--> KUMPULAN MAKALAH | Deskripsi Singkat Blog di Sini

Berbagi Tugas Sekolah Makalah dan Referensi

Sunday, January 08, 2017

no image

MAKALAH TENTANG : ANAK DIDIK

KATA PENGANTAR

       Puja dan puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Ilahi Robbi yang telah memberikan kita kesempatan untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
       Shalawat bertangkaikan salam tetap kita curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
       Dengan berbagai segala rintangan akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini pada waktu yang telah ditentukan dosen, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi kita yang membacanya dan khususnya bagi penulis.
        Terakhir, penulis adalah manusia biasa yang tak lepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi terciptanya makalah yang sempurna dimasa mendatang.

PENDAHULUAN 

        Pendidikan merupakan proses yang berangkat dari suatu tinjauan atau kerangka acuan yang melandasi penyelenggaraan pendidikan. Landasan landasan ini berkaitan dengan pandangan suatu teori terhadap hakikat anak sebagai subjeck didik. 
a. Factor pembawaan (heredity). Yang dimaksud factor pembawaan adalah semua corak hidup yang muncul diawal kehidupan (kelahiran) tapi sudah ada sejak mulai pembuahan (conception) yakni sembilan bulan sebelum kelahiran (crow and crow). 
b. factor lingkungan sosial, yang dimaksud dengan lingkungan terdiri dari individu (Group) diantaranya timbul interaksi social. 
c. Factor aktiviteit. Artinya aspek kemampuan sendiri dari individu. 
Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau kelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. anak didik dalam arti sempit adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan pada tanggung jawab pendidikan. anak didik disebut juga "peserta didik" dalam arti bisa anak bisa orang dewasa.

1. Pengertian Anak Didik
            Anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. anak didik dalam arti sempit (khusus) ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan pada tanggung jawab pendidikan. anak didik disebut juga "peserta didik" Dalam arti bisa anak dan bisa orang dewasa.
            Anak sebagai peserta didik seharusnya dapat diketahui ciri-cirinya, yaitu :
a. Anak didik mempunyai kelemahan dan ketidak berdayaan
           Kita lihat anak sejak lahir membutuhkan pertolongan mulai dari ibu serta keluarga pada umumnya. Jika dibandingkan dengan binatang prosesnya jauh lebih lama. Anak pada awalnya lemah baik fisik maupun mentalnya. Seterusnya ketidak berdayaan anak adalah akibat belum sempurna perkembangannya. Kelemahan itu akan berakhir bila anak dewasa.
b. Anak berkemauan keras untuk berkembang.
            Berkat potensi yang ada anak dapat berkembang, maka dalam perkembangan itu pula terjadi secara kodrati kemauan untuk belajar. Ciri anak normal diantaranya ialah memiliki kemauan keras untuk berkembang. Anak normal memiliki vitalitas untuk berkembang dan maju sesuai dengan masa pertumbuhannya.
            Bila seorang anak menunjukka kemauan keras untuk belajar sesuatu maka anak disebut sedang mempunyai masa peka yaitu suatu masa yang sedang masak untuk dilatih dan berkembang, inilah yang perlu diperhatikan pendidik. Misalnya sudah mulai mengoceh, maka laitihlah anak agar dapat menggunakan ocehannya. Jadi pembicaraan yang punya arti dan tujuan, begitu seharusnya perkembangan sedikit demi sedikit terjadi.
C. Anak ingin menjadi dirinya/memperoleh keakuan
          Ini berarti diri anak didik ingin diakui keberadaannya, ingin memiliki pribadi yang teguh. Maka sejalan dengan pengakuan yang diharapkan anak. Pendidik tidak sepantasnya bersifat oteriter, sebab bisa mematikan perkembangan anak didik.
         Diatas telah dilukiskan dengan ringkas siapa manusia itu baik sebagai individu ataupun sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahluk tuhan yang harus menyembah kepada-Nya.
         Mengingat pendidikan itu merupakan bimbingan terhadap pertumbuhan si anak, maka pendidik perlu memahami siterdidik dan berbagai segi perkembangan dan perhatiannya.
B. Latar belakang keharusan anak didik.
          Menurut Langeveld manusia itu adalah animal educendum. Artinya manusia itu pada hakikatnya adalah mahkluk yang harus dididik tetapi manusia juga harus mampu untuk mendidik.
             Dan kedua istilah yang disebutkan tadi jelas bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak pada manusia. Mengapa manusia itu harus dididik dan mendidik, hal itu dapat ditinjau dari beberapa aspek
a. Aspek anak didik, dengan alasan :
    Anak didik yang baru lahir itu mempunyai potensi untuk berkembang karena adanya usaha pendidikan ini maka kita dapat melaksanakan pembinaan ini, keharusan ini kita tetapkan setelah adanya kemungkinan sebab kita tidak akan mengusahakan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.
b. Anak yang baru lahir itu dalam keadaan yang serba lemah belum dapat berdiri sendiri, jadi dalam keadaan serba tergantung pada orang lain. Karena itu kita perlu memnberikan bimbingan dan pendidikan demi perkembangan dan kelanjutan hidup anak. Keadaan anak manusia yang baru lahir sangat berbeda dengan keadaan anak binatang yang baru lahir terutama dalam keadaan fisiknya.
Anak bayi yang baru lahir membawa potensi yang bermacam-macam tetapi hanya memiliki sedikit insting aktif siap untuk digunakan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada binatang terutama binatang tingkat rendah, begitu lahir kembali telah dilengkapi dengan kecakapan insting yang sempurna, hingga ada binatang tadi dapat melanjutkan hidupnya tanpa pertolongan induknya.
Jadi binatang tadi tidak memerlukan pertolongan atau tuntunan. Memang sebenarnya dengan adanya insting yang lengkap ini justru membuat kehidupan binatang umumnya menjadi kaku. Sebab binatang tadi hanya memiliki cara-cara hidup yang tetap atau statis, binatang hanya memiliki cara yang sudah tetap dalam menghadapi alam sekitarnya.
        Hal ini berarti bila alam sekitar berubah maka insting binatang tidak mampu lagi menghadapinya, karena  itulah maka binatang banyak yang sudah punah, akibat perubahan alam sekitar yang menimpanya.
         Dari fakta ini jelas bahwa binatang tak dapat memisahkan diri dalam alam. Sedangkan pada manusia terdapat kemampuan untuk membedakan diri dari alam sekitarnya serta penyesuaian diri dengan alam untuk menutupi kebutuhan hidup. Tapi kesadaran diri dan kemampuan ini tidak/belum dimiliki anak sejak lahir dan hanya dibawahnya dalam bentuk potensi yang perlu dikembangkan melalui pendidikan.
C. Aspek tanggung jawab orang tua, dengan alasan :
          Anak itu lahir karena adanya hubungan orang tua yang telah mengingat janji untuk hidup berumah tangga dalam ikatan nikah yang sah. Karena itu timbullah tanggung jawab mendidik secara kodrati, lebih-lebih lagi tanggung jawab moral dari orang tua untuk mendidik anaknya, baik segi fisisk, social, emosi maupun inteligensinya agar memperoleh keselamatan, kepandaian serta kebahagian hidup
D. Aspek kemanusiaan dengan alasan :
           Perbuatan mendidik adalah sifat yang khas pada manusia. Ahli piker Immanuel Kant pernah mengatakan, manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan. Ini berarti bila manusia itu tidak dididik maka ia tidak dapat menjadi dalam arti yang sebenarnya.
              Misalnya, kisah anak manusia yang berada dalam pengawasan binatang yang lama kelamaan menjauhi sikap sebagai manusia, bahkan lebih dekat dengan sikap hewan pelindungnya.
E. Aspek sebagai mahluk budaya, dengan alasan :
             Manusia mempunyai budi, dengan budinya ia menciptakan budaya dan hidup dalam alam kebudayaan. Untuk hidup dalam alam kebudayaan manusia harus diperlengkapi dengan nilai dan norma-norma kebudayaan yang harus disampaikan melalui pendidikan. Jadi, dari segi kebudayaan ini pendidikan adalah merupakan upaya untuk menyampaikan norma kebudayaan terhadap generasi penerus. Juga melalui pendidikan  terangkatlah manusia, dari dunia alam (the worl of nature) menuju ke dunia kebudayaan (the worl of culture)
F. Ditinjau dari sudut kepentingan Negara, dengan alasan :
           Bila ditinjau dari sudut Negara, pemerintahan, maka Negara selalu membutuhkan tenaga terampil untuk menggerakkan berbagai roda pembangunan negaranya. Untuk itulah maka Negara banyak memberi perhatian si sektor pendidikan ini. Anak yang sudah terdidik diharapkan kelak membangun negaranya.
G. Ditinjau dari sudut ajaran agama :
            Agama (Islam) dengan jelas mewajibkan kepada semua penganutnya agar belajar menuntut ilmu pengetahuan. Bahkan dengan tegas disebutkan oleh ajaran islam "la dina liman la aqlahu". artinya tidak ada agama bagi orang yang tidak ada akalnya baginya.
             Dalam konteks lain, dianjurkan dengan tegas "ajarilah anak-anakmu maka sesungguhnya mereka perlu dipersiapkan untuk suatu masa yang berbeda dengan masamu sendiri. Anak yang cerdas pikirannya akan dapat mengisi kehidupannya dengan nilai-nilai agama, sehingga memperoleh hidup dan kehidupan dengan nilai-nilai agama, sehingga memperoleh hidup dan kehidupan dengan nilai - nilai agama, sehingga memperoleh hidup dan kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat.
II. Landasan Psikologis.
1. Psikologis
            Sejak lahir sampai mati manusia mengalami perubahan (pertumbuhan atau perkembangan) baik dibidang jasmani maupun rohani. Proses perkembangan ini terjadi terus menerus secara teratur dan menuju kearah kemajuan. Setiap fase pertumbuhan anak (manusia) terjadi peningkatan kecakapan dan kemampuan. Hal ini menyebabkan manusia ingin memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang setiap saat berubah sesuai dengan keadaan alam itu sendiri.
            Setiap individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan, demikian pula tempo dan irama perkembangan yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya. Sebagai implikakinya pendidikan tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik walaupun mereka mungkin memiliki beberapa kesamaan. Dengan demikian kurikulum beserta garis-garis besar program pengajaran atau silabusnya harus sesuai dengan sejalan dengan keadaan psikologis peserta didik yang berbeda sesuai dengan perkembangan mereka masing-masing.
              Individu yang satu berbeda dengan individu lainnya. perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antara individu (peserta didik) itu sendiri baik yang berhubungan dengan bakat, intelek, maupun perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan serta cita-cita, aspirasi dan kepribadian secara keseluruhan. Oleh karena itu pemahaman hal-hal tersebut diatas sangat penting untuk dipahami dalam pelaksanaan proses pendidikan bagi peserta didik, artinya dengan memahami keadaan psikologi peserta didik maka memberi kemudahan untuk mendidik mereka sesuai dengan kemampuan dan bakatnya masing-masing.
            Ada tiga factor yang perlu mendapat perhatiannya untuk memahami pribadi anak yaitu sebagai berikut :
   a. Keturunan (heredity)
             Ada mendapat sifat-sifat pembawa dari orang tuannya mulai pada masa konsepsi yaitu pada masa adanya proses pembuahan sel telur dan sel jantan. Sifat-sifat tersebut merupakan potensi yang membutuhkan pemunculan dan pengembangan selanjutnya. Potensi ini adalah masalah yang sangat perlu mendapat perhatian agar lingkungan atau pendidikan dapat mengembangkannya dengan baik sehingga mencapai batas optimal
b. Lingkungan (environment)
           Lingkungan ini pada garis besarnya dibagi kepada lingkungan yang bersifat fisik dan bersifat social. Lingkungan ini telah dialami oleh anak sejak ia berada dalam kandungan. Keadaan dan kondisi sang ibu serta sejak ia berada dalam kandungan. Keadaan dan kondisi sang ibu serta makanan yang diterima anak melalui ibu akan menentukan kelangsungan anak, demikian pula setelah anak lahir. Pengaruh yang bersifat fisik dan social tidak bisa dihindari bahkan kenyataan harus dialami oleh anak
C. Factor diri anak (Self)
           Kehidupan kejiwaan anak tidak boleh diabaikan, ia merupakan factor yang harus diperhatikan dalam proses kependidikan, seperti perasaan anak pikiran, usaha, pandangan, penilaian, sikap dan keyakinan. Dengan memahami individu (self) anak berarti telah memahami kehidupannya.
2. Landasan sosiologi
           Salah satu tujuan sekolah adalah untuk membekali anak agar ia mampu menjadi anggota masyarakat yang berguna, karena sekolah telah memiliki  peralatan dan tenaga personil serta sarana dan prasarana  lainnya untuk membekali dan menginternasi nilai pada diri anak.
           Keluarga kurang mampu membekali anak akan ilmu-ilmu dan keterampilan sesuai dengan tuntutan zaman. Lapangan kerja dan tuntutan social yang semakin luas di dalam masyarakat menuntut adanya keseimbangan antara lapangan kerja dengan tenaga yang siap pakai.
            Adanya perubahan masyarakat desa yang sifatnya tradisional menuju ke masyarakat kota, akan membawa akibat perubahan tuntutan terhadap pendidikan, sesuai dengan  terdapatnya kondisi social yang berbeda dengan pola kehidupan dikota, demikian pula hubungan relasi antara manusia didesa dan dikota berbeda pula, sehingga sikap mereka pun terhadap nilai-nilai moral berbeda pula.
            Sekolah atau pendidikan formal merupakan sub system social pula, maka sekolah dan masyarakat tidak dapat di pisahkan . Wild dan Lottich mengemukakan dalam buku The Fondation Of Modren Education, bahwa perubahan lingkungan fisik, social, dan politik serta ekonomi akan menentukan atau juga akan merubah konsepsi manusia tentang kehidupan juga akan menentukan atau juga akan merubah konsepsi manusia tentang tujuan pendidikan akan merubah pula konsepsi tentang materi atau isi, susunan, jenjang, organanisasi, dan jenis pendidikan sampai pada metodologi pendidikannya. Perubahan dalam konsepsi dan tujuan pendidikan nerupakan akibat yang ditentukan oleh atau sebagai usaha perubahan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan atau tujuan hidup manusia.

3. Landasan Kultural
          Pendidikan tidak mungkin terpisah dari manusia, ia selalu aktif terkait dengan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu. Kebudayaan sebagai gagasan dan karya manusia beserta hasil budi dan karya itu selalu terkait dengan pendidikan utamanya belajar.
        Kebudayaan dalam arti luas dapat terwujud :
        a. Adeal, seperti ide, gagasan, nilai, dan sebagainya
        b. Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
        c. Fisik, yakni benda hasil karya
        Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan dan dikembangkan melalui pendidikan baik kebudayaan yang terwujud ideal atau kelakuan maupun teknologi (hasil karya). Cara-cara untuk mewujudkan kebudayaan, khususnya menstransfer atau mengajarkan tingkah laku kepada generasi baru berbeda dari masyarakat ke masyarakat berikutnya, sesuai dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat itu sendiri.
      Pada dasarnya ada tiga yang sifatnya umum yang dapat didenefisikan dalam menurunkan kebudayaan kepada generasi mendatang, yaitu melalui pendidikan informal (biasanya terjadi didalam keluarga), nonformal (dalam masyarakat secara terprogram dan berkelanjutan serta berlangsung dalam kehidupan masyarakat). Dan formal (melibatkan lembaga khusus seperti sekolah, yang dirancang untuk mewujudkan tujuan pendidikan).
         Kebudayaan nasional sebagai landasan pendidikan nasional, adalah bahwa masyarakat Indonesia sebagai pendukung kebudayaan masyarakat mejemuk, maka kebudayaan Indonesia lebih tepat disebut dengan kebudayaan nusantara yang beragam. Salah satu yang efektif upaya penyesuaian pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakang social budaya Indonesia adalah dengan mewujudkan muatan local atau kurikulum sekolah terutama di sekolah dasar dan menengah.
       Keragaman social budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat, tata cara, dan tata karma pergaulan, kesenian, bahasa dan sastra daerah disuatu daerah tertentu sejak sebelum dan sesudah kemerdekaan.
      Tampaknya belakangan ini semakin dirasakan perlunya keterkaitan peserta didik dengan lingkungannya, untuk itu peserta didik tidak hanya mengenal lingkungannya berupa alam sosial dan budaya, tetapi juga mau dan mampu mengembakannya. Oleh karena itu muatan local atau kurikulum local adalah salah satu usaha yang efektif untuk menyahuti tuntutan yang dimaksud, sehingga lingkungan peserta didik tidak merasa asing baginya, bahkan merasa ia bagian dari dirinya sendiri.


PENUTUP

      Dalam diri anak juga akan mengalami perubahan pada saat mendapatkan pendidikan dari keluaga maupun sebuah instansi/sekolah. Perubahan ini biasanya terjadi pada fisik dan pembuatan dari di anak. Perubahan dari si anak. Perubahan ini dapat jelas terlihat oleh orang utan dan seorang guru karena mereka memiliki pengetahuan tentang yaitu pengetahuan tentang psikologi atau bisa juga disebut ilmu tentang kejiwaan anak.
      Selain itu anak juga perlu diberikan pengetahuan tentang sosiologi atau ilmu tentang perkembangan masyarakat dan berinteraksi didalam suatu masyarakat itu sendiri. Anak juga akan menerima apa-apa yang dilihat dan diajarkan kepada mereka.
        Anak-anak juga harapan dari suatu bangsa atau dari sebuah Negara, karena itulah kita harus mengajarkan mereka hal-hal yang baik dan mencontohkan kepada mereka perbuatan-perbuatan yang baik yang diajarkan oleh agama masing-masing dan juga memperkenalkan ragam budaya dan memberikan mereka nasihat-nasihat supaya mereka saling menghargai dan menghormati antara bangsa walaupun mereka berbeda ras, suku, dan juga agama, karena di Indonesia memiliki paham yaitu "Bhinneka Tunggal Ika" artinya walaupun berbeda-beda tetapi satu jua.

DAFTAR PUSTAKA

Daulay, Saleh Anwar. Ilmu Pendidikan, Medan : Cv Jabal Rahmat.2005
Hasan, Chalidjah.. Dimensi-dimensi Psikologi Pendidikan. Surabaya : Al-Ikhlas, 1994
Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Grafindo Persada, 1991
Hasibuan, Muslim. Dasar-Dasar Kependidikan.Padang Sidimpuan : .2011
Syafiruddin. Ilmu Pendidikan. Bandung : Citapustaka Media.2005

Thursday, January 05, 2017

JURNAL PENELITIAN PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA (PRONA)

JURNAL PENELITIAN PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA (PRONA)


     JURNAL PENELITIAN

PROYEK OPERASI NASIONAL AGRARIA (PRONA)

DI KELURAHAN LEMBAH LUBUK MANIK

KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN HUTAIMBARU

KOTA PADANGSIDIMPUAN


Disusun Oleh :

                1.    RAHMAD BUDIMAN (1403120

                     2.   ADNIN PULUNGAN (1403120244)

                             3.   DENIS BERHENTI DAULAY (1403120

                                     4.   GABE MARIHOT MANALU (1403120158) 
  5.   ROBIAH (1403120101)

                   6.    NURANNA FADILAH (1403120 
Progam Studi        : Ilmu Hukum

            Mata Kuliah            : Hukum Agraria II

                    Dosen Pengasuh      : Nur Oloan, SH., M.Kn



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN

FAKULTAS HUKUM
2016

 ABSTRACT

           The legal research titles is The Implementation of Registration of Customary. The problem formulation is how does the implementation of registration of customary property rights through PRONA on 2010 in Lembah Lubuk Manik Valley and what are the supporting and inhibiting factors the Property Rights through The National Agrarian Operations (PRONA) Lembah Lubuk Manik Valley, District Padangsidimpuan Hutaimbaru, Padangsidimpuan City implementation of registration of customary property rights through PRONA on 2011 in Lembah Lubuk Manik Valley. The research data consist of primary data and secondary data. The primary data was collected from respondents and the speakers. The secondary data consist of primary legal material derived from legislation and secondary legal materials of a literature study related to the implementation of registration of customary property rights through PRONA. In processing data used qualitative analysis method and in drawing conclusions used inductive way of thinking method. The implementation of registration of customary property rights through PRONA on 2010 followed by Dani Tribe which is a community of the economic weak. The implementation can be done smoothly and it has reached the established target. This is because of some factors, such as, the intensive informing efforts conducted by the Land Affairs Office and the existence of public desire to obtain certificates for their land. However, in its implementation, some obstacles are still found, such as public knowledge of land registration prosedure is very low. The research suggested is land registration through PRONA in the Regency of Lembah Lubuk Manik Valley should be implemented every year with different locations, considering that there are still a lot of land rights, especially customary property rights in Regency of Lembah Lubuk Manik Valley that has not been registered.

Keywords : Land registration, Customary property rights, PRONA and Dani Tribe.

PENDAHULUAN

1.        Latar Belakang Masalah

            Dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 ditentukan bahwa bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai realisasi dari Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 maka dibentuk Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria atau yang lebih sering dikenal dengan UUPA. Di dalam pasal 1 ayat 1 pengertian pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data  fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang bidang tanah yang sudah ad haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 UUPA juncto Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Untuk mengatur lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 maka dikeluarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/KBPN) Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Berdasarkan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ditentukan bahwa kegiatan pendaftaran tanah meliputi pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data pendaftaran tanah. Konversi hak atas tanah merupakan pendaftaran tanah pertama kali. Kegiatan pendaftaran untuk pertama kali dapat dilakukan secara sistematik dan secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sistematik dilakukan secara serentak berdasarkan inisiatif pemerintah terhadap semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.3 Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan secara individual atau massal atas permintaan pemilik tanah yang berkepentingan terhadap satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.

Salah satu kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA). PRONA diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 1981 tentang Proyek Operasi Nasional Agraria. PRONA ditujukan bagi masyarakat golongan ekonomi lemah.


2.      Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

a.       Bagaimana pelaksanaan pendaftaran

b.      Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan pendaftaran

PEMBAHASAN


1.      Pelaksanaan Pendaftaran Tanah di Kelurahan Lembah Lubuk Manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan.

           Prona semula akronim dari Proyek Operasi Nasional Agraria semasa pelaksaan awal dasawarsa 1980-an (1981) oleh ditjek Agraria, depdagri dibawah komando mayjen (Purn) Daryoono, SH lale kemudian menjadi program nasional agraria kala diselenggarakan oleh badan pertanahan nasional republik Indonesia (BPN RI) khususnya saat BPN RI dipimpin oleh Joyowinoto, Phd.  Sifat utama Prona pada mulanya merupakan upaya pendafftaran tanah (berdasar PP 10 Tahun 1961: penerbitan setifikat tanah, sebagai tanda bukti hak atas tanah), selanjutnya menjadi program pertanahan nasional dalam percepatan pendaftaran hak atas tanah yang dikenal sebagai legalisasi aset tanah wargaa masyarakat (berdasar PP 24 Tahun 1997: penaftaran tanah pertama kali, juga sebaagai tanda bukti hak atas tanah).

           Selain PRONA yang diperuntukkan bagi masyarakat umum sesuai syarat yang ditentukan, dikenal pula pendaftaran tanah pertama kali yang dinamai sertifikasi hak atas tanah (sehat) lintas sektor bagi warga UKM (usaha kecil dan menengah), MBR ( masyarakat berpenghasilan rendah), pertani, nelayan hingga transmigran; demikian pula sertifikasi tanah pemerintah (BMN, barang milik negara) ke semua kegiatan sertifikasi tanah tersebut dengan biaya telah tercantum dalam DIPA bagi pkerja yang dilaksanakan oleh jajaran BPN RI sehinngga peserta tanpa dipungut biaya ; terkecuali pengeluaran yang melekat pada si empunya tanah yang terkait proses sertifikasi tanah, antara lain alam penyiapan fisik bidang tanah berupa pemasangan patok tanda batas bidang tanah, penyiapan yuridis berupa kelengkapam surat-surat tanda penguasaan seperti akta-akta, kwitansi, pembayaran jika diwajibkan terhadap PPH, BPTHB, dll,meterai hingga penyediaan berkas berkas atau warkah bukti kepemmlikan yang merupakan dokumen asli atau salinan , serta lain lain yang tidak tercantum dalam DIPA BPNRI namun memang menjadi kewajiban peserta sertipikasi tanah. Dengan demikian ,ada tiga hal utama yang menjadi perhatian dalam kegiatan prona.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh responden agar dapat mendaftarkan hak milik adatnya melalui PRONA adalah :

a.       Formulir permohonan konversi atau pengakuan hak yang sudah diisi dan ditandatangani pemohon.

b.      Fotocopy identitas (KTP, KK) pemohon

c.       Bukti kepemilikan tanah / alas hak atas tanah yang bersangkutan

d.      Denah atau sket lokasi tanah yang akan didaftarkan haknya.

    Tahap-tahap pelaksanaan PRONA tahun 2012 di Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan. Dilaksanakan berdasarkan Petunjuk Teknis.

    Pensertipikatan PRONA Tahun 2008 yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendaftaran Tanah dan Guna Ruang Deputi Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Pada prinsipnya tahap-tahap tersebut sama dengan tahap-tahap pelaksanaan pendaftaran tanah sistematik yang diatur dalam Pasal 46 sampai dengan Pasal 72 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Tahap-tahap pelaksanaan PRONA tahun 2012 di Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut :


A.    TAHAP I meliputi : Penetapan lokasi dan peserta PRONA, penyuluhan PRONA

     Tahap penetapan lokasi PRONA

Lokasi kegiatan PRONA tahun 2012 di Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan. Lokasi-lokasi PRONA tersebut merupakan daerah yang bebas dari sengketa-sengketa tanah dan sudah memiliki peta situasi dalam rangka pendaftaran tanah.

     Tahap penetapan peserta PRONA

PRONA tahun 2012 di Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan diikuti oleh masyarakat asli pribumi, yaitu masyarakat yang merupakan golongan ekonomi lemah yang mayoritas tingkat pendidikannya rendah yaitu tidak bersekolah, bekerja sebagai petani dan memiliki penghasilan yang tidak tetap setiap bulan yaitu antara Rp650.000,- sampai Rp1.750.000,

      Tahap penyuluhan PRONA

Penyuluhan tentang PRONAdi Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan dilakukan oleh pihak dari Kelurahan terkait. Setelah mengikuti penyuluhan tersebut responden menjadi memahami dan mengerti maksud, tujuan, manfaat, persyaratan permohonan hak, obyek, subyek kegiatan PRONA, hak dan kewajiban peserta PRONA, tata kerja dan biaya yang harus ditanggung dalam pendaftaran tanah melalui PRONA.

B.       TAHAP II meliputi : Pengukuran dan pemetaan, pengumpulan data yuridis, pengumuman data fisik dan data yuridis dan penetapan hak.

1)      Tahap pengukuran dan pemetaan

Pengukuran dan pemetaan dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional disaksikan oleh pihak kelurahan dan warga yang mendaftar PRONA.

2)  Tahap pengumpulan data yuridis Pengumpulan data yuridis dilakukan oleh pihak Kelurahan Lembah Lubuk Manik.

Berdasarkan hasil penelitian, hampir sebagian besar bidang tanah yang didaftarkan melalui PRONA  merupakan tanah dengan status hak milik  yang diperoleh secara turun-temurun (pewarisan), namun ada juga warga yang memiliki tanah dengan status hak tanah melalui kegiatan jual beli.

3)    Tahap pengumuman data fisik dan data yuridis Pengumuman tentang data fisik dan data yuridis dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengajukan keberatan atau sanggahan terhadap data fisik dan data yuridis. Pengumuman dilakukan selama 30 hari. Pengumuman tersebut ditempel di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan.

4) Tahap penetapan hak Penetapan hak dilakukan oleh Badan Pertahanan Nasional Kota Padangsidimpuan.

C.       TAHAP III meliputi : Pembukuan hak, penerbitan dan penyerahan sertipikat.

1)        Tahap pembukuan hak

Hak milik atas tanah yang telah diberikan melalui Surat Keputusan tentang Pengakuan Hak Atas Tanah didaftar dengan cara membukukannya dalam buku tanah yang memuat data yuridis dan data fisik bidang tanah yang bersangkutan serta dicatat pada surat ukurnya.

2 Tahap penerbitan sertipikat

Sertipikat diterbitkan berdasarkan data fisik dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan. Sebelum ditandatangani sertipikat diperiksa oleh Kepala Seksi Tanah dan Pendaftaran Tanah Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan. Penerbitan sertifikat hak atas tanah memiliki jangka waktu ± 2 bulan.

3  Tahap penyerahan sertipikat Penyerahan sertipikat dilakukan di BPN kota Padangsidimpuan dengan disaksikan oleh lurah dan kepala Lingkungan.

Secara keseluruhan pelaksanaan PRONA tahun 2012 di Kelurahan Lembah Lubuk Manik

menghabiskan waktu selama 10 bulan. Semua responden dalam pelaksanaan PRONA tahun 2012 di Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan sama sakali tidak mengeluarkan biaya dalam proses pendaftaran tanah kecuali biaya untuk melengkapi pesyaratan seperti biaya fotocopy Rp 400,-/lbr dan biaya materai Rp8.000,-.

2.    Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Melalui PRONA di Kelurahan Lembah Lubuk Manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan

A.  Faktor-faktor Pendukung

1)      Penyuluhan intensif tentang pendaftaran tanah khususnya mengenai PRONA yang dilakukan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Padangsidimpuan dan Lurah Lembah Lubuk Manik dengan maksud untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang pendaftaran tanah dan manfaatnya.

2)   Keinginan yang besar dari masyarakat untuk mendaftarkan tanah melalui PRONA karena dibebaskan dari biaya pendaftaran. Hal ini terbukti dari keterangan Bapak Ginawan selaku Kepala Lingkungan 1 di Kelurahan Lembah Lubuk Manik mengatakan bahwa alasan mereka mendaftarkan tanah melalui PRONA karena mereka tidak mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkan sertipikat hak milik atas tanah.

3)      Antusias dan inisiatif masyarakat sangat tinggi terbukti ada 20 KK yang mendaftarkan tanahnya   melalui PRONA untuk disertifikasi

4)    Masyarakat sangat senang dengan adanya program PRONA tersebut karena prosesnya tidak lama hanya 2 bulan dari keterngan salah satu warga penerima program PRONA.

B.  Faktor-faktor Penghambat

1)      Begitu banyak media yang menyoroti Kelurahan yang mendatkan jatah program PRONA untuk mendatkan bagian sedangkan PRONA adalah program sudah dianggarkan oleh pemerintah jadi masyarakat tidak dipungut biaya. Dengan alasan tersebut ada sebagian Lurah yang tidak mau menerima jatah program PRONA yang diberikan pemerintah  melalui BPN.

KESIMPULAN

Pelaksanaan pendaftaran hak milik adat melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA) pada tahun 2011 di di Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan terdiri atas tiga tahap yaitu tahap I meliputi penetapan lokasi PRONA; penetapan peserta PRONA dan penyuluhan PRONA; tahap II meliputi pengukuran dan pemetaan; pengumpulan data yuridis; pengumuman data fisik dan data yuridis dan penetapan hak dan tahap III meliputi pembukuan hak; penerbitan dan penyerahan sertpikat. Waktu pelaksanaan kegiatan tahap I sampai tahap III memerlukan waktu selama 10 bulan. PRONA tahun 2011 di di Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan diikuti oleh 22 orang pemegang hak milik atas tanah yang merupakan masyarakat asli (pribumi) yang bekerja sebagai petani dengan tingkat pendidikan yang rendah karena tidak bersekolah dan memiliki penghasilan kurang dari Rp1.000.000,-/bln. Seluruh bidang tanah yang didaftarkan melalui PRONA pada tahun 2011 di di Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan merupakan tanah non pertanian dengan status hak milik adat yang diperoleh secara turun-temurun (pewarisan). Faktor-faktor pendukung pelaksanaan PRONA di di Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan adalah masyarakat memiliki keinginan yang besar untuk mendaftarkan tanahnya melalui PRONA dan penyuluhan tentang pendaftaran tanah secara intensif dilakukan oleh Kantor BPN Kota Padangsidimpuan. Di samping faktor pendukung, ada juga faktor yang menghambat pelaksanakan pendaftaran PRONA di di Kelurahan Lembah Lubuk manik, Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru, Kota Padangsidimpuan, yaitu Begitu banyak media yang menyoroti Kelurahan yang mendatkan jatah program PRONA untuk mendatkan bagian sedangkan PRONA adalah program sudah dianggarkan oleh pemerintah jadi masyarakat tidak dipungut biaya. Dengan alasan tersebut ada sebagian Lurah yang tidak mau menerima jatah program PRONA yang diberikan pemerintah  melalui BPN.


DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, 2010. Peralihan Hak Atas tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta. Boedi Harsono, 2007. Hukum Agraria Indonesia Sejarah dan Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta

K. Wantjik Saleh, 1977. Hak Tanah Anda, Ghalia Indonesia, Jakarta.

 Credit : Mahasiswa Univesitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, Fakultas Hukum, Prodi Ilmu Hukum Semester V Ruang 02 Tahun 2016 - 2017
no image

MAKALAH - SISTEM DAN PENDIDIKAN ISLAM PADA PONDOK PESANTREN

A. Pendahuluan
            Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia dimuka bumi ini hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak ada kelompok manusia tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitsnya, sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif. 
           Hanya sistem dan metodenya yang berbeda-beda sesuai taraf hidupnya dan budaya masyarakat masing-masing. Dikalangan masyarakat yang berbudaya modren, sistem dan metode pendidikan yang dipergunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorentasikan kepada efektifitas dan efisiensi. 
          Metode penyajian atau penyampaian di pondok pesantren bersifat tradisional menurut kebisaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu. Lembaga pendidika dewasa ini juga sangat muthlak keberadaannya bagi kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep islam. Lembaga pendidikan dewasa ini juga sangat muthlak keberadaanya bagi kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu dikaitkan dengan konsep islam. Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan dalam ruang lingkup keislaman melaksakan tugasnya demi tercapainya cita-cita umat islam. 
         Pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga pendidikan islam yang muthlak diperlukan di suatu negara secara umum atau disebuah kota secara khususnya, karena lembaga-lembaga itu ibarat mesin pencetak uang yang akan menghasilkan sesuatu yang sangat berharga, yang mana lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas masalah yang berkaitan dengan lembaga pendidikan islam tersebut.     
B. Pengertian Sistem dan Metode Pendidikan Islam di Pondok Pesantren 
            Pengertian "sistem" bisa diberikan terhadap suatu perangkat aau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana satu sama lain saling berhubungan dan saling memperkuat. Dengan demikian sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 
              Pengertian lainnya yang umum dipahami dikalangan awam adalah bahwa sistem (lebih tepat sistem) itu merupakan "cara" untuk mencapai tujuan tertentu dimana dalam penggunaanya bergantung kepada berbagai faktor yang erat hubungannya dengan usaha pencapaian tujuan tersebut. Sistem dalam pengertian ini lebih berdekatan dengan pengertian "metode" sedang "metode" mula-mula berasal daril kata "meta" berarti melalui dan "hodos" berarti jalan. Jadi methode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai satu tujuan. 
             Bila kita mempergunakan istilah "sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren" maka tak lain yang dimaksud adalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren itu. Sedangkan bila kita mempergunakan istilah "sistem ("susteem" dalam bahasa Belanda) pendekatan" tentang metode pengajaran agama Islam di Indonesia, maka tak lain pengertian adalah "cara pendekatan dan cara penyampaian ajaran agama Islam di indonesia" dimana scopenya yang luas,tidak hanya berbatas pada pondok pesantren, akan tetapi mencakup lembaga-lembaga pendidikan formal, baik madrsah maupun sekolah umum dan non formal seperti pondok pesantren. 
              Oleh karena itu menciptakan suatu sistem/metode biasanya dikaji dan disesuaikan dengan kemungkinan dapat tiddaknya dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diciat-citakan. Khusus dalam dunia pendidikan Indonesia, tujuan-tujuan pendidikan yang hendak dicapai dengan sistem atau metode didasarkan atas kategori -kategori pemikiran sebagai berikut Tujuan Pendidikan Indonesia, tujuan-tujuan pendidikan yang hendak dicapai dengan sistem atau metode didasarakan atas kategori-kategori pemikiran sebagai berikut : Tujuan Pendidikan Nasional, Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler, Tujuan Instrusional umum dan khusus. 
                   Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
                 Pesantern sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Lahir dan berkembang semenjak masa-masa pemulaan Islam masuk ke Indonesia. Pesantren merupakan sebuah kompleks dengan lokasi umumnya terpisah dari kehidpuan sekitarnya. Dalam kompleks itu terdiri dari beberapa bangunan, diantaranya rumah kediaman kyai, sebuah mesjid, tempat pengajaran diberikan diasrama tempat tinggal para santri. Ada lima elemen atau unsur penting dalam pesanteren, yaitu kyai, santri, pondok dan masjid, kitab-kitab islam klasik.
Tujuan terbentuknya pondok pesantren adalah :
1. Tujuan umum, yaitu membimbing anak didik untuk menjadi  manusia yang berkripadian Islam, yaitu dengan ilmu agamanya ia sanggup menjadi mubalig Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
2. Tujaun khusus, yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta dalam mengamalkannya dan mendakwahknnya dalam masyrakat.
       Sebagai lembaga yang tertua, sejarah perkembangan pondok pesantren memiliki model-model pengajaran yang bersifat nonklasikal, yaitu model sistem pendidikan dengan metode pengajaran wetonan dan serogan.
C. Metode dalam Pendidikan Islam di Pondok Pesantren
           Dalam rangka atau usaha mencapai tujuan tersebut (TIU dan TIK) diperlukan suatu metode yang sangat operasional pula yaitu metode penyajian meteri pendidikan Islam dan keterampilan di lembaga pendidikan Pondok Pesantren tersebut.
       Dilingkungan Pondok Pesantren dimana pendidikan atau pengajaran di titik beratkan pada pengembagan jiwa beragama dan ilmu agama, sedangkan pengetahuan lainnya seperti keterampilan dan sebagainya hanya sebagai pelengkap, maka sudah barang tentu pusat perhatian para pendidiknya atau pengajarannya lebih banyak tertuju kepada ilmu dalam pengertian normative atau legalitas.
        Dengan memperhatikan fungsi dan peranan Pondok Pesantren yang sangat penting dalam pembangunan, maka pondok Pesantren sebagai Lembaga Pendidikan Islam akan lebih mampu berperan apabila sistem dan metode pendidikan atau pengajarannya dapat dikaitkan dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan atau teknologi modren serta tuntutan dinamika masyarakat.
              Untuk itu perlu diintrodusir sistem dan metode yang efektif dan efisien baik diukur menurut lamanya waktu, tempat atau lingkungan, pengembangan sikap dan kemampuan kreativitas serta budi luhur sesuai dengan ajaran agama dan aspirasi nasional.
              Dalam hubungan ini maka dalam melaksanakan pendidikan atau pengajaran perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 1. Mengadakan pengelompokan santri menurut tingkatan usia yang mendapatkan pendidikan atau pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologisnya.
2. Membentuk group diskusi di kalangan santri yang taraf ilmu pengetahuannya dan taraf usiannya sama. Berilah problem-problem sosial yang ada kaitannya dengan pelajaran agama dan sebagainya.
3. Mengaitkan pelajaran agama dengan ilmu pengetahuan popular, misalnnya dengan kemajuan teknologi ruang angkasa yang sudah mencapai bulan dan plenet-plenet lainnya dan sebagainya.
4. Orientasi pendidikan atau pengajaran kepada kemanfaatan hidup manusia dalam kemasyarakatan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang satu berfalsafah Pancasila.
5. Memberikan pendidikan atau pengajaran yang mendorong berpikir luas atau kreatif, dan tidak eksklusif dalam masyarakat.
6. Mengajarkan bahasa Arab dan lain-lain dengan metode yang lebih efektif.
7. Sering mengadakan kuliah kerja dalam masyarakat.
           Dalam metode penyampaiannya ada beberapa pondok salafiyah yang masih menggunakan metode lama atau tradisional menurut kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan dalam institusi itu, metode-metode tersebut antara lain.
1. Sorogan
            Yaitu suatu sistem belajar secara indivual dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dengan seorang guru, dengan sistem pengajaran secara sorogan ini memungkinkan hubungan kyai dengan santri sangat dekat, sebab Kyai dapat mengenal kemampuan pribadi santri secara satu persatu. Metode yang santrinya cukup pandai mensorongkan (mengajukan) sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca di hadapannya, kesalahan dalam bacaanya itu langsung dibenarkan oleh kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengajar individual.
             Model ini amat bagus untuk mempercepat sekaligus mengevaluasi penguasaan santri terhadap kandungan kitab yang dikaji. Akan tetapi metode ini membutuhkan kesabaran, ketekunan, ketaatan dan kedisiplinan yang tinggi dari para santri. Model ini biasanya hanya diberikan kepada santri pemula yang memang masih membutuhkan bimbingan khusus secara intesif. Pada umumnya pesantren lebih banyak menggunakan model weton karena lebih cepat dan praktis untuk mengajar banyak santri.
2. Bandungan
                 Sistem bandungan ini sering disebut dengan Halaqoh dimana dalam pengajaran, kitab yang dibaca oleh Kyai hanya satu, sedang para santri membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan kyai.
3. Weton
                Istilah weton berasal dari bahasa jawa yang diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton bukan merupakan pengajian rutin harian, tapi dilaksanakan pada saat tertentu misalnya pada setiap selesai sholat Jum'at dan sebagainya.

D. Sistem Pendekatan Metodologis di Pondok Pesantren
                Sistem pendekatan metodologis yang perlu mendapatkan perhatian dari para pendidik juga di pondok pesantren adalah bilamana didasarkan atas disiplin ilmu sosial sekurang-kurangnya meliputi.

1. Pendekatan Psikologis
           Pendekatan ini tekanannya diuatamakan pada dorongan yang bersifat persuasif dan motivatif, yaitu suatu dorongan yang mampu menggerakkan daya kognitif. konatif dan afektif.

2. Pendekatan Sosio-Kultur
             Pendekatan ini lebih ditekankan pada usaha pengembangan sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat yang berorientasi kepada kebutuhan hidup yang makin maju dalam berbudaya dan berperadapan.

3. Pendidikan Religi
            Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan (Aqidah) dan keimanan dalam pribadi anak didik yang cenderung kearah komprehensif intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas).

4. Pendekatan Historis
       Ditekankan pada usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan.

5. Pendekatan Komparatif
           Pendekatan yang dilakukan dengan membandingkan suatu gejala sosial keagamaan dengan hukum agama yang yang ditetapkan selaras dengan situasi dan zamannya.

6. Pendekatan Filosofis
            Yaitu pendekatan yang berdasarkan tinjauan falsafah. Pendekatan demikian cenderung kepada usaha mencapai kebenaran dengan memakai akan atau resiko.

E. Prinsip-Prinsip Dalam Metode Pendidikan Islam di Pondok Pesantren
           Prinsip-prinsip umum belajar dan motivasi yang perlu ditetapkan dalam pondok pesantren Yaitu?
1. Prinsip kebermaknaan
           Prinsip ini menghendaki bahwa anak didik akan terdorong untuk mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

2. Prinsip Prasyarat
           Prinsip ini menuntut pendidik untuk menyadari bahwa anak didik akan tergerak untuk mempelajari hal-hal baru bila ia memiliki semua prasyarat yaitu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki anak didik dengan yang dimiliki oleh pendidik.

3. Prinsip-prinsip Model
           Prinsip ini menghendaki agar pendidik memberikan dalam proses belajar model/contoh yang dapat diamati atau ditiru oleh anak didik. Dengan demikian, ia akan berusaha memiliki tingkah laku yang baru sebagai yang diterapkan  oleh pendidik dalam model/contoh tersebut.

4. Prinsip Komunikasi Terbuka
            Prinsip tersebut menuntut agar pendidik mendorong anak didik lebih banyak mempelajari sesuatu dengan cara penyajian yang disusun sedemikian rupa sehingga pesan-pesan pendidik terbuka bagi anak didik.

5. Prinsip Kebaruan
           Anak didik akan lebih banyak belajar bilamana minart/perhatiannya tertarik oleh penyajian-penyajian yang relatif baru.

6. Prinsip Praktek Aktif
           Prinsip praktek aktif yaitu anak akan dapat belajar lebih baik bilamana ia diikutsertakan dalam praktek.

7. Prinsip Praktek Terbuka
           Anak didik akan belajar lebih baik dan giat bilamana pelajaran praktek tersebut disusun dalam periode yang singkat yang distribusikan dalam jangka waktu tertentu.

 8. Prinsip Mengurangi Petunjuk
           Seorang anak didik akan lebih baik dalam belajarnya bilamana intruksi (perintah) atau petunjuk semakin dikurangi dan dihapuskan.

F. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa "Sistem" bisa diberikan terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana sutu sama lain saling berhubungan dan saling memperkuat. Dengan demikian sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Bila kita mempergunakan istilah "Sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren" maka tak lain yang dimaksud adalah sarana yang berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren itu. Oleh karena itu menciptakan suatu sistem/metode biasanya dikaji dan disesuaikan dengan kemungkinan dapat tidaknya dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

          Dalam hubungan ini maka dalam melaksanakan pendidikan atau pengajaran perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 
1. Mengadakan pengelompokan santri menurut tingkatan usia yang mendapatkan pendidikan atau pengajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologisnya. 
2. Membentuk group diskusi dikalangan santri yang taraf ilmu pengetahuan dan taraf usianya sama. Berilah problem-problem sosial yang ada kaitannya dengan pelajaran agama dan sebagainya. 
3. Mengaitkan pelajaran agama dengan ilmu pengetahuan popular, misalnya dengan kemajuan teknologi ruang angkasa yang sudah mencapai bulan dan planet-planet lainnya dan sebagainya. 

          Sistem pendekatan metodologis yang perlu mendapatkan perhatian dari para pendidik juga dipondok pesantren adalah bilamana didasarkan atas disiplin ilmu sosial sekurang-kurangya meliputi : Pendekatan Psikologis, Pendekatan Sosio-Kultur, Pendekatan Religik, Pendekatan Historis, Pendekatan Komparatif.

Daftar Pustaka
        Arifin, Muzayyin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Semarang : PT.Bumi Aksara, 2000
        Hawi, Akmal, Kapita Selektra Pendidikan Islam, Palembang : IAIN Rden Fatah Presh, 2008
        Hasbullah, Kapita Selektra Pendidikan Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996
    Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Agama Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya), Bandung : Trigenda Karya, 1993
       Ukas Maman, Manajeman Konsep, Prinsip dan Aplikasi, Bandung : Cita Pustaka Media, 2006
        Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2001

Saturday, July 23, 2016

no image

PENDEKATAN FIFOLOGIS DAN SEJARAH DALAM STUDI ISLAM

A. Pendahuluan
            Islam telah menjadi kajian yang menarik banyak minat belakang ini, Studi Islam pun kini makin berkembang. Islam tidak lagi dipahami dalam pengertian historis dan doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks. Islam tidak hanya terdiri dari rangkaian  petunjuk formal tentang bagiamana seorang memaknai kehidupannya. Islam telah menjadi sebuah sistem budaya, peradaban, komunitas politik, ekonomi dan bagian dari perkembangan dunia. Mengkaji dan mendekati Islam, tidak lagi mungkin hanya dari satu aspek, tetapi dibutuhkan metode dan pendekatan. 
            Pada dasarnya untuk mengkaji Islam diperlukan semacam pendekatan yang mampu menjelaskan dari sisi mana Islam dilihat. Untuk itu perlu seperangkat metodologi atau pendekatan agar studi Islam lebih dapat dikaji secara objektif. Agam Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW, diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin.Di dalamnya terdapat terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti seluas-luasnya. Seiring perubahan waktu dan perubahan zaman, agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara efektif di dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambing kesalahan atau berhenti sekedar disampaikan dalam khutbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memecahkan masalah. 
            Melihat kenyataan semacam itu, maka diperlukan rekontruksi pemikiran kagamaan, khususnya berkaitan dengan pendekatan-pendekatan filologis dan sejarah.Studi Islam dituntut untuk membuka diri terhadap masuknya dan digunakan pendekatan-pendekatan yang bersifat objectif dan rasional. Pendekatan yang diterapkan dalam mempelajari suatu masalah amatlah penting untuk mengetahui derajat keilmuan studi yang dihasilkannya dalam hal ini tidak terkecuali masalah studi dalam Islam. 
B. Pengetian Filologis 
                 Secara etimologis, filologis berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti "cinta'' dan logos berarti "kata". Dengan demikian, kata filologi membentuk arti "cinta kata" atau "senang bertutur" Arti tersebut kemudian berkembang menjadi "senang kasustraan atau senang kebudayaan. 
                Pendekatan filologi dalam pengkajian Islam sudah dikenal cukup lama. Pendekatan ini sangat populer bagi para pengkaji agama terutama ketika mengkaji naskah-naskah kuno peninggalan masa lalu. Kerena obyek dari pendekatan fifologi ini adalah warisan-warisan keagamaan,berupa naskah-naskah klasik dalam bentuk manuskrip. Naskah -naskah klasik itu meliputi berbagai disiplin ilmu; sejarah, teologi, hukum, mistisme dan lain-lainnya yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa dan belum dimanfaatkan di Negera-negara muslim. Alat untuk mengetahui warisan-warisan intelektual Islam itu adalah bahasa, seperti bahasa Arab, Persia, Turki dan Urdu. 
               Filologi selama ini dikenal sebagai ilmu yang berhubungan dengan karya masa lampau yang berupa tulisan. Studi terhadap karya tulis masa lampau dilakukan karena adanya anggapan bahwa dalam peninggalan aliran terkadung nilai-nilai yang masih relavan dengan kehidupan masa kini. 
                Pendekatan filologi atau literal dalam studi Islam meliputi metode tafsir sebagai pendekatan filologi terhadap alqur'an dalam menggali makna yang dikandungnya, pendekatan filologi terhadap hadist atau sunnah Rasul dan pendekatan filologi terhadap teks-teks klasik (hermeneutika) yang merupakan refleksi kebudayaan kuno dalam tulisan-tulisan para intelek di masanya. Dalam menerapkan pendekatan-pendekatan ini juga membutuhkan pendekatan atau metode lain sesuai dengan disiplinnnya, seperti sastra, dan filologis. 
C. Pengertian Sejarah dalam Studi Islam
               Ditinjau dari sisi etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajarah (pohom) dan dari kata history dalam bahasa inggris yang berarti cerita atau kisah. Kata history sendiri lebih populer untuk menyebut sejarah dalam ilmu pengetahuan. Jika dilacak dari asalnya, kata history berasal dari bahasa Yunani istoria yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khususnya manusia.
             Melalui pendekatan ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan dengan penerapan suatu peristiwa. Pendekatan sejarah ini amat diperlukan dalam memahami agama karena agama itu turun dalam situasi konkrit, bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Dalam hubungan ini, Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam, hal ini Islam menurut pendekatan sejarah ketika ia mempelajari Al-quran sampai pada kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan Al-quran itu terbagi menjadi bagian, yaitu konsep dan kisah sejarah. 
              Pendekatan historis ini adalah suatu pandangan umum tentang pandangan metode pengajaran secara suksesif sejak dulu sampai sekarang. Menurut Kuntowijoyo, sejarah bersifat empiris sedangkan agama bersifat normatif. Sejarah itu empiris karena bersandar pada pengalaman manusia. Sedangkan ilmu agama dikatakan normatif bukan berarti bukan tidak ada unsur empiruisnya, melainkan normatiflah yang menjadi rujukan. Jika pendekatan sejarah bertujuan untuk menemukan gejala-gejala agama dengan menelusuri sumber dimasa Islam, maka pendekatan ini bisa didasarkan kepada personal historis atau perkembangan kebudayaan pemeluknya. Pendekatan semacam ini berusaha untuk menelusuri awal perkembangan tokoh keagamaan secara individual, untuk menemukan sumber-sumber dan jejak perkembangan perilaku keagamaan sesuai dialog dengan dunia sekitarnya, serta mencari pola-pola interaksi antara agama dan masyarakat. Pendekataan sejarah pada akhirnya akan membimbing ke arah pengembangan teori tentang evolusi agama dan perkembangan kelompok-kelompok keagaaman. 
             Bersamaan dengan pendekataan filologis, pendekataan kesejahteraan juga sangat dominan dalam tradisi kajian islam modern. Kajian terhadap naskah-naskah klasik keislaman telah merangsang mereka untuk mengoperasikan pendekatan kesejarahan berdasarkan dokumen-dokumen yang telag ada. 
D. Tujuan dan Kegunaan Filologi 
             Secara umum fifologi bertujuan untuk menertibkan, menyunting, menyunting dan menganalisis suatu naska kuno. Tentu dalam hal ini sangat memerlukan disiplin-disiplin ilmu lainnya, seperti sejarah, filsafat, sosiologi, antropologi, sejarah agama, dan secara praktis penelitian filologi dilakukan untuk tujuan menunjang ilmu-ilmu lain. Sedangkan secara metodologis dilakukan kerana banyaknya naskah kuno yang masih harus diuji otentitasnya isi kandungan atau teksnya. Pengujian otentitas atau kemurnian suatu teks harus dilakukan secara cermat dan kritis terhadap semua varian yang terdapat dalam teks, yang dimaksudkan agar dapat menghasilkan suatu teks yang mendekati aslinya. 
               Kemungkinan varian teks dalam berbagai naskah dapat dilihat dari riwayat kemunculan teks itu sendiri. De Haan berpendapat bahwa proses terjadinya teks ada beberapa kemungkinan, sebagai berikut : 
1.Aslinya ada dalam ingatan pengarang, dan apabila seseorang ingin memilki teks itu dapat menulisnya    melalui dikte. Maka setiap teks diturunkan (ditulis) dapat bervariasi, dan perbedaan teks adalah bukti dari berbagai pelaksanaan penurunan dan perkembangan cerita sepanjang hidup pengarang. 
2. Aslinya adalah teks tertulis kurang lebih merupakan kerangka yang masih memungkinkan atau memerlukan kebebasan seni. 
3. Aslinya merupakan teks yang tidak memungkinkan untuk diadakan penyempurnaan karena pengarangnya telah menentukan pilhan kata yang ketat dalam bentuk literer. Hal ini pada zaman sekarang yang sudah ada mesin fotocopy tidak begitu merupakan kendala, tetapi pada zaman dulu sebuah naskah diperbanyak dengan cara menulis ulang dengan tangan resiko kesalahan sangat dimungkinkan. Beberapa kesalahan disebabkan antara lain; penyalin kurang memahami bahasa atau pokok persoalan naskah yang disalin, atau mungin karena tulisannya kurang jelas (kabur/buram), atau karena ketidak telitian penyalin sehingga beberapa huruf hilang (haplografi). 
           Sedangkan secara rinci dapat dikatakan bahwa fifologi mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus, diantaranya adalah : 
1. Tujuan umum : 
     a.   Memahami sejauh mana perkembangan suatu bangsa melalui sastranya, baik tulisan maupun lisan. 
     b. Memahami makna da fungsi teks bagi masyarakat penciptanya
     c. Mengukapkan nilai-nilai budaya lama sebagai alternatif pengembagannya. 
           Sedangkan kegunaan dari hasil penelitian fifologi adalah sebagai suatu informasi yang sangat berharga bagi khalayak umum dan dapat digunakan oleh cabang-cabang ilmu lain, seperti sejarah, hukum, agama, kebahasaan, kebudayaan. Nabila Lubis yang mengutip perkataan Haryati Soebadio bahwa fifologi adalah pekerjaan kasar yang menyiapkan suatu naskah untuk bisa dipergunakan oleh orang lain dalam berbagai disiplin ilmu. Jadi hasil dari penelitian naskah merupakan sumbangan pemikiran yang sangat berarti, terlebih dalam rangka memperkenalkan buah pikiran para pendahulu, sehingga dapat di kenal dan diketahui oleh generasi berikutnya.
E.   Pendekatan Sejarah Dalam Intitusi Keislaman
           Islam berkembang sebagai agama yang memiliki kandungan nilai-nilai ilmiah, rasional dan mistik. Hal tersebut karena perkembangan ini membawa dampak pada aspek lain, di antaranya pada pembentukan intistusi-institusin Islam. Secara politis, pada masa awal Islam merupakan kepemimpinan yang dipilih melalui primus interpares, bukan kekuasaan turun temurun seperti kerajaan.
          Secara antropologis, dalam pengaturan untuk memenuhi kebutuhan akan pemuas seksual, masyarakat Muslim membentuk lembaga pernikahan. Dalam ajaran Islam, pernikahan merupakan intitusi sakral, tidak hanya dianggap sebagai upacara rutinitas, namun memiliki nilai ibadah seorang Muslim menikahi bukan bukan semata-mata memenuhi kebutuhan seksual, melainkan beribadah juga. Dalam aspek ritual, haji muncul sebagai intitusi Islam di situ akan ada tempat ibadah. Puasa, sebagai ibadah yang telah diwajibkan kepada umat-umat sebelumnya Islam, menjadi institusi yang mewarnai aktifitas tahunan umat Islam selama satu bulan. Zakat sebagai lembaga ekonomi dalam Islam merupakan karakteristik khas institusi dalam Islam sekalipun belum secara optimal pemanfaatannya bagi umat Islam.
F. Pendekatan Sejarah dalam Kecamata Kitab Suci
            Salah satu pedoman hidup dalam beragama adalah kitab suci, kitab suci agama Islam adalah Al-Qur'an. Sebagai simbol keabsahan suatu agama dan pedoman bagi para penganutnya, Islam memiliki nilai yang tinggi bagi para penganutnya. Keyakinan ini sepertinya masih salah dipahami oleh orang-orang Barat, terutama mereka yang masih terpengaruh oleh doktrin lama agama mereka, yakni agama Yahudi dan Agama Nasrani
.              Pada awalnya, Yahudi dan Nasrani tidak mengakui sebagai wahyu Allah SWT. Penolakan ini terjadi dan dilakukan oleh sarjan-sarjana Barat terhadap sikap Maurice Bucaile disaat memperlakukan sama dan sejajar antara Al-Quran dengan kitab-kitab terdahulu sebagai wahyu yang tertulis. Studi Al-Quran yang dilakukan sarjana Barat pada dasarnya terfokus pada persoalan-persoalan kritis yang mengelilingi kitab suci orang Islam ini. Persoalan-persoalan tersebut seperti pembentukan teks Al-Quran, kronologi turunnya Al-Quran, sejarah teks, variasi bacaan, hubungan antara Al-Quran dengan kitab sebelumnya, dan isu-isu lain seputar itu. Kesalah pahaman orang-orang Barat terhadap Islam memiliki dasar sentiment, fanatisme dan sikap ketidak adilan. Hal ini terungkap saat dibukanya dokumen "Orientasi untuk dialog antara umat Kristen dan Umat Islam.
G. Manfaat Sejarah dalam Studi Islam 
             Sejarah dalam studi Islam sangat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dari situasi dan kondisi sosial kemasyarakatan, yaitu bagaimana melakukan pengkajian terhadap berbagai studi keislaman dengan menggunakan sejarah sebagai salah satu alat untuk menyatakan kebenaran dari objek kajian itu.
              Pentingnya pendekatan ini, mengingat karena rata-rata disiplin keilmuan dalam Islam tidak terlepas dari berbagai peristiwa atau sejarah. Baik yang berhubungan dengan waktu, lokasi dan format peristiwa yang terjadi. Melalui sejarah dalam studi Islam dikemukakan berbagai manfaat yang amat berharga, guna merumuskan secara benar berbagai kajian ke Islaman dengan tepat berkenaan dengan suatu peristiwa, Dari sini, maka seorang tidak akan memahami agama keluar dari Konteks historinya. Seorang yang ingin memahami Al-Quran secara benar maka ia harus mempelajari turunnya Al-Quran (Asbab-Nuzul) dengan demikian ia akan dapat mengetahui hikmah yang terkadung dalam suatu ayat berkenaan dengan hukum tertentu dan ditunjukkan untuk memelihara syari'at dari kekeliruan memahaminya.
              Mengingat begitu rasanya peranan sejarah ini, diharapkan dapat melahirkan semangat keilmuan untuk meneliti lebih lanjut beberapa peristiwa yang ada diharapkan penemu-penemuan ini akan lebih membuks takbir kedinamisan dalam mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan yang lebih layak sesuai dengan kehendak syara; sejarah memiliki cara tersendiri dalam melihat masa lalu guna menata masa sekarang dengan akan datamg.  
H. Penutup
               Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, fifologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang berarti "cinta" dan logos yang berarti "kata" Dengan demikian, kata fifologi membentuk arti "cinta kata" atau "senang bertutur". Arti tersebut kemudian berkembang menjadi "senang belajar" dan "senang kasustraan atau senang kebudayaan. Ditinjau dari sisi etimologi, kata sejarah berasal dari Bahasa Arab syajarah (pohon) dan dari kata history dalam bahasa inggris yang berarti cerita atau kisah. Kata history sendiri lebih populer untuk menyebut sejarah dalam ilmu pengetahuan. jika dilacak dari asalnya, kata history berasal dari kata Yunani istoria yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khusunya manusia.
                Sedangkan secara rinci dapat dikatakan bahwa fifologi mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus, diantaranya adalah :
1. Tujuan Umum :
     a. Memahami sejauh mana perkembangan suatu bangsa melalui sastarnya, baik tulisan maupun lisan .
     b. Memahami makna dan fungsi teks bagi masyarakat penciptanya.
2. Tujuan Khusus :
     a. Menyunting sebuah teks yang dipandang dekat dengan teks aslinya.
     b. Mengungkapkan sejarah terjadinya teks dan sejarah perkembangannya.
     c. Mengungkapkan persepsi pembaca pada setiap kurun atau zaman penerimaannya.
             Pendekatan Sejarah dalam Instusi Keislaman, Islam berkembang sebagai agama yang memiliki kandungan nilai-nilai ilmiah, rasional dam mistik. Hal tersebut karena perkembangan ini membawa dampak pada aspek lain. di antarnya pada pembentukan intitusi-intitusi Islam.
DAFTAR PUSTAKA 
             Abdullah Amin, Studi Agama: Normativ atau Historis, Yogyakarta: Pustaka
 Pelajar, 1996
             Baharuddin, Metode Studi Islam, Bandung: Cita Pustaka Media, 2005
             Daradjat Zakiah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1996
             Husaini Adian, Wajah Peradaban Barat dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekular Liberal, Jakarta: Gema Insani Press, 2005
                 Lubis Nabilah, Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Fifologi Jakarta : Puslitbang
Lektur Keagmaan Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2007
             Sahrodi, Jamali, Metodelogi Studi Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008                    
    

Thursday, July 21, 2016

no image

MAKALAH KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN DI TINJAU DARI SUDUT GURU DAN SISWA

A. Pendahuluan 

          Kepemimpinan bukan ditentukan seseorang atau beberapa atau beberapa orang saja, melainkan hasil bersama antara orang pemimpin dengan orang yang dipimpinnya. Pemimpin tidak akan efektif apabila tidak ada partisipasi bawahan. untuk mengavaluasi efektifitas kepemimpinan sering dikaitkan dengan konsekuensi dan tindakan - tindakan pemimpin tersebut bagi para pengikutnya dan para stakeholder lainnya.
            Sekolah dapat mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, sekolah disebut efektif jika sekolah tersebut dapat mencapai apa yang telah direncanakan. Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan perumusan apa yang harus dikerjakan dengan apa yang telah dicapai. Sehingga suatu sekolah akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa yang telah dirumuskan untuk dikerjakan dengan hasil-hasil yang telah dicapai oleh sekolah, sebaliknya sekola dikatakan tidak efektif bila hubungan tersebut rendah.
              Pada sekolah efektif seluruh siswa tidak hanya yang memiliki kemampuan tinggi dalam belajar tetapi juga memiliki kemampuan intelektualitas yang dapat mengembangkan dirinya sejauh mungkin jika dibandingkan dengan kondisi awal ketika mereka baru memasuki sekolah.
             Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa penyusun makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya ecaluasi diri. Dan kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat bahkan hikmah bagi penulis dan pembaca. 
B. Pembahasan
1. Kepemimpinan dalam pendidikan di Tinjau dari Sudut Guru dan Siswa 
                Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan kelompok yang diorganisir menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan. Kepemimpinan adalah individu di dalam kelompok yang memberikan tugas pengarahan pengorganisasian yang relavan dengan kegiatan-kegiatan kelompok. Kepemimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai usahan Kepala  Sekolah dalam memimpin, mempengaruhi dan memberikan bimbingan kepada para personil pendidikan sebagai bawahan agar tujuan pendidikan pengajaran dapat tercapai melalui serangkaian kegiatan yang telah direncanakan. 
                Dari defenisi tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah sumbangan dari seseorang di dalam situasi-situasi kerja sama. Kepemimpinan dan kelompok adalah merupakan dua hal yang dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Tak ada kelompok tanpa adanya kepemimpinan, dan sebaliknya kepemimpinan hanya ada dalam situasi intern kelompok. Seseorang tidak dapat dikatakan pemimpin, jika ia berada diluar kelompoknya harus berada di dalam suatu kelompok di mana ia memainkan peranan-peranan kegiatan-kegiatan kepemimpinannya. 
               Jadi, kepemimpinan pendidikan adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integrasi di dalam situasi pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien. 
                 Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. 
1. Tugas-tugas Kepemimpinan Pendidikan 
            Menurut pandangan demokrasi, kegiatan kepemimpinan pendidikan diwujudkan sedemikian rupa sehingga tugas-tugas pokok dibawah ini terealisir : 
a. Membantu orang-orang di dalam masyarakat sekolah merumuskan tujuan-tujuan pendidikan. 
b. Memperlancar proses belajar mengajar dengan mengembangkan pengajaran yang lebih efektif. 
c. Membentuk/membangun suatu unit organisasi yang produktif
d. Menciptakan ilklim di mana kepemimpinan pendidikan dapat bertumbuh dan berkembang. 
e. Memberikan sumber-sumber yang memadai untuk pengajaran yan efektif 
              Tugas-tugas diatas merupakan tolak ukur untuk menguji efektifitas kepemimpinan seseorang, dan dapat dirumuskan dengan hubungan "Jika maka" Jika kepemimpinan disekolah efektif, maka : 
a. Orang-orang memperoleh sumbangan yang berharga dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan. 
b. Berlangsung pengajaran yang efektif 
c. Orang-orang yang mengenal diri mereka sebagai penyumbang yang bertanggung jawab terhadap suatu organisasi yang produktif. 
d. Terciptanya suasana yang kondusif (berguna) untuk pertumbuhan orang -orang yang bekerja di dalamnya, 
e. Bertambahnya sumber-sumber yang kaya dimanfaatkab kedalam situasi belajar mengajar. 
              Untuk mencapai sekolah yang  efektif, guru yang mengajar disekolah tersebut harus memiliki kompetensi serta komitmen yang tinggi, bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Guru memiliki peran penting dalam mencerdaskan anak bangsa. Untuk mengetahui semua harapan itu, maka sekolah harus melakukan kegiatan evaluasi secara berkala, jujur dan objektif. Jika hal demikian dapat dilaksanakan dalam sekolah maka sekolah tersebut akan mendapatkan dari orang tua dan masyarakat. Dengan kepercayaan itulah sekolah akun dapat dibangun menjadi intitusi yang kuat dan martabat. 
                 Pada sekolah efektif seluruh siswa tidak hanya yang memiliki kemampuan tinggi dalam belajar tetapi juag memiliki kemampuan intelektualitas yang dapat mengembangkan dirinya sejauh mungkin jika dibandingkan dengan kondisi awal ketika mereka baru memasuki sekolah. Harapan ini sedikit berbeda dengan kenyataan yang memfokuskan efektifitas sekolah pada penguasaan kemampuan intelektual yang tercermin dari hasil Nilai Ujian Akhir yang hanya menilai aspek intelektualitas tanpa dapat mengukur hasil belajar siswa dalam kepribadian secara utuh. Sekolah yang efektif pastinya akan menjadi sekolahan yang diserbu oleh banyak calon siswa setiap awal tahun pelajaran dimulai. Peserta didik yang efektif sengat ditentukan oleh rumah dan sekolah yaitu rumah yang efektif dan sekolah yang efektif. 
             Guru profesional menurut suhertian, memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut : 
a. Memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar 
b. Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap tugasnya, dan 
c. Memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier serta menjunjung tinggi kode etik jabatan guru. 
            Menurut G.R Terry yang dikutif Maman Ukas, Bahwa tipe-tipe kepemimpinan ada 6 Yaitu : 
a. Tiipe kepemimpinan pribadi (personal Leadership). Dalam sistem kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan
b. Tipe kepemimpinan non pribadi (Non Personal Leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawas
c. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi harus ditaati. 
d. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertannggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan.  
e. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadeship). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya. 
f. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogeninius leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut berkecimpung. 
2. Kepemimpinan Dalam Pelajaran Di Tinjau Dari Sudut Guru Dan Siswa.
            Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain tentang pencapaian prestasi ke arah tujuan organisasi. Secara luas defenisi kepemimpinan dikemukakan oleh Yukl menyatakan bahwa kepemimpian meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budanya. 
             Pembelajaran adalah proses interaksi Siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Di dalam proses pembelajaran terdapat usaha guru membantu siswa memperoleh ilmu dan pengetahuan, menguasi kemahiran dan tabiat, serta membentuk sikap dan karakter siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Dilihat dari deskripsi pembelajaran di atas, tampak bahwa peran guru sangatlah penting. 
            Secara spesifik, undang-undangan no.14 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa tugas utama guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidilkan dasar dan pendidikan menengah. Berdasarkan peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwa untuk menjalankan Tugasnya, Kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. 
           Dalam menjalankan tugasnya tersebut, dengan segenap kompetensi yang dimilikinya, guru merupakan profesi yang menuntut penerapan konsep kepemimpinan yang unik. Keunikan tersebut dibentuk karena bawahan (menurut istilah Hersey dan Blanchard) adalah siswa, sekelompok manusia yang memiliki karakteristik tertentu. Selain itu, unsur situasi yang melingkupinya juga unik. Yaitu sekolah. Sekolah merupakan satuan organisasi unik. Organisasi ini tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan satuan organisasi yang lebih luas (Depdiknas), dan hidup dalam komteks lingkungan sosial budaya dimana sekolah itu berada. Jika sekolah tersebut dibangun oleh organisasi masyarakat, tentu ada visi dan misi tertentu yang juga mempengaruhi organisasinya. 
        Manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini di samping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetauan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya : prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa. 
         Setelah melaksanakan proses pembelajaran, tahap terakhir pembelajaran adalah melaksanakan evaluasi. Yang dikerjakan guru dalam tahapan ini adalah memilih dan membuat soal sesuai dengan SKL dengan memperhatikan tingkat kesukaran dan tingkat pembeda, selanjutnya memeriksa jawaban , mengklarifikasi hasil-hasil penilaian, menafsirkan dan menyusun program tindak lanjut hasil penilaian. Dalam menjalankan semua tahapan pembelajaran tersebut, ada proses pengambilan keputusan yang harus dilakukan guu. Ketika mengambil pengambilan keputusan yang harus dilakukan guru. Ketika mengambil keputusan inilah guru berperan sebagai seorang pemimpin yang dituntut mampu membawa para siswanya mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang telah direncakan. 
            Dalam melaksanakan proses pembelajaran, tahapan yang dilakukan guru adalah : 
a. Membuka pelajaran 
b. Menyajikan Materi
c. Menggunakan media dan metode
d. Memotivasi siswa
e. Berinteraksi dengan siswa secara komunikatif 
f.  Menyimpulkan pelajaran 
g. Melaksanakan penilaian, dan tindakan lanjut 
             Faktor-faktor yang mempengatuhi kepemimpinan menjadi dua faktor besar yaitu faktot internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah fakor-faktor yang muncul dari diri pemimpin, sedangkan faktor ekskternal adalah faktor-faktor yang terkait dengan karakteristik bawahan dan situasi. termasuk didalamnya situasi organisasi dan sosial. 
          Faktor internal, sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada pandangan dan cara ia memimpin sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan pendidikan. Faktor Eksternal. 
           Faktor eksternal jika dikaitkan dengan formula Hersey dan Blachar, adalah faktor yang disebabkan oleh karakter bawahan, di dalamnya terkait dengan status sosial, Pendidikan, pekerjaan, harapan, ideologi, agama dll. Faktor-faktor itu tentu akan menentukan bagaimana pemimpin mengatur dan mempengaruhinya. Jika bawahan itu adalah siswa, maka pemimpin akan menjalankan pola kepemimpinan sesuai dengan karakter siswa. Karakter siswa pun akan berbeda-beda, ada belum dewasa sehingga pemimpin mendekatinya dengan pendekatan pedagogi, ada pula siswa sudah dewasa sehingga memerlukan pendekatan andragogi. Kepemimpinan kepala sekolah harus dapat menggerakkan dan memotivasi kepada : 
a. Guru, untuk menyusun program, menyajikan program dengan baik, melaksanakan evaluasi, melakukan analisis hasil belajar dan melaksanakan perbaikan dan pengayaan secara tertib dan bertanggung jawab. 
b. Karyawan, untuk mengerjakan tugas administrasi dengan baik, melaksanakan kebersihan lingkungan secara rutin, melaksanakan tugas pemeliharaan gedung dan perawatan barang-barang inventaris dengan baik dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. 
c. Siswa, untuk rajin belajar secara tertib, terarah dan teratur dengan penuh kesadaran yang berorientsi masa depan dan 
d. Orang tua dan masyarakat, agar mampu untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemitraan yang lebih baik agar partsipasi mereka terhadap usaha pengembangan sekolah makin meningkat dan dirasakan sebagai suatu kewajiban, bukan sesuatu yang membebani. 
C. Penutup 
         Dunia pendidikan adalah dunia guru, rumah rehabilitasi anak didik. Dengan sengaja guru berupaya mengerahkan tenaga dan pikiran kita untuk mengeluarkan anak didik dari terali kebodohan. Sekolah sebagai tempat pengabdian adalah bingkai perjuangan guru dalam keluruhan akal budi untuk mewariskan nilai-nilai ilahiyah dan mentraformasikan multinorma keselamatan duniawi dan ukhrowi kepada anak didik agar menjadi manusia yang berahlak mulia, cerdas, kreatif, dan mandiri, berguna bagi pembangunan bangsa dan Negara di masa mendatang. 
           bila diibaratkan seorang pemimpin didalam pendidikan dan pengajaran maka guru dan siswa/anak didik menjadi dua figur manusia yang selalu hangat dibicarakan dan tidak pernah ada absen dari agenda pembicaraan masyarakat. Guru tidak hanya disanjung dengan keteladanannya, tetapi ia juga dicaci maki dengan sains hanya karena kealpaannya berbuat kebaikan, maka kejahiliyaan itu bagai tetes air daun talas. Keburukan guru membimbing dan membina anak didik. Padahal warna perilaku anak didik yang buruk terkomsumsi dari multisumber. 
            Guru adalah figure manusia sumber yang menempati posisi, memimpin dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Kepemimpinan guru dalam pendidikan harus tegas dan baik. Guru adalah pemimpin bagi anak didiknya, dilembaga formal adalah dunia kehidupan guru banyak menghabiskan waktunya disekolah dan mengabdikan diri kepada anak didik, sisanya ada dirumah dan dimasyarakat. Oleh karena itu harus terbangun kepemimpinan yang tegas dan baik dari guru untuk anak didiknya dan anak didik terhadap dirinya untuk memimpin dirinya sendiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kemuliannya guru meluruskan pribadi anak didik yang dinamis agar tidak membelok dari kebaikan. 

DAFTAR PUSTAKA 

Abdul, Wahab Aziz. 2008. Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan
          Pendidikan. Alfabeta:Bandung. 
Maman, Ukas. 1999. Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi. Ossa Promo: 
          Bandung. 
Miftah, Toha. 1990. Kepemimpinan Dalam Manjemen Suatu Pendekatan
          Perilaku. Rajawali Pers Jakarta. 
Mulyono. 2009. Education Leadership. UIN Press: Malang. 
Soemanto, Wasty dkk. 1960. Kepemimpinan Dalam Pendidikan. PT Usaha 
          Nasional : Surabaya. 
Suparlan. 2008. Membangun Sekolah Efektif. Hikayat Publishing: Yogyakarta