasul-Rasul sebelumnya. Iman merupakan inti dasar dari sebuah peribadatan tanpa adanya keimanan sangat mustahil seseorang dapat membenarkan adanya Tuhan.
Menurut pendapal-pendapat ulama fiqih bahwa iman merupakan sebuah Tasdi di dalam hati hal tersebut yaitu menurut, antara lain:
1. Menurut Abu Abdullah bin Khafif Ilman adalah sebuah pembenaran hati terhadap sesuatu yang telah dijelaskan oleh Al Haq (Allah) tentang masalah-masalah yang gaib
2. Menurut Abdullah At Tustari Bahwa iman adalah merupakan kesaksian Al-haq dalam. Karena jika Allah di pandang dengan penglihatan tanpa pembatas dan jika dengan pengetahuan tanpa berakhir.
        Menurut Hasan Hanafi, setidaknya ada empat istilah kunci biasanya dipergunakan oleh para theology Muslim dalam membicarakan konsep iman, yaitu :
 l Ma'rifah bi al-al; mengetahui dengan akal
2. Amal; perbuatan baik atau patuh
3. Igrari; pengakuan secara lisan dan
4. Tasdiq; membenarkan dalam hati
        Dari pendapat para ulama tersebut dapat disimpulkan bahwa iman merupakan hal yang bersangkutan dengan hati. Semua hal-hal yang gaib seperti Tuhan, sifat-sifatnya, akhirat, takdir, rejeki, dan sebagainya merupakan sebuah pembenaran dan kepercayaan hati. Jika dipahami secara mendalam iman mempunyai hubungan yang sangat erat kaitannya dengan amaliyah-amaliyah atau perbuatan. Amaliyah-amaliyah atau perbuatan merupakan tolak ukur keimanan seseorang.
       Jika seseorang melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikan dirinya dekat dengan Allah, maka dapat dipastikan bahwa seseorang tersebut beriman kepada Allah yaitu dengan menjalankan syarat-syariatnya yang dibawakan oleh Nabi Muhammad Saw.
       Kufur dalam pengertian bahasa arab berarti menyembunyikan dan menutup. Orang arab menyebut "malam itu kafir, karena malam menyembunyikan sesuatu. Mereka juga menyebut "petani" dengan kata kafir karena petani menutup benih dalam tanah.” Adapun menurut syara', kufur dibedakan menjadi dua, yaitu kufuraqidah yang berarti mengingkari dengan apa yang wajib dimani dan kufurnikmat yang artinya mengingkari bahwa nikmat yang diterima bukan dari sang Kholiq.

C. Perbandingan Antar Aliran Mengenai Iman dan Kufur
1.Aliran Khawarij

       Khawari menetapkan dosa itu hanya satu macamnya, yaitu dosa besar agar dengan demikian orang Islam yang tidak sejalan dengan pendiriannya dapat diperangi dan dapat dirampas harta bendanya dengan dalih mereka berdosa dan setiap yang berdosa adalah kafir. Mengkafirkan Ali Utsman, orang-orang yang terlibat dalam perang lamal dan orang-orang yang rela terhadap tahkim dan mengkafirkan orang-orang yang berdosa besar dan wajib berontak terhadap penguasa yang menyeleweng.
     Dalam pandangan Khawarij, iman tidak semata-mata percaya kepada Allah. Mengerjakan segala perintah kewajiban agama juga merupakan bagian dari keimanan. Dengan demikian, siapapun yang menyatakan dirinya beriman kepada Allah dan mengakui Muhammad adalah Rasul-Nya, tetapi tidak melaksanakan kewajiban agama dan malah melakukan perbuatan dosa, ia dipandang kafir oleh Khawari.
Iman menurut Kwahari bukanlah tahdig Dan iman dalam arti mengetahui pun belumlah cukup. Menurut Abd Al-jabbar, orang yang tahu
        Tuhan tetapi melawan kepadanya, bukanlah orang yang mukmin, dengan demikian iman bagi mereka bukanlah tasÄ¥adig, bukan pula ma'rifah tetapi amal yang timbul sebagai akibat dari mengetahui Tuhan tegasnya iman bagi mereka adalah pelaksanaan perintah-perintah Tuhan.

2. Aliran Murji'ah
       Menurut subsekte Murji'ah yang ekstrim, mereka berpandangan bahwa keimanan terletak di dalam kalbu. Oleh karena itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah agama tidak berarti menggeser atau merusak keimanannya bahkan keimanannya masih sempurna dalam pandangan Tuhan.
        Sementara yang dimaksud Murji'ah moderat adalah mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir. Meskipun disiksa di neraka, ia tidak kekal didalamnya bergantung pada dosa yang dilakukannya. Ciri khas mereka lainnya adalah dimasukkannya iqrar sebagai bagian penting dari iman disamping tashdi (ma'rifah.
        Jika dilihat dari paham-paham golongan ini mengenai iman dan kufur, Murji'ah bisa di kategorikan sebagai paham antagonis dari Khawarij, Khawari yang menekankan pemikirannya pada masalah siapa yang dianggap kafir, sedangkan Murji'ah menekankan pada paham mengenai siapakah yang di anggap masih mukmin dan masih dalam keadaan Islam.
       Selain itu Khawari yang menitik beratkan iman pada perbuatan seseorang, maka Murji'ah tidak menyangkut-pautkan iman dengan perbuatan seseorang, dengan kata lain menurut Murji'ah iman tidak di lihat dari perbuatan baik atau buruknya seseorang.
         Golongan yang mengaku berada di posisi netral di antara golongan khawarij dan Syiah ini berpendapat bahwa iman seseorang tidak hilang lantaran dosa besar yang di lakukannya. Menurut mereka dan sesuai dengan nama Murji'ah yang berasal dari kata (aja ah ) yang berarti menunda berpendapat bahwa apapun persoalan dosa besar yang mereka buat itu ditunda penyelesainnya kehari perhitungan kelak.
        Pandangan iman menurut Murji'ah adalah mengakui tiada Tuhan selain Allah SWT. Dan bahwa Nabi Muhammad SAW. Adalah Rasulnya. Dan selama seseorang masih mempercayai dan mengakui tiada Tuhan selain Allah SWT. Dan Nabi Muhammad SAW. Adalah utusannya, meskipun telah melakukan dosa besar orang tersebut masih tetap mukmin dan bukan kafir ini merupakan kesimpulan logis dari pendirian bahwa yang menentukan mukmin atau kafirnya seseorang hanyalah kepercayaan atau imannya dan bukan perbuatan atau amalnya.
          Dalam perkembangannya Murji'ah digolongkan menjadi dua: subsekte ekstrim dan subsekte moderat, yang akan di delaskan secara umum di bawah ini. 

a.    Murji'ah Ekstrim
        Murji'ah Ekstrim meliputi berbagai macam subsekte, yang di golongkan menjadi Murji'ah Ekstrin adalah golongan Murji'ah yang sangat dominan mengatakan bahwa iman sama sekali tidak di pengaruhi oleh perbuatan, mereka mengatakan bahwa iman semata-mata hanya di dalam hati, walaupun lidah dan perbuatan mengatakan tidak percaya kepada Allah SWT. Tapi dikembalikan lagi pada hati orang itu sendiri, maka hatiadalah semata-mata penentu iman seseorang.
     Seperti golongan al-Jahmiyah, golongan ini mengatakan bahwa Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena iman dan kufur tempatnya hanyalah dalam hati, bukan bagian lain dari tubuh manusia, bahkan mereka mengatakan bahwa orang-orang yang menyembah berhala, menjalankan ajaran-ajaran yahudi atau agama kristen dengan menyembah salib, mengatakan percaya dengan rinity dan kemudian mati. Orang demikian bagi Allah SWT. Tetap merupakan seorang Mukmin yang sempurna imannya, selama masih mempercayai Allah SWT. Dalam hatinya.
        Menurut subsekte Murji'ah Ekstrim apapun ucapan tidak selamanya menggambarkan apa yang ada di dalam kalbu, hal itu yang membuat kelompok Murji'ah ekstrim mengatakan bahwa seseorang masih sempurna imannya apabila dalam hati masih mempercayai Tuhan walaupun perbuatannya telah menyimpang dari kaidah-kaidah agama.

b.    Murji'ah Moderat

        Pada dasarnya golongan Murji'ah moderat tidak jauh berbeda dengan golongan Murji'ah ekstrim, yang membedakan adalah: iman selain di dalam hati (tashadiq), ia juga disertai dengan lisan (iqraar).
 Golongan ini berpendapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan tidak kekal di dalam neraka, tetapi akan di hukum di dalam neraka sesuai dengan besarnya dosa yang di lakukannya, dan ada kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya, oleh karena itu tidak akan masuk neraka sama sekali.
        Abu Hanifah di kategorikan masuk pada paham golongan moderat, adapun definisi iman menurut Abu Hanifah sebagai berikut: iman adalah pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan, tentang Rasul-Rasul-Nya dan tentang segala apa yang datang dari Tuhan dalam keseluruhan dan tidak dalam perincian; iman tidak mempunyai sifat bertambah atau berkurang dan tidak ada perbedaan antara manusia dalam haliman.

3. Aliran Mu'tazilah
        Seluruh pemikir Mu'tazilah sepakat bahwa amal perbuatan merupakan salah satu unsur terpenting dalam konsep iman. Aspek penting lainnya dalam konsep Mu'tazilah tentang iman adalah apa yang mereka identifikasikan sebagai ma’rifah (pengetahuan dan akal). Ma’rifah menjadi unsur penting dari iman karena pandangan Mu'tazilah yang bercorak rasional. Disini terlihat bahwa Mu'tazilah sangat menekankan pentingnya pemikiran logis atau penggunaan akal bagi keimanan. Harun Nasution menjelaskan bahwa menurut Mu'tazilah, segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantaraan akal dan segalakewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam.
        Pandangan Mu'tazilah seperti ini, menurut Toshihiko Izutsu, pakar teologi Islam asal Jepang, menyatakan pendapatnya bahwa hal ini sarat dengan konsekuensi yang cukup fatal Hal ini karena hanya para mutakalim (teolog) saja yang benar-benar dapat menjadi orang yang beriman, sedangkan masyarakat awam yang mencapai jumlah mayoritas tidak dipandang sebagai orang yang benar-benar beriman (mukmin).
Ilman adalah tashdiq di dalam hati, ikrar dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan konsep ketiga ini mengaitkan perbuatan manusia dengan iman, karena itu, keimanan seseorang ditentukan pula oleh amal perbuatannya. Konsep ini dianut pula oleh Khawarij.

4. Aliran Asy'ariyah
         Agak pelik untuk memahami iman yang diberikan oleh Abu Al-Hasan AlAsy'ari sebab, di dalam karya-karyanya seperti Maqalat, Al-Albanah, dan AlLuma, ia mendefinisikan iman secara berbeda-beda. Dalam magalat dan AlIbanah disebutkan bahwa iman adalah gawi dan amal dan dapat bertambah serta berkurang. Dalam Al-Luma, iman diartikannya sebagai tashdiq bi Allah. Argumentasinya, bahwa kata mukmin seperti disebutkan dalam Al-Quran surat Yusuf ayat7 memiliki hubungan makna dengan kata sadiqin dalam ayat itu juga. Dengan demikian, menurut Al-Ary'ari, iman adalah tashdiq bi alqalb (membenarkan dengan hati). Di antara definisi iman yang diinginkan Al-Asy'ari dijelaskan oleh Asy-Syahrastasi, salah seorang teolog Asy'ariyah. Asy-Syahrastani menulis:
        "Al-Asy'ari berkata: ". iman adalah Iashdie bi aljanan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan mengatakan (gawi) dengan lisan dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bi al-arkan) hanyalah merupakan cabangcabang iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan keesaan Tuhan dengan kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusanNya beserta apa yang mereka bawa darinya, iman orang semacam itu merupakan iman yang sahih
          Dan keimanan seorang tidak akan hilang kecuali jika ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut. Jadi, bagi Al-Asy'ari dan juga Asy'ariyah, persyaratan minimal untuk adanya iman hanyalah tashdiq, yang jika diekspresikan secara verbal berbentuk syahadatain.
        Menurut aliran ini, dijelaskan oleh Asy-Syahrastani, iman secara esensial adalah tashdiq bil aljanan (membenarkan dengan kalbu). Sedangkan qawi dengan lesan dan melakukan berbagai kewajiban utama (amal bi arkan) hanya merupakan furu' (cabang-cabang) iman. Oleh sebab itu, siapa pun yang membenarkan ke-Esaan Allah dengan kalbunya dan juga membenarkan utusan-utusan-Nya beserta apa yang mereka bawa dari-Nya, iman secara ini merupakan sahih. Dan keimanan seseorang tidak akan hilang kecuali ia mengingkari salah satu dari hal-hal tersebut. Jadi Asy-Syahrastani menempatkan ketiga unsur iman yaitu tashdiq, gawl, dan amal pada posisinya masing-masing.

5.Maturidiyah
        Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah Samarkand berpendapat bahwa iman adalah Tashdi bi al-qalb, bukan semata-mata iqrar bi al-lisan Pengertian ini di kemukakan oleh Al-Maturidi sebagai bantahan terhadap AlKaramiyah, salah satu Sub sekte Murji'ah, ia beragumentasi dengan ayat AlQur'an Surah Al-Hujrat ayat 14.
       Ayat tersebut dipahami sebagai Maturidiyah sebagai penegasan bahwa keimanan itu tidak cukup hanya dengan perkatan, tanpa di lamani oleh pula kalbu, Apa yang di ucapkan oleh lidah dalam bentuk pernyataan iman, menjadi batal bila hati tidak mengakui ucapan lidah, al-Maurid tidak berhenti sampai di situ. Menurutnya, fashdi seperti yang dipahami di atas, harus diperoleh dari Ma'rifah Iashdi hasil dari Ma'rifah ini di dapatkan melalui penalaran akal, bukansekedar berdasarkan wahyu. Lebih lanjut, maturiidi berdasarkan pandangannya pada dalil naqli surat Al-Baqarah ayat 260. Menurut Al-Maturdi iman adalah tashdi yang berdasarkan ma'rifah.
        Meskipun demikian, ma'rifah menurutnya sama sekali bukan esensi iman, melainkan faktor penyebab kehadiran iman.
       Mauridiyah Bukhara mengembangkan pendapat yang berbeda. AlBazdawi menyatakan bahwa iman tidak dapat berkurang, tetapi bisa bertambah dengan adanya ibadah-ibadah yang dilakukan. Al-Bazdawi menegaskan hal tersebut dengan membuat analogi bahwa ibadah-ibadah yang dilakukan berfungsi sebagai bayangan dari iman. Jika bayangan itu hilang. esensi yang digambarkan oleh bayangan itu tidak akan berkurang. Sebaliknya, dengan kehadiran bayang-bayang (ibadah) itu, iman justru menjadi bertambah.
 Iman adalah tashdie dalam hati dan dikrarkan dengan lidah, dengan kata lain, seseorang bisa disebut berimanjika ia mempercayai dalam hatinya akan kebenaran Allah dan mengikrarkan kepercayaannya itu dengan lidah, Konsep ini juga tidak menghubungkan iman dengan amal perbuatan manusia, yang penting tashdiq dan ikrar.

D. Kesimpulan
        Berdasarkan paparan diatas jelaslah bahwa dalam konsep iman dan kufur terdapat perbedaan pendapat diantara aliran-aliran teologi Islam. Perbedaan itu menurut Harun Nasution, sedikit banyak dipengaruhi oleh teori kekuatan akal dan fungsi wahyu. Bagi aliran-aliran yang berpendapat bahwa akal mencapai kewajiban mengetahui Tuhan (KMT) iman melibatkan ma'rifah di dalamnya. Dengan demikian, kita melihat Mu’tazilah dan Maturidiyah Samarkand tergolong dalam kelompok ini karena menyebutkan ma'rifah dalam konsep iman dan mereka berendapat bahwa akal dapat mencapai KMT Adapun murji'ah tidak dapat dikategorikan dalam kelompok ini sebab meskipun mereka menyebut ma'rifah yang dimaksudkannya bukanlah ma'rifah bi al-qaib.
        Sebaliknya aliran-aliran yang tidak berpendapat bahwa akal dapat mencapai KMT. Iman dalam konsep mereka tidak melibatkan ma'rifah didalamnya, Hal ini dapat kita temukan dalam aliran Asy'ari, Ma'turidiyah Bukhara. Aliran Khawarij. karena corak pemikiran kalam mereka lebih bertendensi politik ketimbang intelektual, termasuk dalam kategori kelompok ini.
         Aliran-aliran yang mengintegrasikan amal sebagai salah satu unsur keimanan, yakni Mu'tazilah dan Khawarij, memandang bahwa iman dapat bertambah atau berkurang. Sementara aliran-aliran yang tidak memasukan amal sebagai unsur dari iman seperti Murji'ah, Asy'ariyah, Ma'turidiyah. Samarkand dan Ma'uridiyah Bukhara, berpendapat bahwa iman tidak dapat bertambah atau berkurang. Kalaupun iman dapat dikatakan bertambah atau berkurang hal itu terjadi pada segi sifatnya.
        Konsekuensi penting lainnya dari pernyataan bahwa amal merupakan unsur penting dari iman adalah pandangan yang tegas terhadap kewajiban menegakkan amar ma’ruf dan nahy mungkar dengan segala kemampuan yang dimiliki, Berdasarkan hadist Rasulullah SAW. Tentang amar ma’ruf dan nahy mungkar, jelaslah bahwa aliran-aliran teologi islam yang memasukkan empat unsur pokok ke dalam konsep iman memiliki keimanan yang paling kokoh. Sebaliknya, aliranaliran yang hanya mengakui satu unsur pokok di dalam konsep iman 

Daftar Pustaka
Asmuni, M. Yusran. Ini Tauhid Jakarta. Raja Grafindo Persada 1993
http://mankazand.blogspot.com/2011/05/iman-dan-kufur-dalam-perspektif-antar.html
Nasir, Sahilun A. Pengantar In Kalan Raja Grafindo Persada, Jakarta 1996
Nasution, Harun Teolog Islan Aliran-aliran sejarah Analisis Perbandingan,
       Jakarta: Upress. 2006
Rahman, Abdur Garis Pemisah Antara Kufiar dan Innan Jakarta: Bumi Aksara, 1996
Rozak, Abdul dan Roshon Anwar, Inu Kalan Bandung Pustaka Setia 2006

Related Posts

No comments:

Post a Comment