--> MAKALAH TENTANG : PARAMETER KIMIA AIR DALAM BUDIDAYA PERAIRAN | KUMPULAN MAKALAH

Berbagi Tugas Sekolah Makalah dan Referensi

Thursday, February 23, 2017

MAKALAH TENTANG : PARAMETER KIMIA AIR DALAM BUDIDAYA PERAIRAN

| Thursday, February 23, 2017
 Taufan Gamar Fadillah Harahap

KATA PENGANTAR

          Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan rahmat-Nya lah, penulis dapat menyusun makalah ini hingga selesai. Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari Dosen pembimbing yang telah berkontribusi dengan memberikan bimbingan maupun pikirannya.
          Harapan penulis semoga makalah tentang “Parameter Kimia dalam Budidaya Perairan” ini dapat menambah pengetahuan pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis,  penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
                                                                                                              
                                                                                                                                    Penulis. 

                                                                           DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………..………………………………………...      i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..      ii
BAB I  PENDAHULUAN……………………………………………………………………..     1
    LatarBelakang………………………………...…………………………………..................     1
    RumusanMasalah……………………………...…………………………………..................     1
    TujuandanManfaat…………………………...………………………………….....................     1
BAB II  PEMBAHASAN……….……………………………………………………………....    3
2.1.   MengidentifikasidanMengelolaKualitas Air………………………………….........................   3
2.1.1. OksigenTerlarut / Dissolved Oxygen (DO)………….………………...................................   3
2.1.2. KarbondioksidaBebas(〖CO〗_2)………………………….…………….........................  4
2.1.3.Nilai pH Air (DerajatKeasaman)……………………………………....................................  4
2.1.4.Kesadahan Air………………………………….……………………..................................  4
2.1.5. Alkalinitas…………………………………………………...………..................................  6
2.1.6. Ammonia………….……………….……………………..…………................................... 6
2.1.7. Nitrit (〖NO〗_2^-) dan Nitrat (〖NO〗_3^-)…….……………………..…………........  7
2.1.8. Asam Sulfida (H_2 S)………………………………………...………................................  7
2.1.9. Salinitas……………………………………………………………….................................  8
BAB III  PENUTUP…………………………………………………………………………........ 9
3.1.   Kesimpulan……………………………………………………………………..................... 9
3.2.   Saran..…………………………………………………………………………...................  9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………......... 10

                                                                            BAB I
                                                                  PENDAHULUAN
 

Latar Belakang
         Parameter kimia air mempunyaiperan yang sangat penting dalam keberhasilan budidaya biota perairan. Air, sebagai media hidup biota perairan berpengaruh langsung terhadap kesehatan dan pertumbuhannya. Kualitas air menentukan keberadaan berbagai jenis organisme yang ada dalam ekosistem lingkungan budidaya, baik terhadap kultivan yang dibudidayakan maupun biota lainnya sebagai penyusun ekosistem lingkungan budidaya. Air juga merupakan faktor penentu berhasil tidaknya dalam suatu usaha budidaya ikan. Faktor penentu ini dikarenakan biota air sangat bergantung pada kondisi air, antara lain ; untuk kebutuhan respirasi, keseimbangan cairan tubuh, proses fisiologis serta ruang gerak. Untuk mengetahui kondisi air yang dibutuhkan biota air, maka diukur dengan parameter air, antara lain ; kandungan gas terlarut, kandungan bahan kimia terlarut, suspensi partikel,dll.
         Pengelolaan suatu kualitas air adalah dengan cara mengamati parameter kualitas air yang dibutuhkan biota air. Oleh karena itu dengan pemahaman parameter kualitas air akan membantu dalam melakukan pengelolaan kualitas air yang sesuai untuk pemeliharaan biota air.

Rumusan masalah
    Apa saja faktor yang menentukan kualiatas air ?
    Apa saja parameter kimia dalam budidaya perairan ?
    Apa saja manfaat pengelolaan kualitas air ?

Tujuan dan Manfaaat
Tujuan dan manfaat pembuatan makalah ini adalah : 
    Menambah wawasan sekitar parameter kimia air dalam budidaya perairan.
    Dapat memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kepentingan budidaya.
    Dapat mengelola budidaya dengan baik.
    Dapat meminimalisir kesalahan dan kegagalan dalam budidaya.
    Mempermudah kita mengetahui masalah yang terjadi ketika melakukan budidadaya.
    Dapat menentukan kualitas air yang dibutuhkan dalam budidaya.
    Mengetahui cara mengelola kualitas air untuk kepentingan budidaya.
    Dan menumbuhkan motivasi untuk menjadi pelaku kegiatan budidaya yang sukses.

                                                                       BAB II
                                                               PEMBAHASAN

2.1.  Mengidentifikasi dan Mengelola Kualitas Air
    Parameter kimia air yang banyak berperan adalah Oksigen(O) terlarut, kandungan Karbondioksida(〖CO〗_2) bebas, pH air (derajat keasaman), Alkalinitas, Ammonia (〖NH〗_3 dan 〖NH〗_4), Asam Sulfida (H_2 S), dan Salinitas.

2.1.1. Oksigen Terlarut / Dissolved Oxygen (DO)
         Oksigen terlarut dalam air sangat menentukan kehidupan biota air,contohnya ikan. Bila kadar oksigen rendah dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan kematian ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan mengalami fluktuasi selama sehari semalam (24 jam). Konsentrasi terendah terjadi pada waktu subuh (dini hari), kemudian meningkat pada siang hari lalu menurun lagi pada malam hari. Perbedaan konsentrasi oksigen terlarut tertinggi terdapat pada perairan yang mempunyai kepadatan plankton yang tinggi dan sebaliknya,  oksigen terlarut terendah terdapat pada perairan yang mempunyai kepadatan plankton yang rendah.
         Kelarutan oksigen dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu suhu, kadar garam (salinitas) perairan, pergerakan air dipermukaan, luas daerah permukaan perairan yang terbuka, tekanan atmosfer, dan persentase oksigen sekelilingnya. Bila pada suhu yang sam konsentrasi oksige terlarut sama dengan jumlah kelarutan oksigen yang ada dalam air, maka air tersebut dapat dikatakan sudah jenuh dengan oksigen terlarut. Bila air mengandung lebih banyak oksigen terlarut daripada yang semestinya pada suhu tertentu, artinya oksigen dalam air tersebut sudah terlalu jenuh (super saturasi).
Oksigen terlarut dapat diukur dengan DO meter dan metode modifikasi azida di laboratorium. Kisaran DO yang  baik minimal 3 ppm dan optimal 4-7 ppm.

2.1.2. Karbondioksida Bebas 〖(CO〗_2)
        Karbondioksida atau dikenal sebagai zat asam arang dibutuhkan secara tidak langsung oleh ikan. Dengan kata lain karbondioksida dibutuhkan pada proses fotosintesa fitoplankton dan penentu derajat keasaman (pH) perairan. Karbondioksida bersenyawa dengan air membentuk asam karbonat (H_2 〖CO〗_3) yang menghasilkan kondisi asam dalam perairan melalui disesiasi menjadi H^+dan 〖HCO〗_3^- reaksinya adalah :
〖CO〗_3+H_2 O→ H_2 〖CO〗_3  dan,
H^++〖HCO〗_3^- → 〖2H〗^++ 〖CO〗_3^-
         Ikan akan mengalami kesulitan pernapasan jika kadar karbondioksida lebih dari 15 ppm dan masih bisa hidup dengan meningkatkan oksigen terlarut di dalam air.

2.1.3. Nilai pH Air (Derajat Keasaman)
         Besarnya pH suatu perairan adalah besarnya konsentrasi ion hidrogen yang terdapat di dalam perairan tersebut. Dengan kata lain nilai pH suatu perairan akan menunjukkan apakah air bereaksi asam atau basa.
Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi 〖CO〗_2dan senyawa-senyawa yang bersifat asam. Sebagai reaksinya nilai pH perairan akan berubah menjadi rendah pada pagi hari, meningkat pada siang hari dan mencapai maksimum pada sore hari serta akan menurun kembali pada malam hari. Oleh karena itu pengukuran pH perairan dilakukan pada pagi dan sore hari, karena pada saat-saat tersebut pH air mencapai puncak terendah dan tertinggi.
Dalam rangka mendukung kehidupan ikan dan kultur pakan alami (fitoplankton) nilai pH air berkisar antara 6,5 – 8,5.

2.1.4. Kesadahan Air
         Kesadahan merupakan petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan detergen (sabun). Pada air yang mempunyai kesadahan rendah akan mudah
 membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Sedangkan pada air yang mempunyai kesadahan tinggi tidak akan terbentuk busa.
         Kesadahan sangat penting bagi kehidupan ikan.  Tidak semua ikan dapat hidup pada nilai kesadahan yang sama. Dengan kata lain, setiap jenis ikan memerlukan nilai kesadahan pada kisaran tertentu untuk hidupnya.  Selain  itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang penting dalam hubungannya dengan usaha untuk mengubah nilai pH.
       Kesadahan merupakan ukuran yang menunjukkan jumlah ion kalsium (〖Ca〗_2^+) dan ion magnesium (〖Mg〗_2^+) dalam air. Ion-ion lain sebenarnya ikut pula mempengaruhi nilai kesadahan, akan tetapi pengaruhnya diketahui sangat kecil dan relatif sulit diukur sehingga diabaikan.
          Kesadahan pada umumnya dinyatakan dalam satuan ppm (part per million atau satu  persejuta bagian) kalsium karbonat (〖CaCO〗_3), tingkat kekerasan (dH) atau dengan menggunakan konsentrasi molar 〖CaCO〗_3. Satu satuan kesadahan Jerman atau dH sama dengan 10 mg kalsium oksida (CaO) per liter air (10 ppm).  Di Amerika, kesadahan pada umumnya menggunakan satuan ppm〖CaCO〗_3, dengan demikian satu satuan Jerman (dH) dapat diekspresikan sebagai 17,8 ppm〖CaCO〗_3.  Sedangkan satuan konsentrasi  molar dari 1 mili ekuivalen  = 2,8 dH = 50 ppm.  Perlu diperhatikan bahwa kebanyakan teskit pengukur kesadahan menggunakan  satuan 〖CaCO〗_3.
Berikut adalah kriteria kisaran kesadahan yang biasa dipakai:
    0  –  4 dH,   atau  0 –   70 ppm CaCO3:  sangat rendah   (sangat lunak)
    4 –   8 dH,   atau    70 – 140 ppm CaCO3:  rendah (lunak)
    8 – 12 dH,   atau  140 – 210 ppm CaCO3:  sedang
    12 – 18 dH,   atau  210 – 320 ppm CaCO3:  agak tinggi (agak keras)
    18 – 30 dH,   aau   320 – 530 ppm CaCO3:  tinggi (keras)
         Ketidaksesuaian kesadahan akan mempengaruhi transfer hara/gizi dan hasil sekresi melalui membran dan dapat mempengaruhi kesuburan,  fungsi organ dalam (seperti ginjal) dan pertumbuhan.
Setiap jenis  ikan memerlukan  kisaran  kesadahan  tertentu untuk hidupnya. Pada umumnya hampir semua jenis ikan dan tanaman dapat beradaptasi dengan kondisi kesadahan yang ada.  Akan tetapi pada proses pemijahan dapat gagal apabila dilakukan pada nilai kesadahan yang tidak tepat.

2.1.5. Alkalinitas
       Alkalinitas adalah kemampuan suatu senyawa (karbonat dan bikarbonat) yang ada dalam air untuk menetralisir asam kuat atau disebut juga sebagai penyangga (buffer). Produktifitas pembenihan ikan laut dapat optimal apabila mempunyai alkalinitas 50 – 200 ppm.
Pada perairan yang alkalinitasnya rendah, maka nilai pH dan kesadahan air juga rendah. Hal ini karena dalam perairan tersebut hanya terdapat sedikit ion Ca yang dapat meningkatkan nilai pH dan kesadahan.
2.1.6. Ammonia
        Ammonia merupakan perombakan senyawa nitrogen oleh organisme renik yang dilakukan pada perairan anaerob atau kandungan oksigen terlarut dalam air kurang. Di dalam air ammonia mempunyai dua bentuk senyawa yaitu senyawa ammonia bukan ion (〖NH〗_3) dan berupa ion amonium (〖NH〗_4^+).
Dalam kaitannya dengan usaha pembenihan ikan laut, NH3 akan dapat meracuni ikan sedangkan 〖NH〗_4^+ tidak berbahaya kecuali dalam konsentrasi sangat tinggi.  Konsentrasi 〖NH〗_3yang tinggi biasanya terjadi setelah fitoplankton mati kemudian diikuti dengan penurunan pH air disebabkan konsentarsi 〖CO〗_2 meningkat.
         Batas pengaruh yang mematikan ikan apabila konsentarsi 〖NH〗_3 pada perairan tidak lebih dari 1 ppm karena dapat menghambat daya serap hemoglobin darah terhadap oksigen dan ikan akan mati kartena sesak napas.
Perombakan senyawa nitrogen pada perairan aerob akan menghasilkan senyawa nitrat yang dapat diserap oleh organisme nabati sampai menjadi senyawa organik berupa protein.
2.1.7. Nitrit (〖NO〗_2^-) dan Nitrat (〖NO〗_3^-)
Nitrit mempunyai sifat racun bagi ikan. Pada darah yang banyak mengandung nitrit akan bereaksi dengan haemoglobin membentuk methemoglobin sebagai penyakit darah coklat. Nitrit terbentuk dari hasil reduksi nitrat oleh bakteri anaerob dalam dasar perairan. Di perairan nitrit dapat bersifat racun bila konsentrasi  lebih dari 5 mg/l  〖NO〗_2^--N. Untuk mengatasi tingkat keracunan nitrit dapat ditambahkan calsium dan klorida pada perairan tersebut.
Proses Terjadi Senyawa Nitrogen di perairan
Pada atmosfir       N_2+〖3H〗_2 →〖2NH〗_3
Pada perairan       〖NH〗_3+H_2 O →〖NH〗_4^++  OHˉ
〖4NH〗_4^+ +  〖3O〗_2→〖2NO〗_2^-+ 〖4H〗_ ^++  〖2H〗_2 O
〖2NO〗_2^-  +  O_2    →  〖2NO〗_3^-
〖NH〗_3+  〖HNO〗_3  → 〖NH〗_4 〖NO〗_3
〖NH〗_4 〖NO〗_3+O_2 →〖2NO〗_3^-   +  〖2H〗_█( @ )^+ + H_2 O
2.1.8. Asam Sulfida (H_2 S)
Asam sulfida merupakan hasil perombakan yang belum sempurna dari  bahan organik yang mengandung sulfur akibat perairan yang anaerob. Hasil perombakan tersebut dapat memperbesar pengurangan oksigen terlarut dan menimbulkan bau busuk.
Senyawa sulfur organik di perairan berasal dari buangan limbah industri dan limbah rumah tangga atau ada kalanya lahan yang mempunyai kandungan sulfida seperti daerah pertambangan batu bara. Konsentarsi maksimal asam sulfida yang tidak membahayakan ikan adalah 1 mg/liter.
2.1.9. Salinitas
Salinitas ditentukan berdasarkan banyaknya garam-garam yang larut dalam air. Salinitas dipengaruhi oleh curah hujan dan penguapan (evaporasi) yang terjadi suatu daerah.
Berdasarkan kemampuan ikan menyesuaikan diri pada salinitas tertentu, dapat digolongkan menjadi Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang kecil (Ctenohaline) dan Ikan yang mempunyai toleransi salinitas yang lebar .(Euryhaline).Golongan ikan laut merupakan golongan Ctenohaline yang hanya mampu hidup di perairan dengan salinitas > 30‰. Umumnya salinitas air laut relatif stabil kecuali pada muara-muara sungai dimana tempat pertemuan air tawar dan air laut.

                                                                   BAB III
                                                                 PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian berikut dapat disimpulkan bahwa parameter kimia yang menentukan kualitas air untuk kegiatan budidaya perairan, khususnya dalam membudidayakan ikan adalah kadar oksigen terlarut/dissolved oxygen (DO), karbondioksida bebas (〖CO〗_2), nilai pH air (derajat keasaman), kesadahan air, alkalinitas, ammonia, nitrit (〖NO〗_2^-) dan nitrat (〖NO〗_3^-), asam sulfida (H_2S), dan salinitas. Jadi, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam kegiatan budidaya kita harus memperhatikan parameter kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan perkembangan biota air yang kita budidayakan.
3.2.   Saran
Dari kesimpulan diatas, maka dapat diberikan saran antara lain :
    Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam kegiatan budidaya kita harus memperhatikan parameter kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan perkembangan biota air yang kita budidayakan.
    Agar dapat memperhatikan parameter kualitas air kita dapat menggunakan berbagai alat-alat pengukur kualitas parairan seperti pH meter, DO meter, Refractometer, dll.
    Supaya pemeliharaan kualitas air lebih maksimal, kita dapat melakukan uji laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

    Hefni Efendi. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius.
    Rukaesih Achmad. 2011. Kimia lingkungan. Yogyakarta : Andi Publishing.
    http://ruangbelajar14.blogspot.co.id/2016/02/makalah-mengidentifikasi-parameter-air.html

Related Posts

No comments:

Post a Comment