--> KUMPULAN MAKALAH | Deskripsi Singkat Blog di Sini

Berbagi Tugas Sekolah Makalah dan Referensi

Sunday, March 12, 2017

no image

MAKALAH TENTANG : FUNGSI AGAMA BAGI MANUSIA

                                                             PENDAHULUAN


         Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat istimewa, Karena manusia berbeda dengan makhluk yang lainnya. Manusia diberi akal dan pikiran untuk bertindak sesuai dengan etika dan nilai-nilai moral yang berlaku sesuai dengan kehendaknya, Lingkungan dan ajaran agama yang dianutnya. Nilai-nilai dan norma-norma yang memberikan arah dan makna bagi manusia dalam bertindak ialah agama.
        Agama sebagai bentuk keyakinan manusia terhadap sesuatu yang bersifat Adikordrati (Supernatural) ternyata seakan menyertai manusia dalam ruang lingkup kehidupan yang luas. Agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia sebagai orang per orang maupun dalam hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat. Selain itu agama juga memberi dampak bagi kehidupan sehari-hari.
         Dari uraian di atas, kami mencoba menguraikannya lebih jelas lagi dalam judul makalah “Fungsi Agama bagi manusia”.

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Agama
       Merumuskan pengertian agama bukan suatu perkara mudah, dan ketidak sanggupan manusia untuk mendefinisikan agama karena disebabkan oleh persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kepentingan mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sumber terjadinya agama terdapat dua kategori yaitu agama Samawi dari langit meliputi Yahudi, Kristen dan Islam. dan agama Ardhi atau agama bumi yang juga disebut agama budaya yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau akal budi manusia.
       Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata “Agama” pada umumnya: Pengertian agama dari segi bahasa diberikan Harun Nasution, kata agama dikenal pula kata din dari bahasa arab dan kata religi dalam bahasa Eropa. Agama berasal dari bahsa Sanskerta yang menunjukkan adanya keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Ilahi dari kata A-GAM-A. Awalan A berarti “tidak” dan GAM berarti pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang kekal dengan demikian “agama berarti pedoman hidup yang kekal.” Atau a:tidak, gama: kacau artinya tidak kacau atau adanya keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu.
    Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
1.    Agama ialah sikap manusia yang percaya adanya Tuhan, dewa, dan manusia yang percaya tersebut menyembah serta berbhakti kepada-Nya serta melaksanakan berbagai macam atau bentuk kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut.
2.    Agama ialah percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum-hukum Nya. Hukum-hukum Tuhan tersebut diwahyukan kepada manusia melalui utusan-utusan-Nya.

B.    Fungsi Agama bagi manusia

Peranan agama bisa dilihat dari beberapa aspek:
1.    Aspek keagamaan (religius): agama menyadarkan manusia tentang siapa penciptanya.
2.    Secara asal usul (antropologis): agama memberitahukan kepada manusia tentang siapa, dari mana, dan mau kemana manusia.
3.    Dari segi kemasyarakatan (sosiologis): sarana keagamaan sebagai lambang masyarakat yang keadaannya bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh seluruh masyarakat. Fungsi: untuk memperkuat rasa solidaritas.
4.    Secara kejiwaan (psikologis): agama bisa menenteramkan, menenangkan dan membahagiakan kehidupan jiwa seseorang.
5.    Dan secara moral (Ethics): menunjukkan tata nilai dan norma yang baik dan buruk serta mendorong manusia berprilaku baik.

Ada beberapa alasan tentang mengapa agama sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah:
•    Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
•    Karena agama merupakan sumber moral.
•    Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia.
•    Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.

1.    Fungsi agama bagi kehidupan individu
1)    Agama sebagai pembentuk kata hati
      Pada diri manusia telah ada sejumlah potensi untuk memberi arah dalam kehidupan manusia. Potensi tersebut adalah naluriah, inderawi, nalar, agama. Melalui pendekatan ini, maka agama sudah menjadi potensi fitrah yang dibawa sejak lahir. Pengaruh lingkungan terhadap seseorang adalah memberi bimbingan kepada potensi yang dimilikinya itu. Berdasarkan pendekatan ini, maka pengaruh agama dalam kehidupan individu adalah memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa sukses dan rasa terlindung.
2)    Agama sebagai sumber nilai dalam menjaga kesusilaan menurut:
       Elizabeth K. Nottingham mengatakan bahwa setiap individu tumbuh menjadi dewasa memerlukan suatu sistem nilai sebagai tuntunan umum untuk mengarahkan aktifitas dalam masyarakat yang berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Dengan mempedomani sistem nilai maka kesusilaan akan terjaga namun nilai tersebut tidak akan berfungsi tanpa melalui pendidikan.
3)    Agama sebagai sarana untuk memuaskan keingintahuan
      Agama maupun memberi jawaban atas kesukaran intelektual, sejauh kesukaran itu diresapi oleh keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan, agar dapat menempatkan diri secara berarti dan bermakna di tengah-tengah alam semesta ini. Tanpa agama, manusia tidak mampu menjawab pertanyaan yang sangat mendasar dalam kehidupannya, yaitu dari mana manusia datang, apa tujuan manusia hidup, dan mengapa manusia ada, dan kemana manusia kembalinya setelah mati.
4)    Agama sebagai sarana untuk mengatasi prustasi
Manusia mempunyai kebutuhan dalam kehidupan ini, mulai dari kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, istirahat, sampai kebutuhan psikis. Menurut pengamatan psikolog bahwa keadaan frustasi itu dapat menimbulkan tingkah laku keagamaan. Orang yang mengalami frustasi tidak jarang bertingkah laku religius atau keagamaan, untuk mengatasi frustasinya. Untuk itu ia melakukan pendekatan kepada Tuhan melalui ibadah.
5)    Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan
Ketakutan yang dimaksud dalam kaitannya dengan agama sebagai sarana untuk mengatasinya, adalah ketakutan yang tidak ada obyeknya. Bentuk ketakutan tanpa objek hampir tidak bisa diteliti secara positif, karena ketakutan tersebut biasanya tersembunyi dalam gejala-gejala lain yang merupakan manifestasi terselubung dari ketakutan, misalnya dalam bentuk gejala malu, rasa bingung, takut kecelakaan, dan takut mati. Timbulnya motivasi agama salah satunya karena adanya rasa takut.

2.    Fungsi agama dalam kehidupan masyarakat
Nilai-nilai dan norma-norma yang memberikan arah dan makna bagi kehidupan masyarakat ialah agama. Masalah agama tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:
1)    Berfungsi Edukatif
Manusia mempercayakan fungsi edukatif kepada agama yang mencakup tugas mengajar dan tugas bimbingan. Lain dari instansi (institusi profan) agama dianggap sanggup memberikan pengajaran yang otoritaf, bahkan dalam hal-hal yang “sakral” tidak dapat salah. Agama menyampaikan ajarannya dengan perantaraan petugas-petugasnya baik di dalam khotbah, renungan, dan pendalaman rohani. Untuk melaksanakan tugas itu ditunjuk sejumlah fungsionaris seperti: Nabi dan kyai. Tugas bimbingan yang diberikan petugas-petugas agama juga dibenarkan dan diterima berdasarkan pertimbangan yang sama. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masing-masing.
2)    Berfungsi penyelamat
Tanpa atau dengan penelitian ilmiah, cukup berdasarkan pengalaman sehari-hari, dapat dipastikan bahwa setiap manusia menginginkan keselamatannya baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati. Jaminan untuk itu mereka temukan dalam agama. Terutama karena agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara-cara yang khas untuk mencapai kebahagiaan yang terakhir, yang pencapaiannya mengatasi kemampuan manusia secara mutlak, karena kebahagiaan itu berada di luar batas kekuatan manusia. Orang berpendapat bahwa hanya manusia agama yang dapat mencapai titik itu. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan para penganutnya untuk mengenal terhadap sesuatu yang sacral yang disebut supernatural. berkomunikasi dengan supernatural dilaksanakan dengan berbagai cara sesuai dengan ajaran agama itu sendiri.
3)    Berfungsi sebagai pendamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian bathin tuntunan agama. Rasa berdosa dan bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seseorang yang bersalah telah menebus dosanya melalui: tobat atau penebusan dosa.
4)    Berfungsi sebagai pengawasan sosial
Pada umumnya manusia mempunyai keyakinan yang sama, bahwa kesejahteraan kelompok sosial khususnya dan masyarakat besar umumnya tidak dapat dipisahkan dari kesetiaan kelompok atau masyarakat itu kepada kaidah-kaidah susila dan hukum-hukum rasional yang telah ada pada kelompok atau masyarakat itu. Agama merasa ikut bertanggung jawab atas adanya norma-norma susila yang baik yang diberlakukan atas masyarakat manusia umumnya. Maka agama menyeleksi kaidah-kaidah susila yang ada dan mengukuhkan yang baik sebagai kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk ditinggalkan sebagai larangan.
5)    Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan dalam iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan menimbulkan rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Bahkan rasa persaudaraan (solidaritas) itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.
6)    Berfungsi Transformatif
Kata transformatif berasal dari kata Latin “transformare” artinya mengubah bentuk. Jadi fungsi transformatif (yang dilakukan kepada agama) berarti mengubah bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru. Ini berarti pula mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru. Ajaran agama dapat merubah kehidupan seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
7)    Berfungsi Kreatif
Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi dan penemuan baru dalam pekerjaan yang dilakukannya.

SIMPULAN

       Agama ialah sikap manusia yang percaya adanya Tuhan, dewa, dan manusia yang percaya tersebut menyembah serta berbhakti kepada-Nya serta melaksanakan berbagai macam atau bentuk kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Kewajiban atau hukum-hukum tersebut diwahyukan kepada manusia melalui utusan-Nya.
       Peranan agama bisa dilihat dari beberapa aspek yaitu Aspek keagamaan (religius), Secara asal usul (antropologis), dari segi kemasyarakatan (sosiologis), Secara kejiwaan (psikologis), Dan secara moral (Ethics).
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah:
•    Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
•    Karena agama merupakan sumber moral.
•    Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia.
•    Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
Fungsi agama bagi kehidupan individu:
1.    Agama sebagai pembentuk kata hati.
2.    Agama sebagai sumber nilai dalam menjaga kesusilaan.
3.    Agama sebagai sarana untuk memuaskan keingintahuan.
4.    Agama sebagai sarana untuk mengatasi prustasi.
5.    Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan.
Fungsi agama dalam kehidupan masyarakat:
1.    Berfungsi Edukatif
2.    Berfungsi penyelamat
3.    Berfungsi sebagai pendamaian
4.    Berfungsi sebagai pengawasan sosial
5.    Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
6.    Berfungsi Transformatif
7.    Berfungsi kreatif

DAFTAR PUSTAKA

Hendropuspito, Sosiologi Agama,  Jakarta: Kanisius, 1983
http abdulqodir147.blogspot.co.id/2013/02/peran agama
Http issadiyah.blogspot.co.id/2012/10/peran dan fungsi agama
no image

MAKALAH TENTANG : POLITIK DAN EKSISTENSI POLITIK DALAM ISLAM

                                                               PENDAHULUAN

      Masalah politik dan sejarah termasuk bidang studi yang menarik perhatian masyarakat pada umumnya. Hal ini antara lain disebabkan karena masalah politik selalu mempengaruhi kehidupan masyarakat. Masyarakat yang tertib, aman, damai, sejahtera lahir dan batin, dan seterusnya tidak dapat dilepaskan dari sistem politik yang diterapkan. Karena demikian pentingnya masalah politik ini, telah banyak studi dan kajian yang dilakukan para ahli terhadapnya. Demikian pula ajaran islam sebagai ajaran yang mengatur kehidupan manusia secara menyeluruh juga diyakini mengandung kajian mengenai masalah politik dan kenegaraan. Dalam hubungan ini, Ibn Khaldun berpendapat bahwa agama memperkokoh kekuatan yang telah dipupuk oleh negara dari solidaritas dan jumlah penduduk. Sebabnya adalah karena semangat agama bisa meredakan pertentangan dan iri hati yang dirasakan oleh satu anggota dari golongan itu terhadap anggota lainnya, dan menuntun mereka ke arah kebenaran.
       Sedangkan sejarah Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian para peneliti baik dari kalangan sarjana Muslim maupun non Muslim, karena banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus peringatan agar berhati-hati dengan melihat dan mempelajari sejarah Islam. para peneliti Muslim tampak di samping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai serta dana dan dukungan politik dari pemerintah yang kondusif.
       Dari keadaan itulah, banyak masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan produk-produk hukum yang dipelajari di berbagai lembaga pendidikan, dengan tidak disertai oleh pengetahuan sejarah yang cukup. Dengan demikian, sering berbagai masalah sosial dan hukum serta pemikiran Islam lainnya dipahami lepas dari konteksnya, sehingga kemampuan untuk mengaitkannya dengan masalah-masalah yang muncul di masyarakat menjadi tidak terjangkau. Menyadari berbagai persoalan di atas, maka di berbagai lembaga pendidikan Islam yang ada hingga sekarang, bidang studi sejarah Islam dipelajari. Untuk itu pada bagian ini kami akan membahas mengenai penelitian Politik dan Sejarah.

PEMBAHASAN
   
1.     Penelitian Politik
A.    Pengertian Politik
       Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Karangan W.J.S. Poerwandarminta, politik diartikan sebagai pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, seperti tata cara pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan dan sebagainya; dan dapat pula berarti segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan), siasat dan sebagainya mengenai pemerintahan sesuatu negara atau terhadap negara lain.
        Selanjutnya sebagai suatu sistem, politik adalah suatu konsepsi yang berisikan antara lain ketentuan-ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan negara; siapa pelaksana kekuasaan tersebut; apa dasar dan bagaimana cara untuk menentukan serta kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu diberikan; kepada siapa pelaksanaan kekuasaan itu bertanggung jawab dan bagaimana bentuk tanggung jawabnya
      Dalam bahasa Arab, politik biasanya diwakili oleh kata Al-Siyasah dan daulah, walaupun kata-kata tersebut berkaitan dengan politik seperti keadilan, musyawarah pada mulanya bukan ditujukan untuk masalah politik. Kata siyasah dijumpai dalam bidang kajian hukum, yaitu ketika berbicara tentang masalah imamah, sehingga dalam fikih dikenal adanya bahasan tentang fiqih siyasah. Demikian juga kata daulah dalam Alqur’an digunakan untuk kasus penguasaan harta dikalangan orang-orang kaya. Yaitu dengan zakat diharapkan harta tersebut tidak hanya berputar pada orang-orang kaya. Karena sifat harta tersebut harus bergilir dan tidak hanya dikuasai oleh orang-orang kaya. Maka kata daulah digunakan untuk masalah politik yang sifatnya berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya. Demikian juga kata keadilan digunakan dalam memutuskan suatu perkara dalam kehidupan.

B.    Eksistensi Politik Dalam Islam
        Di kalangan masyarakat Islam pada umumnya kurang melihat hubungan masalah politik dengan agama. Hal ini antara lain disebabkan karena pemahaman yang kurang utuh terhadap cakupan ajaran Islam itu sendiri.                        
       Berdasarkan penulusuran kesejarahan Islam kelahirannya telah mengenal bentuk pemerintahan atau sudah mengenali system politik. Selain data sejarah tersebut juga menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal bentuk pemerintahan tertentu. Islam juga dapat menerima apapun sepanjang bentuk dan system pemerintahan apapun selama system pemerintahan tersebut dapat menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan lahir batin, aman dan damai bagi seluruh masyarakat. Keberadan politik dalam Islam dapat dilihat dari munculnya berbagai teori politik khususnya khilafah dan Imamiyah yang diajukan bebagai aliran.            Menurut Munawir Sjadzali berdasarkan hasil penelitiannya menginformasikan bahwa dikalangan ummat Islam sampai sekarang terdapat tiga aliran tentang hubungan Islam dan ketatanegaraan. Aliran pertama berpendirian bahwa Islam bukan semata-mata dalam pengertian Barat, yakni hanya menyangkut hubungan antara manusia dan Tuhan, sebaliknya Islam adalah suatu agama yang sempurna dan lengkap dengan pengaturan segala aspek  kehidupan manusia termasuk kehidupan bernegara. Aliran ini pada umumnya berpendirian bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap, yang didalamnya terdapat pula system kenegaraan atau politik. System ketatanegaraan atau politik Islami yang harus diteladani adalah system yang telah dilaksanakan oleh Nabi Besar Muhammad saw dan oleh empat khalifah Ar Rasyidin.    Aliran yang kedua berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian barat yang tidak ada hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini Nabi Muhammad saw hanyalah seorang rasul seperti halnya rasul-rasul sebelumnya dengan tugas tunggal mengajak manusia kembali kepada kehidupan yang mulia dan menjunjung tinggi budi pekerti luhur, dan tidak pernah dimaksudkan untuk mendirikan dan mengepalai suatu negara.             
         Aliran yang ketiga menolak pendapat bahwa Islam adalah suatu agama yang serba lengkap dan Islam terdapat system kenegaraan. Aliran ini menolak bahwa Islam adalah agama dalam pengertian barat yang hanya mengatur hubungan antara manusia dan Maha penciptanya. Juga berpendapat bahwa Islam tidak terdapat system ketatanegaraan tetapi seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
C.    Model-model Penelitian Politik
        Memahami berbagai pendekatan dalam masalah politik sangat diperlukan sebagai alat untuk melakukan kajian dan untuk melakukan analisa terhadap model penelitian yang kita lakukan dan yang dilakukan oleh orang lain. Berikut ini akan disajikan model penelitian politik yang dilakukan oleh M. Syafi’i dan Harry J. Benda.
1.    Model M. Syafi’i Ma’arif
       Pada bagian pendahuluan laporan hasil penelitiannya Syafi’I mengemukakan subtansi ajaran Al Qur’an mengenai ketatanegaraan. Ia mengatakan jika perkembangan sosial keagamaan berlanjut menurut arah ini, maka usaha intelektual yang sungguh-sungguh dalam menjelaskan dan mensistematisasikan berbagai aspek ajaran Islam mutlak perlu digalakkan agar ummat Islam punya kemampuan menghadapi dan memecahkan masalah-masalah modern yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia seperti kemiskinan, keterbelakangan ekonomi, pertambahan penduduk, pendidikan, perkembngan politik dan yang sangat mendesak adalah masalah kedilan sosio ekonomi.                        
       Hasil penelitiannya diungkapkan dalam lima bab. Bab pertama adalah pendahuluan tentang pengertian singkat dan tepat Al Qur’an dan sunnah Nabi yang bertalian dngan topik kajiannya. Pada bab II mengemukakan secara hati-hati teori-teori politik yang dirumuskan para yuris Islam abad pertengahan dan sarjana-sarjana serta pemikir muslim modern. Pada bab IV menguraikan secara kritis masalah yang sangat krusial yaitu pengajuan Islam sebagai dasar falsafah negara oleh partai-partai Islam dan tantangan kelompok nasionalis dalam sidang-sidang Majelis Konstituante Republik Indonesia. Pada bab V sebagai kesimpulan dari penelitiannnya itu.                                 
       Selanjutnya Syafi’I  Ma’arif mengatakan bahwa suatu analisa tentang tema pokok dan topik-topik lain dalam esai ini akan melahirkan tiga hipotesis yang berkaitan secara organic yang perlu dilacak lebih jauh. Tiga hipotesis tersebut ialah :
1.     Islam di Indonesia sebagai suatu agama yang hidup dinamis
2.     Usaha-usaha untuk mengunah Indonesia menjadi negara Islam
3.    Prospek Islam di Indonesia nampaknya tergantung pada kemampuan intelek muslim para ulama’ dan pemimpin Islam yang lain untuk memahami realitas masyarakat mereka.
2.    Model Harry J. Benda
       Penelitiannya di bidang politik dengan menggunakan pendekatan histories normative berusaha mencari informasi dari sumber-sumber sesudah perang demi menguji dan memperbaiki gambaran yang telah ada dari studi catatan-catatan masa pendudukan. Menurutnya berbeda dengan kolonialisme Belanda, pendudukan Jepang, dan perkembangan Islam selama tahun-tahun sejauh ini sangat tidak mendapatkan perhatian dari kalangan penukis-penulis Indonesia.                            
        Penelitian yang dilakukannya memberikan analisa sosio-historis tentang elite Islam dan dalam jangkauan yang lebih kecil tentang elit-elit tentang religious yang bersaing dipanggung politik Indonesia dibawah kekuasaan asing.                 
      Diantara kesimpulan yang dihasilkan adalah meskipun Islam didaerah lain tak dapat disangkal telah memainkan peranan utama didalam politik Indonesia, di Jawa telah mendapatkan perwujudan organisatoris paling penting. Disanalah kelompok-kelompok Islam paling langsung terlibat dalam membentuk politik Indonesia pada umumnya.
2.     Penelitian Sejarah
A.    Pengertian Sejarah
        Dalam kamus umum bahasa indonesia,W.J.S. poerwadarminta mengatakan sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar benar terjadi  pada  masa yang lampau atau peritiwa penting yang benar-benar terjadi definisi tersebut terlihat  menekan kan kepada materi peristiwa tampa mengait kan dengan aspek lainnya. Sedangkan dalam pengertian yang lebih komprehensif suatu peristiwa sejarah perlu juga di lihat siapa yang melakukan peristiwa tersebut, di mana, kapan, dan mengapa peristiwa tersebut terjadi. Dengan kata lain, di dalam  sejarah terdapat objek peritiwanya (what), orang yang melakukannya (who),waktunya (when), tempatnya (where), dan latar belakang nya (why). Seluruh aspek tersebut selsnjut nya, di susun secara sistematik dan menggambar kan hubungan yang erat antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.
         Dari pengertian  demikian kita dapat mengatakan bahwa yang di maksud dengan sejarah islam adalah peritiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang seluruh nya berkaitan dengan agama islam. Selanjut nya, karena agama islam itu luas cakupannya, sejarah islam pun menjadi luas pula cakupannya. Di antara cakupannya itu ada yang berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan,  perkembangan dan penyebarannya, tokoh-tokoh yang melakukan pengembangan dan penyebaran  agama islam tersebut, sejarah kemajuan dan kemunduran yang di capai umat islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan,   arsitektur, politik pemerintahan, peperangan, pendidikan dan ekonomi. Penelitian yang berkenaan degan berbagai aspek yang terdapat dalam sejarah islam tersebut telah banyak di lakukan baik oleh kalangan umat islam sendiri, maupun para sarjana dari barat.
        Dengan demikian, dapat di simpulkan bahwa yang di maksud dengan sejarah adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama islam dalam berbagai aspek. Dalam kaitan ini, maka muncullah berbagai istilah yang sering di gunakan untuk sejarah ini, di antaranya sejarah islam, sejarah peradaban islam, sejarah dan kebudayaan islam.

B. Ruang Lingkup Sejarah Islam
1.    Objek
     Obyek kajian sejarah islam adalah fakta-fakta  islam berupa informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan  islam baik formal, informal dan non formal. Dengan demikian akan diproleh apa yang disebut dengan sejarah serba objek hal ini sejalan dengan peranan agama islam sebagai agama dakwah penyeru kebaikan, pencegah kemungkaran, menuju kehidupan yang sejahtera lahir bathin secara material dan spiritual. Namun sebagai cabang dari ilmu pengetahuan, objek sejarah pendidikan islam umumnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan dalam objek-objek sejarah , seperti mengenai sifat-sifat yang dimilikinya. Dengan kata lain, bersifat menjadi sejarah serba subjek
2.    Metode
        Mengenai metode sejarah islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya khusus, berlaku kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah. Kebiasaan dari penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu perpaduan khusus keterampilan intelektual.
       Sejarahwan harus menguasai alat-alat analisis untuk menilai kebenaran materi-materi sebenarnya, dan perpaduan untuk mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam kisah yang penuh makna, sebagai seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik dalam mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya. 
        Untuk memahami sejarah  islam diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh adalah keterpaduan antara metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sistensis.
Pertama metode deskriptif, ajaran-ajaran islam yang dibawa oleh Rosulullah saw, yang termaktub dalam Al-Qur’an dijelaskan oleh As-sunnah , khususnya yang langsung berkaitan dengan islam dapat dilukiskan dan dijelaskan sebagaimana adanya. Pada saatnya dengan cara ini maka yang terkandung dalam ajaran islam dapat dipahami.
      Kedua metode komparatif mencoba membandingkan antara tujuan ajaran islam  yang hidup dan berkembang pada masa lalu, pertengahan ,akan datang dan tempat tertentu. Dengan metode ini dapat diketahui persamaan dan perbedaan yang ada pada dua hal tersebut sehingga dapat diajukan pemecahan yang mungkin keduanya apabila terjadi kesenjangan.
       Metode analisis sinsesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaran islam secara kritis, sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan islam. Pada saatnya dengan metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan cermat dari pembahasan sejarah pendidikan islam. Metode ini dapat pula didayagunakan untuk kepentingan proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia yang islami.
Dalam penggalian dan penulisan sejarah pendidikan islam ada beberapa metode yang dapat dipakai antaranya:
1)    Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan interview.
2)    Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara langsung.
3)    Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis.
C.    Model Penelitian Sejarah
         Sejarah merupakan suatu hal yang penting  bagi setiap orang, karena dengan mempelajari sejarah itulah orang-orang dapat mempelajari beberapa hal agar kesalahan yang dahulu tidak terulang kembali dan yang lainnya.
      Terdapat berbagai model penelitian sejarah yang dilakukan studi sejarah yang dilakukan para ahli. Diantaranya ada yang melakukan studi sejarah dari segi tokoh atau pelakunya peristiwanya produk-produk budaya dan ilmu pengetahuannya, wilayah atau kawasan tertentu, latar belakang terjadinya berbagai peristiwa tersebut dari segi periodesasinya, dan sebagainya. Demikian pula dari segi analisisnya, terdapat para ahli yang menganalisis sejarah dari segi filsafat atau pesan ajaran yang terkandung didalamnya; ada pula yang menganalisisnya dengan pendekatan perbandingan, dan lain sebagainya.
Adapun model-model yang biasanya dipergunakan antara lain:
1.    Model Penelitian Sejarah Ditinjau Dari Periodesasinya dan Para Tokohnya
         Sejarah merupakan suatu hal yang sangat luas, maka model penelitiannya pun beragam. Salah satunya ialah model penelitian yang ditinnjau dari peridesasinya (waktu) dan juga para tokohnya.
Sejarah Islam, seperti yang telah dituliskan sebelumnya bahwa sejarah Islam ruang lingkupnya salah satunya dapat dilihat dari segi periodesasinya (waktunya). Yang mana periodesasi dari sejarah Islam dapat dibagi kedalam tiga periode yaitu periode klasik, periode pertengahan dan juga periode modern. Ketiga periode itu pun memiliki fase-fase masing-masing di dalamnya.
2.    Model Penelitian Sejarah Ditinjau Dari Kawasannya
      Penelitian sejarah dengan menggunakan model penelitian sejarah ditinjau dari kawasannya dapat dilakukan dengan melihat kawasan dimana peristiwa itu terjadi.
Ada beberapa peneliti sejarah Islam yang menggunakan model penelitian bedasarkan kawasannya ini, antara lain yaitu:
•    John L.Esposito, mengedit buku Islam in Asia, Religion, Politics, and Sosciety. Didalam buku tersebut dikemukakan perkembangan Islam diasia pada umumnya, perkembangan Islam di Iran, Palestina, Afganistan, Filifina, Asia Tengah (Soviet), Cina, India, Malaysia dan Indonesia.
•    David D. Newsom, dalam tulisannya berjudul Islam in Asia Ally or Adversary, menyatakan bahwa Islam sebagaimana yang dipahami oleh sejumlah orang Amerika sebagai agama dunia Arab, ternyata tidak benar. Karena sebagian besar pemeluk Islam sebagaimana dijumpai pada masa lalu tinggal di Asia.

PENUTUP
       Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Karangan W.J.S. Poerwandarminta, politik diartikan sebagai pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, seperti tata cara pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan dan sebagainya; dan dapat pula berarti segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan), siasat dan sebagainya mengenai pemerintahan sesuatu negara atau terhadap negara lain.
      Berdasarkan penulusuran kesejarahan Islam kelahirannya telah mengenal bentuk pemerintahan atau sudah mengenali system politik. Selain data sejarah tersebut juga menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal bentuk pemerintahan tertentu. Islam juga dapat menerima apapun sepanjang bentuk dan system pemerintahan apapun selama system pemerintahan tersebut dapat menegakkan keadilan, kemakmuran, kesejahteraan lahir batin, aman dan damai bagi seluruh masyarakat. Keberadan politik dalam Islam dapat dilihat dari munculnya berbagai teori politik khususnya khilafah dan Imamiyah yang diajukan bebagai aliran.    Ada dua model penelitian politik yaitu yang dilakukan oleh M. Syafi’i dan Harry J. Benda.
     Sejarah adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama islam dalam berbagai aspek. Ruang lingkup sejarah Islam meliputi objek dan metode. Adapun model-model yang biasa dipergunakan yaitu, Model Penelitian Sejarah Ditinjau dari Periodesasinya dan Para Tokohnya dan Model Penelitian Sejarah Ditinjau dari Kawasannya.

DAFTAR PUSTAKA
    Poerwadarminta, W.J.S.  Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991
Nata, Abuddin,  Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014
Mustafa, A,  Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999
no image

MAKALAH TENTANG : AL-QUR'AN DAN KISAH AL-QURAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
       Al Qur’an merupakan salah satu dari beberapa kitab yang diturunkan kepada beberapa Rasul utusan-Nya, Kitab ini merupakan kitab yang idturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kita semua telah mengetahui bersama bahwa Al Qur’an merupakan kitab yang terakhir diturunkan oleh Allah, kitab ini dapat dikatakan sudah mewakili kitab-kitab sebelumnya, dari segi pokok-pokok ajaran tauhidnya.
         Al Qur’an juga merupakan salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW yang paling besar, karena kitab ini tidak akan hilang bersama dengan berkembangnya zaman ini. Kitab ini secara umum tidak hanya berisikan perintah dan larangan Allah semata, di dalam kitab ini juga disebutkan beberapa kisah ummat terdahulu yang bisa kita ambil hikmah dari kisah tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan beragama, namun Al Qur’an merupakan kitab sastra yang sangat tinggi, sehingga dalam memahaminya membutuhkan sebuah ilmu yang disebut dengan Ulumul Qur’an, dalam ilmu ini dibahas mengenai kisah-kisah yang ada dalam Al Qur’an.
         Berdasar dari uraian diatas, penyusun menyusun makalah ini didasarkan atas keinginan penyusun untuk memudahkan kawan-kawan yang sedang mempelajari ilmu ini (Ulumul Qur’an) dalam mencari materi yang bisa dijadikan sebagai bahan rujukan mereka.

1.2.    Rumusan Masalah
Makalah yang kami susun ini membahas beberapa permasalahan berikut :
1.    Bagaimanakah pengertian kisah dalam Al Qur’an ?
2.    Bagaimanakah kisah dari Nabi Ismail AS
1.3.    Tujuan Penulisan
Penyusun menyusun makalah ini bertujuan :
1.    Memudahkan kawan-kawan dalam mencari materi yang membahas kisah-kisah dalam Al Qur’an khususnya kisah dari Nabi Ismail AS
2.    Sebagai sumbangan pengetahuan penyusun kepada kawan-kawan khususnya, dan masyarakat pada umumnya

                                                                            BAB II
                                                                   PEMBAHASAN

2.1.    Pengertian Kisah dalam Al Qur’an
         Kata Kisah secara etimologis (bahasa) berasal dari Bahasa Arab, yaitu berasal dari kata القص yang berarti mengikuti jejak, seperti disebutkan sebuah kalimat قصصت أثره artinya saya mengikuti jejaknya. [1] Secara etimologis penggunaan kata ini terdapat dalam firman Allah SWT :
قَالَ ذَلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ فَارْتَدَّا عَلَى آَثَارِهِمَا قَصَصًا
Artinya : “Musa berkata : itulah (tempat) yang kita cari. Lalu keduanya kembali mengkuti jejak mereka semula” (Q.S. Al-Kahfi : 64) [2]
وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَنْ جُنُبٍ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Artinya : “Dan berkatalah Ibu Musa kepada Saudara Musa yang perempuan : ikutilah dia, maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya” (Q.S. Al-Qashash : 11)
Kata قصة atau قصص juga berarti الاخبار المتتبعة  (berita yang berurutan), seperti disebutkan dalam firman Allah :
إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ
Artinya : “Sesungguhnya ini adalah berita yang benar…” (Q.S. Ali Imran :62)
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang berakal” (Q.S. Yusuf : 111)
       Dari segi terminologi (istilah), kata Kisah berarti berita-berita mengenai permasalahan dalam masa-masa yang saling berturut-turut. Sedangkan Qashash dalam Al Qur’an adalah pemberitaan Al Qur’an mengenai hal ihwal ummat yang telah lalu, nubuwat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. [3]

2.1.1. Macam-macam Kisah dalam Al Qur’an

        Diambil dari sebuah buku yang membahas Ulumul Qur’an, dijelaskan bahwa kisah-kisah dalam Al Qur’an itu terbagi menjadi tiga bagian, [4] penjelasnnya adalah sebagai berikut [5] :
1.      Kisah-kisah para Nabi dan Rasul terdahulu
Tentunya kita semua tahu bahwa tidaksemua Nabi dan Rasul itu disebutkan kisahnya di dalam Al Qur’an, Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam Al Qur’an hanyalah 25 orang, dimulai dari Nabi Adam As sampai dengan Nabi Muhammad SAW.
Kemudian dari 25 orang ini, secara garis besar dilihat dari sisi panjang atau singkatnya kisahnya, dapat dijadikan menjadi tiga kelompok :
a.       Kisah yang disebutkan dengan panjang lebar, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Yusuf, Musa dan Harun, Daud dan Sulaiman, serta Isa ‘alaihimu al-salam. Namun diantara yang lainnya, kisah Nabi Yusuf adalah kisah yang paling panjang, karena diceritakan dengan lengkap, mulai dari masa kecilnya sampai menjadi penguasa di mesir dan dapat berkumpul dengan Bapak dan Saudara-saudaranya.
b.      Kisah yang disebutkan dengan sedang, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Hud, Luth, Shaleh, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Zakariya dan Yahya ‘alaihimu al-salam.
c.       Kisah yang disebutkan dengan sekilas, kisah yang masuk dalam kategori ini adalah kisah dari Nabi Idris, Ilyasa’ dan Ilyas.

        Sedangkan kisah dari Nabi Muhammad SAW, bisa dikategorikan kedalam bagian yang pertama (diceritakan secarapanjang lebar), Karena diceritakan kisah Nabi Muhammad SAW beberapa peristiwa yang terjadi pada zaman beliau, seperti peristiwa yang yang dialami beliau waktu kecil, permulaan dakwah, hijrah, dan beberapa perang yang dialami serta beberapa gambaran kehidupan keluarga beliau.

2.      Kisah ummat, tokoh, atau pribadi (bukan Nabi) dan peristiwa-peristiwa masa lalu

        Tokoh yang pertama kali kisahnya diceritakan dalam Al Qur’an adalah dua orang putra Nabi Adam sendiri yaitu Qabil dan Habil, Al Qur’an menceritakan kisah ketika Qabil membunuh saudaranya sendiri Karena akibat dari sifat dengkinya. Inilah pembunuhan pertama yang terjadi dalam sejarah umat islam. Dan masih banyak lagi kisah-kisah seorang tokoh yang diceritakan dalam Al Qur’an, sebagian dari kisah ini antara lain :
a.      Kisah Qarun yang hidup pada zaman Nabi Musa As
b.      Kisah peperangan antara Jalut dan Thalut
c.       Kisah tentang Ashabul Kahfi
d.      Kisah Raja Dzul Qarnain
e.       Kisah kaum Ashabul Ukhdud
f.       Kisah Maryam yang diasuh oleh Nabi Zakariya
Dan beberapa kisah lain yang tidak bisa disebutkan oleh penulis secara lengkap.

3.      Kisah-kisah yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW

       Beberapa kisah yang terjadi pada masa Nabi Muhammad juga disebutkan  dalam Al Qur’an, salah satunya yaitu ketika sebelum Nabi lahir Tentara Bergajah melakukan penyerbuan ke Makkah yang bertujuan untuk menghancurkan Ka’bah, yang dipimpin oleh Raja Abrahah. Diceritakan pula kisah Nabi Muhammad waktu kecil dengan statusnya sebagai anak yatim yang miskin dan belum mendapat bimbingan wahyu, dengan bahasa yang singkat dan puitis.
Dan juga peristiwa setelah beliau diangat menjadi Rasul, yaitu peristiwa Isra’ dan Mi’raj, hijrah, perang badar, perang uhud, perang azhab atau perang khandaq, dan perang humain, juga kisah-kisah seputar fathu makkah dan peristiwa lainnya yang juga tidak bisa disebutkan oleh penulis secara lengkap.

2.2.    Kisah Nabi Ismail dalam Al-Quran

       Ismail berusia belia ketika memulai perjalanannya menuju Allah SWT. Ibunya membawanya dan menidurkannya di atas tanah, yaitu tempat yang sekarang kita kenal dengan nama sumur zamzam dalam Ka'bah. Saat itu tempat yang dihuninya sangat tandus dan belum terdapat sumur yang memancar dari bawah kakinya. Tidak ada di sana setetes air pun. Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya, Hajar, bersama anaknya yang kecil. "Wahai Ibrahim kemana engkau hendak pergi dan membiarkan kami di lembah yang kering ini?" Kata Hajar. "Wahai Ibrahim di mana engkau akan pergi dan membiarkan kami? Wahai Ibrahim ke mana engkau akan pergi?" Si ibu mengulang-ulang apa yang dikatakannya. Sedangkan Nabi Ibrahim diam dan tidak menjawab. Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana perasaan Nabi Ibrahim saat meninggalkan mereka berdua di suatu lembah yang tidak ada di alamnya tumbuh-tumbuhan dan minuman. Namun Allah SWT telah memerintahkannya untuk tinggal di lembah itu. Dengan lapang dada Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah SWT.
        Dalam kisah-kisah israiliyat (kisah-kisah palsu yang dibuat oleh Bani Israil) disebutkan bahwa istri pertamanya, Sarah, tampak cemburu pada Hajar, istri keduanya, sehingga karenanya Nabi Ibrahim harus menjauhkannya beserta anaknya. Kami percaya bahwa kisah ini palsu dan penuh dengan kebohongan. Jika kita mengamati kepribadian Nabi Ibrahim, maka kita mengetahui bahwa beliau tidak akan mendapat perintah dari seorang pun selain Allah SWT.
         Kami tidak meyakini bahwa beliau terperangkap dalam perasaan kecemburuan feminisme dan kami juga tidak percaya bahwa beliau sengaja membangkitkan perasaan ini. Kami tidak mengira bahwa pribadi Sarah yang mulia akan terpedaya dengan sikap egoisme. Bukankah ia sendiri yang menikahkan Nabi Ibrahim dengan Hajar, pembantunya agar ia mendapatkan keturunan? Ia menyadari bahwa dirinya wanita tua dan mandul. Ia sendiri yang menikahkannya dan membantu pelaksanaannya. Ia telah memberikan dan mengabdikan dirinya kepada seorang lelaki yang hatinya tiada dipenuhi dengan cinta kepada siapa pun kecuali cinta kepada Penciptanya.

Allah SWT berfirman tentang Sarah dan Hajar:
"Rahmat Allah dan keberkatan-Nya dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah. (QS. Hud: 73)
          Jadi, masalahnya adalah bukan masalah kecemburuan antara sesama wanita, namun ia adalah tugas yang diperintahkan oleh Allah SWT yang di dalamnya tersembunyi hikmah-Nya. Barangkali Sarah lebih heran daripada Hajar ketika Nabi Ibrahim memerintahkannya untuk membawa anaknya Ismail dan mengikutinya. "Ke mana engkau hai Ibrahim pergi?" Mungkin pertama-tama Hajar yang bertanya kepadanya dan mungkin juga Sarah yang bertanya. Nabi Ibrahim hanya terdiam dan akhirnya kedua wanita itu pun juga terdiam.
           Di sana terdapat hikmah yang tersembunyi di mana Nabi Ibrahim tidak mengetahuinya dan Allah SWT tidak menjelaskan kepadanya. la tidak mengetahui hai itu sebagaimana mereka berdua juga tidak mengetahuinya. Jadi kedua-duanya hanya terdiam sebagai bentuk akhlak dari istri-istri nabi. Inilah Hajar yang sendirian bersama anaknya di lembah yang terasing dan tandus, di mana ia tidak mengetahui rahasia di balik tempat itu. Inilah Ismail yang memulai perjalanannya menuju Allah SWT saat masih menyusui. Ia mengalami ujian saat masih kecil dan juga ujian bagi ayahnya, di mana ia mendapatkan seorang anak saat sudah tua. Nabi Ibrahim menyadari bahwa manusia tidak memiliki sesuatu pun dalam dirinya. Dan seseorang yang cinta kepada Allah SWT akan memberikan dirinya kepada Allah SWT dan akan memberikan apa yang disukai oleh dirinya kepada Allah SWT tanpa harus diminta. Itu adalah hukum cinta yang dalam. Kami tidak percaya bahwa Nabi Ibrahim mengetahui mengapa ia harus meninggalkan Ismail dan ibunya di tempat itu. Kami tidak mengira bahwa Allah SWT telah memberitahunya. Allah SWT hanya menurunkan perintah dan Ibrahim hanya menaatinya. Di sinilah tampak kerasnya ujian dan kesulitannya. Di sinilah cinta yang paling dalam diungkapkan, dan di sinilah cinta yang murni dituangkan.
          Allah SWT menguji kekasih-Nya Ibrahim dengan suatu ujian yang sangat keras, di mana umumnya para orang tua berat sekali melakukannya. Bukan berarti bahwa cinta Allah SWT kepada Ibrahim dan cinta Ibrahim kepada-Nya menjadikan Ibrahim tidak memiliki perasaan kemanusiaan. Kekuatan cintanya pada Allah SWT justru menjadikan sebagai lautan dari perasaan kemanusiaan, bahkan lautan yang tidak bertepi. Perasaan beliau terhadap Ismail lebih besar, lebih lembut, dan lebih sayang dari perasaan ayah mana pun terhadap anaknya. Meskipun demikian, beliau rela meninggalkannya di tempat yang tandus karena Allah SWT memerintahkan hal tersebut. Terjadilah pergulatan dalam dirinya namun ia mampu melewati ujiannya dan beliau memilih cinta Allah SWT daripada cinta anaknya.
          Ketika Nabi Ibrahim menampakkan kecintaan yang luar biasa dari yang seharusnya kepada anaknya, maka Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelihnya. Allah SWT agar hanya Dia yang menjadi pusat cinta para nabi-Nya. Barangsiapa yang mencintai Allah SWT, maka ia pun harus mencintai kebenaran dan orang yang mencintai kebenaran adalah orang memenuhi hatinya dengan cinta kepada Penciptanya semata. Ismail mewarisi kesabaran ayahnya. Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah SWT sebelumnya:
"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh" (QS. ash-Shaffat: 100)
Allah SWT menjawab:
          "Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak  yang amat sabar." (QS. ash-Shaffat: 101)
Kesabaran yang sama yang terdapat pada ayahnya, kebaikan yang sama, ketakwaan yang sama, dan adab kenabian yang sama pula. Ismail mendapatkan ujian yang pertama saat beliau kecil dan ujian itu berakhir saat Allah SWT memancarkan zamzam dari kedua kakinya sehingga darinya ibunya minum dan menyusuinya. Kemudian Ismail mendapatkan ujian yang kedua dalam hidupnya saat ia menginjak masa muda:
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu: Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.'" (QS. ash-Shaffat: 102)
           Apa yang Anda kira terhadap jawaban si anak? Ia tidak bertanya tentang sifat dari mimpi itu, dan ia tidak berdebat dengan ayahnya tentang kebenaran mimpi itu, tetapi yang dikatakannya: "Wahai ayahku laksanakanlah apa yang diperintahkan. "Janganlah engkau gelisah karena aku dan janganlah engkau menampakkan kesedihan dan keluh-kesah. "Engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Demikianlah jawaban seorang anak yang saleh terha¬dap ayahnya yang saleh. Itulah puncak dari kesabaran dari seorang anak dan tentu orang tuanya lebih harus bersabar. Itu bagaikan perlombaan di antara keduanya untuk menguji siapa di antara mereka yang paling sabar. Perlombaan yang tujuannya adalah meraih cinta Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
           "Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al-Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya." (QS. Maryam: 54-55)
2.2.1.    Baitullah
           Ismail hidup di semenanjung Arab sesuai dengan kehendak Al¬lah SWT. Ismail memelihara kuda dan terhibur dengannya serta memanfaatkannya untuk keperluannya. Sedangkan air zamzam sangat membantu orang-orang yang tinggal di daerah itu. Kemudian sebagian kafilah menetap di situ dan sebagian kabilah tinggal di tempat itu. Nabi Ismail tumbuh menjadi dewasa dan menikah. Lalu ayahnya, Nabi Ibrahim, mengunjunginya dan tidak menemukannya dalam rumah namun ia hanya mendapati istrinya. Nabi Ibrahim bertanya kepadanya tentang kehidupan mereka dan keadaan mereka. Istrinya mengadukan padanya tentang kesempitan hidup dan kesulitannya. Nabi Ibrahim berkata padanya: "Jika datang suamimu, maka perintahkan padanya untuk mengubah gerbang pintunya."
          Ketika Nabi Ismail datang, dan istrinya menceritakan padanya perihal kedatangan seorang lelaki, Ismail berkata: "Itu adalah ayahku dan ia memerintahkan aku untuk meninggalkanmu, maka kembalilah engkau pada keluargamu." Kemudian Nabi Ismail menikahi wanita yang kedua. Nabi Ibrahim mengunjungi istri keduanya dan bertanya kepadanya tentang keadaannya. Lalu ia menceritakan pada¬nya bahwa mereka dalam keadaan baik-baik dan dikaruniai nikmat. Nabi Ibrahim puas terhadap istri ini dan memang ia cocok dengan anaknya. Barangkali Nabi Ibrahim menggunakan kemampuan spiritualnya dan cahaya yang mampu menyingkap kegaiban yang dimilikinya. Nabi Ibrahim menyiapkan Ismail untuk mengemban tugas yang besar. Yaitu tugas yang membutuhkan kerja keras kemanusiaan seluruhnya dan waktunya seluruhnya serta kenyamanannya seluruhnya.
           Ismail menjadi besar dan mencapai kekuatannya. Nabi Ibrahim mendatanginya. Tibalah saat yang tepat untuk menjelaskan hikmah Allah SWT yang telah terjadi dari perkara-perkara yang samar. Nabi Ibrahim berkata kepada Ismail: "Wahai Ismail, sesungguhnya Allah SWT memerintahkan padaku suatu perintah" ketika datang perintah pada Nabi Ibrahim untuk menyembelihnya, beliau menjelaskan kepadanya persoalan itu dengan gamblang. Dan sekarang ia hendak mengemukakan perintah lain yang sama agar ia mendapatkan keyakinan bahwa Ismail akan membantunya. Kita di hadapan perintah yang lebih penting daripada penyembelihan. Perintah yang tidak berkenaan dengan pribadi nabi tetapi berkenaan dengan makhluk.
          Ismail berkata: "Laksanakanlah apa yang diperintahkan Tuhanmu padamu." Nabi Ibrahim berkata: "Apakah engkau akan membantuku?" Ismail menjawab: "Ya, aku akan membantumu." Nabi Ibrahim berkata: "Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan aku untuk membangun rumah di sini." Nabi Ibrahim mengisyaratkan dengan tangannya dan menunjuk suatu bukit yang tinggi di sana.
Selesailah pekerjaan itu. Perintah itu telah dilaksanakan dengan berdirinya Baitullah yang suci. Itu adalah rumah yang pertama kali dibangun untuk menusia di bumi. Ia adalah rumah pertama yang di dalamnya manusia menyembah Tuhannya. Dan karena Nabi Adam adalah manusia yang pertama turun ke bumi, maka keutamaan pembangunannya kembali padanya. Para ulama berkata: "Sesungguhnya Nabi Adam membangunnya dan ia melakukan thawaf di sekelilingnya seperti para malaikat yang tawaf di sekitar arsy Allah SWT.
            Nabi Adam membangun suatu kemah yang di dalamnya ia menyembah Allah SWT. Adalah hal yang biasa bagi Nabi Adam— sebagai seorang Nabi—untuk membangun sebuah rumah untuk menyembah Allah SWT. Tempat itu dipenuhi dengan rahmat. Kemudian Nabi Adam meninggal dan berlalulah abad demi abad sehingga rumah itu hilang dan tersembunyi tempatnya. Maka Nabi Ibrahim mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk membangun kedua kalinya agar rumah itu tetap berdiri sampai hari kiamat dengan izin Allah SWT. Nabi Ibrahim mulai membangun Ka'bah. Ka'bah adalah sekumpulan batu yang tidak membahayakan dan tidak memberikan manfaat. Ia tidak lebih dari sekadar batu. Meskipun demikian, ia merupakan simbol tauhid Islam dan tempat penyucian kepada Allah SWT. Nabi Adam memiliki tauhid yang tinggi dan Islam yang mutlak. Nabi Ibrahim pun termasuk seorang Muslim yang tulus dan ia bukan termasuk seorang musyrik.
Batu-batu rumah itu telah dibangun dari ketenteraman hati Nabi Adam dan kedamaian Nabi Ibrahim serta cintanya dan kesabaran Nabi Ismail serta ketulusannya. Oleh karena itu, ketika Anda memasuki Masjidil Haram Anda akan merasakan suatu gelombang kedamaian yang sangat dalam. Terkadang pada kali yang pertama engkau melihat dirimu dan tidak melihat rumah dan pemeliharanya. Dan barangkali engkau melihat rumah pada kali yang kedua namun engkau tidak melihat dirimu dan Tuhanmu. Ketika engkau pergi ke haji engkau tidak akan melihat dirimu dan rumah itu yang engkau lihat hanya pemelihara rumah itu. Ini adalah haji yang hakiki. Inilah hikmah yang pertama dari pembangunan Ka'bah.
Allah SWT berfirman:
         "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): 'Ya Tuhan kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau¬lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur'an) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (QS. al-Baqarah: 127-129)
          Ka'bah terdiri dari batu-batuan yang ada di bumi di mana ia dijadikan pondasi oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Sejarah menceritakan bahwa ia pernah dihancurkan lebih dari sekali sehingga ia pun beberapa kali dibangun kembali. Ia tetap berdiri sejak masa Nabi Ibrahim sampai hari ini. Dan ketika Rasulullah saw diutus —sebagai bukti pengkabulan doa Nabi Ibrahim—beliau mendapad Ka'bah dibangun terakhir kalinya, dan tenaga yang dicurahkan oleh orang-orang yang membangunnya sangat terbatas di mana mereka tidak menggali dasarnya sebagaimana Nabi Ibrahim menggalinya. Dari sini kita memahami bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mencurahkan tenaga keras yang tidak dapat ditandingi oleh ribuan laki-laki. Rasullah saw telah menegaskan bahwa kalau bukan karena kedekatan kaum dengan masa jahiliyah dan kekhawatiran orang-orang akan menuduhnya dengan berbagai tuduhan jika beliau menghancurkannya dan membangunkannya kembali, niscaya beliau ingin merobohkannya dan mengembalikannya ke pondasi Nabi Ibrahim.
         Sungguh kedua nabi yang mulia itu telah mencurahkan tenaga keras dalam membangunnya. Mereka berdua menggali pondasi karena dalamnya tanah yang di bumi. Mereka memecahkan batu-batuan dari gunung yang cukup jauh dan dekat, lalu setelah itu memindahkannya dan meratakannya serta membangunnya. Tentu hal itu memerlukan tenaga keras dari beberapa pria tetapi mereka berdua membangunnya bersama-sama. Kita tidak mengetahui berapa banyak waktu yang digunakan untuk membangun Ka'bah sebagaimana kita tidak mengetahui waktu yang digunakan untuk membuat perahu Nabi Nuh. Yang penting adalah, bahwa perahu Nabi Nuh dan Ka'bah sama-sama sebagai tempat perlindungan manusia dan tempat yang membawa keamanan dan kedamaian. Ka'bah adalah perahu Nabi Nuh yang tetap di atas bumi selama-lamanya. Ia selalu menunggu orang-orang yang menginginkan keselamatan dari kedahsyatan angin topan yang selalu mengancam setiap saat.
           Allah SWT tidak menceritakan kepada kita tentang waktu pembangunan Ka'bah. Allah SWT hanya menceritakan perkara yang lebih penting dan lebih bermanfaat. Dia menceritakan tentang kesucian jiwa orang-orang yang membangunnya dan doa mereka saat membangunnya:
"Tuhan kami, terimalah dari hand (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. " (QS. al-Baqarah: 127)
        Itulah puncak keikhlasan orang-orang yang ikhlas, ketaatan orang-orang yang taat, ketakutan orang-orang yang takut, dan kecintaan orang-orang yang mencintai:
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau." (QS. al-Baqarah: 128)
           Sesungguhnya kaum Muslim yang paling agung di muka bumi saat itu, mereka berdoa kepada Allah SWT agar menjadikan mereka termasuk orang-orang yang berserah diri pada-Nya. Mereka mengetahui bahwa hati manusia terletak sangat dekat dengan ar-Rahman (Allah SWT). Mereka tidak akan mampu menghindari tipu daya Allah SWT. Olah karena itu, mereka menampakkan kemurnian ibadah hanya kepada Allah SWT, dan mereka membangun rumah Allah SWT serta meminta pada-Nya agar menerima pekerjaan mereka.
            Selanjutnya, mereka meminta Islam (penyerahan diri) pada-Nya dan rahmat yang turun pada mereka di mana mereka memohon kepada Allah SWT agar memberi mereka keturunan dari umat Islam. Mereka ingin agar jumlah orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang sujud dan rukuk semakin banyak. Sesungguhnya doa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menyingkap isi had seorang mukmin. Mereka membangun rumah Allah SWT dan pada saat yang sama mereka disibukkan dengan urusan akidah (keyakinan). Itu mengisyaratkan bahwa rumah itu sebagai simbol dari akidah.
           "Dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. " (QS. al-Baqarah: 128)
Perlihatkanlah kepada kami cara ibadah yang Engkau sukai. Perlihatkanlah kepada kami bagaimana kami menyembah-Mu di bumi. Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat dan Maha Penyayang. Setelah itu, kepedulian mereka melampaui masa yang mereka hidup di dalamnya. Mereka berdoa kepada Allah SWT:
          "Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur'an) dan al-Hikmah (as-Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. " (QS. al-Baqarah: 129)
          Akhirnya, doa tersebut terkabul ketika Allah SWT mengutus Muhammad bin Abdillah saw. Doa tersebut terwujud setelah melalui masa demi masa. Selesailah pembangunan Ka'bah dan Nabi Ibrahim menginginkan batu yang istimewa yang akan menjadi tanda khusus di mana tawaf di sekitar Ka'bah akan dimulai darinya. Ismail telah mencurahkan tenaga di atas kemampuan manusia biasa. Beliau bekerja dengan sangat antusias sebagai wujud ketaatan terhadap perintah ayahnya. Ketika beliau kembali, Nabi Ibrahim telah meletakkan Hajar Aswad di tempatnya. "Siapakah yang mendatangkannya (batu) padamu wahai ayahku?" Nabi Ibrahim berkata: "Jibril as yang mendatangkannya." Selesailah pembangunan Ka'bah dan orang- orang yang mengesakan Allah SWT serta orang-orang Muslim mulai bertawaf di sekitarnya. Nabi Ibrahim berdiri dalam keadaan berdoa kepada Tuhannya sama dengan doa yang dibacanya sebelumnya, yaitu agar Allah SWT menjadikan had manusia cenderung pada tempat itu:
"Maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka. "(QS. Ibrahim: 37)
         Karena pengaruh doa tersebut, kaum Muslim merasakan kecintaan yang dalam untuk mengunjungi Baitul Haram. Setiap orang yang mengunjungi Masjidil Haram dan kembali ke negerinya ia akan merasakan kerinduan pada tempat itu. Semakin jauh ia, semakin meningkat kerinduannya padanya. Kemudian, datanglah musim haji pada setiap tahun, maka hati yang penuh dengan cinta pada Baitullah akan segera melihatnya dan rasa hausnya terhadap sumur zamzam akan segera terpuaskan. Dan yang lebih penting dari semua itu adalah cinta yang dalam terhadap Tuhan, Baitullah dan sumur zamzam yaitu, Tuhan alam semesta. Allah SWT berfirman berkenaan dengan orang-orang yang mendebat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail:
"Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. " (QS. Ali 'Imran: 67)
          Allah SWT mengabulkan doa Nabi Ibrahim dan beliau yang pertama kali menamakan kita sebagai orang-orang Muslim. Allah SWT berfirman:
"Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dan dahulu. " (QS. al-Hajj: 78)

                                                                    BAB III
                                                                 PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
        Kisah-kisah dalam Al Qur’an merupakan kejadian-kejadian pada msa lampau yang terjadi pada ummat terdahulu, terkadang kisah dalam Al Qur’an diceritakan secara berulang-ulang, itu dimaksudan karena pentingnya hikmah yang dapat dipetik dari kisa tersebut.
        Kemudian mengenai masalah fiktif atau tidaknya kisah-kisah tersebut, sebagai hamba Allah yang mengimani Al Qur’an secara penuh, tidak selayaknya kita meragukan kebenaran Al Qur’an, karena Al Qur’an diturunkan oleh Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, juga dalam permasalahan sejarah, pengetahuan kita semua tetaplah samar atau sulit dibuktikan secara jelas. Adapun orang-orang yang meragukan kebenaran Al Qur’an, mungkin mereka mempunyai dasar yang melandasi pernyataan mereka tersebut, namun dalam hal ini tetaplah Allah merupakan Dzat yang lebih mengetahui apa yang diketahui oleh Hamba-Nya.
          Banyak tujuan dari diceritakannya kisah-kisah dalam Al Qur’an, tentunya yang paling ditekankan adalah bahwa kebenaran itu pasti akan selalu mengalahkan kebatilan.

3.2.    Saran
           Kritik dan saran yang membangun untuk pengembangan karya ini sangatlah dibutuhkan penyusun, mengingat masih banyak kekurangan dari karya ini.

                                                                 DAFTAR PUSTAKA

•    Munawwir, Muhammad Warson. Kamus Al Munawwir. Yogyakarta : UPBIK Pondok Pesantren Krapyak. Tahun 1984
•    Departemen Agama RI. Al Qur’an dan Terjemahannya. Semarang : Karya Toha Putra. Tahun 2009
•    Ilyas, Yunahar. Kuliah Ulumul Qur’an. Yogyakarta : Itqan Publishing. Tahun 2013
•    Manna’ al-Qattahan.  Mabahits fi Ulum al-Qur’an. Riyadh : Muassasah al-Risalah. Tahun 1976
•    Chirzin, Muhammad Al Qur’an & Ulumul Qur’an. Yogyakarta : Dhana Bhakti Prima Yasa. Tahun 1998
•    Mudzakir. Studi Ilmu-ilmu Al Qur’an (Terjemah Manna’ al-Qatthan). Bogor : Litera Antar Nusa. Tahun 2010

Saturday, March 11, 2017

no image

DATA UJI RANGKIN PADA BAHAN PANGAN

                                                                 PENDAHULUAN

Latar Belakang

        Organoleptik atau evaluasi sensori adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma dan flavor produk pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu produkdiawali dengan penilaiannya terhadap penampakan, flavor dan tekstur. Oleh karena pada akhirnya yang dituju adalah penerimaan konsumen, maka uji organoleptik yang menggunakan panelis (pencicip yang telah terlatih) dianggap yang paling peka dan karenanya sering digunakan dalam menilai mutu berbagai jenis makanan untuk mengukur daya simpannya atau dengan kata lain untuk menentukan tanggal kadaluwarsa makanan. Pendekatan dengan penilaian organoleptik dianggap paling praktis lebih murah biayanya.
        Pengujian sensori (uji panel) berperan penting dalam pengembangan produk dengan meminimalkan resiko dalam pengambilan keputusan. Panelis dapat mengidentifikasi sifat-sifat sensori yang akan membantu untuk mendeskripsikan produk. Evaluasi sensori dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki dalam produk atau bahan-bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan, menentukan apakah optimasi telah diperoleh, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan memberikan data yang diperlukan bagi promosi produk. Penerimaan dan kesukaan atau preferensi konsumen, serta korelasi antara pengukuran sensori dan kimia atau fisik dapat juga diperoleh dengan eveluasi sensori.
        Pada saat ini telah tersedia berbagai metode analisa organoleptik. Para peneliti harus mengetahui dengan jelas keuntungan dan kerugian metode-metode tersebut. Pilihlah metode yang paling cocok dan efisien untuk kasus yang dihadapi. Tidak ada metode yang dapat digunakan secara umum atauuntuk semua kasus. Para peneliti harus memformulasikan dengan jelas tujuan dari pengujian dan informasi yang ingin diperoleh dari pengujian tersebut. Pengujian organoleptik mempunyai macam-macam cara. Cara-cara pengujian itu dapat digolongkan dalam beberapa kelompok.Cara pengujian yang paling populer adalah kelompok pengujian pembedaan (difference tests) dan kelompok pengujian pemilihan (preference tests). Salah satu metode pengujian organoleptik yang dibahas yaitu uji segitiga atau uji triangle.
        Uji rangking merupakan salah satu pengujian organoleptik yang dilakukan dengan memberi arahan kepada panelis untuk mengurutkan produk yang paling disukai hingga yang tidak disukai. Uji rangking pada praktikum ini dilakukan terhadap produk yang dibuat dengan 3 jenis komposisi bahan yang digunakan. Salah satu produk yang digunakan dalam uji rangking adalah roti jala saus kari.

Tujuan Percobaan
        Tujuan percobaan yang berjudul uji rangking pada bahan pangan adalah ntuk mengetahui metode uji rangking pada pengujian organoleptik produk, dan untuk mengetahui rangking dari produk dengan perbandingan komposisi tepungterigudantepungjagung (Roti Jala Saus Kari).

TINJAUAN PUSTAKA

       Pengujian organoleptik sangatlah penting dalam kegiatan penentuan mutu dari bahan makanan atau produk makanan olahan. Dengan memperoleh nilai dari proses pengujian tersebut maka dapat ditentukan peluang pasar yang cocok dengan produk yang diuji tersebut. Pengujian ini akan menghasilkan nilai yang dapat memberikan informasi kepada panelis atau konsumen mengenai produk tersebut untuk memberikan kesan yang bagus terhadap produk tersebut. Penilaian organoleptik bisa berupa deskripsi untuk mengenali sifat sensori dari produk tersebut (Stone, dkk., 2012).
         Pengujian dasar yang sering dilakukan pada bahan pangan adalah pengujian organoleptik. Pengujian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu menerima, mengenali, mengadakan klarifikasi sifat, mengingat kembali, dan menggunakan kembali sifat inderawi dari produk suatu bahan pangan yang diuji. Tentunya, pengujian ini harus dilakukan dengan cermat untuk menghindari terjadinya kesalahan dan dapat menafsirkan maksud dari bahan pangan tersebut secara baik. Pengujian organoleptik ini bersifat mudah, cepat, dan data yang diperoleh pun sangat cepat. Dengan pengujian organoleptik ini secara
tidak langsung akan menentukan mutu dari bahan pangan tersebut (Ayustaningwarno, 2014).
       Dalam industri pangan, pengujian organoleptik mutlak dilakukan untuk keperluan perbaikan produk maupun pemilihan produk terbaik. Hal tersebut dilakukan untuk mendukung pemasaran dari produk tersebut karena konsumen hanya ingin produk terbaik saja. Dengan demikian industri tersebut akan memperoleh keuntungan dari penjualan produk. Salah satu metode pengujian organoleptik yang dilakukan adalah uji rangking. Uji rangking ini membutuhkan panelis sekitar 20-30 orang dan panelis akan diminta mengurutkan contoh produk yang diuji sesuai dengan sifat sensorik yang diinginkan dari produk tersebut. Data yang diperoleh diolah dengan Friedman Rank Test (Setyaningsih, dkk., 2010).
        Dalam pengujian organ oleptik pada yoghurt, sampel akan diletakkan secara acak tetapi masih dalam urutan tingkat kemanisan paling rendah keurutan paling tinggi dan kemudian dilakukan pengujian rangking oleh beberapa panelis yang sudah dipilih. Panelis harus mampu membedakan dan mengurutkan sifat sensorik dari berbagai macam sampel yang disajikan dengan baik. 
     Hasil yang didapatkemudianakandiurutkanberdasarkantingkatkesukaanpanelis. Selainpadayoghurt, pengujianrangkingjugadapatdilakukanpadaberbagaiprodukpangan yang dihasilkandenganberbagaiperlakuansehinggabisadiketahuiurutanprodukpangandenganberbagaiperlakuan (Lisak, dkk., 2012).
       Penentuan mutu dari bahan makanan dengan menggunakan indera peraba ini dapat dilakukan dengan menggunakan sentuhan. Sentuhan bahan yang diuji dilakukan dengan menggunakan ujung jari tangan sehingga bisa dibedakan atas kasar ataupun halus, rata ataupun bergelombang dan sebagainya. pengujian organoleptik ini dilakukan berdasarkan organ tubuh yang sesuai dan bisa dikombinasikan dengan berbagai organ tubuh yang lain sehingga hasil yang didapat lebih bagus. Mutu tekstur sebenarnya bisa dikombinasikan pengujiaannya dengan menggunakan penglihat, peraba, dan pencicip (Kemp, dkk., 2009).
      Pada pengujian organ oleptik dengan sampel produk minuman beralkohol, biasanya dilakukan dengan menggunakan metode uji rangking sehingga bisa diketahui tingkatan kesukaan dan mutu dari minuman beralkohol tersebut. Panelis yang melakukan pengujian organoleptik dengan sampel berupa minuman beralkohol harus mampu mengurutkan sifat sensorik yang sebenarnya dengan baik dan pada saat pengujian panelis harus menetralkan lidah dengan menggunakan biscuit yang tidak berasa sehingga pengujian akan lebih akurat dan tepat (Etaio, dkk., 2010).
Masing-masing metode pengujian mempunyai kriteria tersendiri yang membuat metode tersebut menjadi khas. Dalam melakukan pengujian organ oleptik bisa dilakukan oleh panelis yang berjumlah 30 orang yang bersifat subjektif, spontan, jujur, dan tidak membandingkan sampel yang diuji. Pengujian organ oleptik dengan metode uji rangking biasanya dilakukan dengan skala 1-4 dan bertujuan untuk mengetahui urutan sampel yang paling disukai oleh panelis secara tidak lansung menyatakan urutan mutu dari sampel (Budijanto, dkk., 2012).
Pengujian organ oleptik bisa dilakukan dengan berbagai metode yang ada dan disesuaikan dengan produk yang diuji. Pada pengujian organ oleptik berbagai jenis ikan kukus menggunakan metode pengujian pembedaan, kesukaan, dan rangking. Pengujian kesukaan biasanya dilakukan oleh panelis sekitar 15-20 orang dan skala nilainya 1-9. Pada pengujian rangking, panelis akan mengurutkan berbagai jenis ikan kukus yang disajikan kehadapannya sesuai dengan sifat sensorik yang seharusnya pada ikan tersebut (Suryaningrum, dkk., 2010).
 
METODOLOGI

Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan dilakukan pada hari Selasa, 18 Oktober2016 pukul 10.00 WIB di Laboratorium Teknologi Pangan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tepung terigu, tepung jagung, telur ayam, garam, santan kelapa, kentang dan bumbu kari jadi yang diperoleh dari Pasar Sore di Jalan Jamin Ginting, Medan.

Alat
Alat-alat  yang digunakan dalam percobaan ini adalah sendok makanstainless steel, timbangan, pisaustainless steel, piring, talenan, sutil, teflon, piring, sendok stainless steel, serbet, kompor, pulpen, dan penggaris.

Prosedur Percobaan
-    Disiapkan bahan dan alat.
-    Dikupas, dicuci dan dipotong dadu umbi kentang.
-    Dicampurkan bahan-bahan adonan seperti tepung terigu, tepung jagung, telur ayam dan garam.
-    Dibuat tiga perlakuan dengan perbandingan antara tepung terigu dan tepung jagung :
P1 : 100 gram : 50 gam
P2 : 75 gram : 75 gram
P3 : 50 gram : 100 gram
-    Dipanaskan teflon dan diolesi margarin.
-    Dituang adonan ke teflon dengan membentuk jala-jala hingga matang.
-    Diangkat dan dilipat sesuai selera.
-    Dimasak bumbu kari dengan potongan kentang dan penambahan santan.
-    Disajikan dengan menyiram saus kari pada roti jala.
-    Dilakukan uji organoleptik pada roti jala.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1. Analisis Sensori Uji Rangking
Panelis    Crepes Karamel
    850    720    414
Shinta    +0,85    0    -0,85
Dewi    0    -0,85    +0,85
Putri    +0,85    0    -0,85
Ina     +0,85    0    +0,85
Endang     +0,85    +0,85    0
Puput    0    +0,85    -0,85
April     0    +0,85    -0,85
Kevin     -0,85    +0,85    0
ira    +0,85    0    +0,85
Ayu     +0,85    +0,85    0
Total    -2,55    +3,4    +0,85

Kisaran Nilai:
Rangking 1 = +0,85
Rangking 2 = 0
Rangking 3 = -0,85
Keterangan :
-    1 : Berbeda
-    0 : Tidak Berbeda
-    850 : Crepes karamel dengan campuran 100 gram tepung terigu dan 0 gram tepung maizena.
-    720 : Crepes karamel dengan campuran 75 gram tepung terigu dan 25 gram tepung maizena.
-    414 : Crepes karamel dengan campuran 50 gram tepung terigu dan 50 gram tepung maizena.

Perhitungan
Analisis Sidik Ragam
Faktor Koreksi (FK) = 0
   
JK Contoh    =                                               - FK


=                                              - 0            

= 1,878
JK Panelis    =                                              - FK

=               - FK = 0
JK Total    = (10(+0,85)2 + 10(-0,85)2 + 10(0)2) – FK
= (7,225 + 7,225 + 0) – 0 = 14,45
JK Error    = JK Total – JK Contoh – JK Panelis
 = 14,45 – 1,878 – 0 = 12,572
db contoh    = 3-1 = 2
db panelis     = 10-1 = 9
db eror     = 2 x 9 = 18
Tabel 2. Daftar Sidik Ragam
Sumber
Keragaman    Db    JK    JKR    F.hitung    F Tabel
                    5%    1%
Contoh      2    1,878    0,939    1,043    3,55    6,01
Panelis      9     0    0           
Error    18    12,572    0,90           
Total    29    14,45    0,498           

Keterangan:
tn = Tidak berbeda nyata

Kesimpulan :
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat diketahui bahwa crepes karamel dengan kode sampel 720 (75 gram tepung terigu : 25 gram tepung maizena) memiliki nilai/rangking tertinggi dibandingkan crepes  karamel dengan kode sampel 850 (100 gram tepung terigu : 0 gram tepung maizena) dan kode sampel 414 (50 gram tepung terigu : 50 gram tepung maizena). Hal ini dikarenkan perbandingan yang digunakan tepat. Dari data analisis sidik ragam oleh penggunaan perbandingan tepung terigu dan tepung maizena pada setiap kode mempengaruhi rasa dan tekstur dari crepes karamel.

Pembahasan
Penginderaan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indera akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indera yang berasal dari benda tersebut. Penginderaan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indera mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan.
Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi subjektif. Pengukuran terhadap nilai atau tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subjektif atau penilaian subjektif. Penilaian subjektif merupakan hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran. Indera manusia merupakan bagian tubuh yang dapat digunakan sebagai alat untuk menilai sifat-sifat atau karakteristik suatu produk atau makanan. Pengujian terhadap suatu bahan makanan dengan menggunakan indera manusia disebut penilaian indera atau pengujian organoleptik
Pengujianorganoleptikmempunyaimacam-macamcara. Cara-carapengujianitudapatdigolongkandalambeberapakelompok.Carapengujian yang paling populeradalahkelompokpengujianpembedaan (defference tests) dankelompokpengujianpemilihan (preference tests). Pembedaannyadapatmempunyaiarahatautanpaarah. Pembedaanberarahjikadalampembedaancontoh-contohitudisertaiarahperbedaanyaitu, lebihkecilataulebihbesardanbahanbaku. Jikapembedaanitutidakberarahtidakperludisertaipernyataanlebih yang satuterhadap yang lain; cukupkalaudapatmenyatakanbahwaperbedaanituada.Jikadalampembedaanitudigunakanbahanpembandingmakasifat-sifatorganoleptik yang ingindibedakanharusbetul-betuljelasdandipahami para panelis.
Evaluasi sensori atau organoleptik adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma dan flavor produk pangan. Penerimaan konsumen terhadap suatu produkdiawali dengan penilaiannya terhadap penampakan, flavor dan tekstur. Oleh karena pada akhirnya yang dituju adalah penerimaan konsumen, maka uji organoleptik yang menggunakan panelis (pencicip yang telah terlatih) dianggap yang paling peka dan karenanya sering digunakan dalam menilai mutu berbagai jenis makanan untuk mengukur daya simpannya atau dengan kata lain untuk menentukan tanggal kadaluwarsa makanan. Pendekatan dengan penilaian organoleptik dianggap paling praktis lebih murah biayanya.
Pengujian sensori (uji panel) berperan penting dalam pengembangan produk dengan meminimalkan resiko dalam pengambilan keputusan. Panelis dapat mengidentifikasi sifat-sifat sensori yang akan membantu untuk mendeskripsikan produk. Evaluasi sensori dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki dalam produk atau bahan-bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan, menentukan apakah optimasi telah diperoleh, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan memberikan data yang diperlukan bagi promosi produk.
 Penerimaan dan kesukaan atau preferensi konsumen, serta korelasi antara pengukuran sensori dan kimia atau fisik dapat juga diperoleh dengan eveluasi sensori. Pada saat ini telah tersedia berbagai metode analisa organoleptik. Para peneliti harus mengetahui dengan jelas keuntungan dan kerugian metode-metode tersebut. Pilihlah metode yang paling cocok dan efisien untuk kasus yang dihadapi. Tidak ada metode yang dapat digunakan secara umum atauuntuk semua kasus. Para peneliti harus memformulasikan dengan jelas tujuan dari pengujian dan informasi yang ingin diperoleh dari pengujian tersebut.
Tujuan organoleptik adalah untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan menyangkut mutu produk yang berkaitan dengan pembedaan (untuk membedakan mutu organoleptik baik satu atau beberapa atribut organoleptik maupun secara keseluruhan), afektifitas (untuk mengukur preferensi dan penerimaan) dan deskriptif (untuk mendeskripsikan atribut – atribut organoleptik). Adapun kegunaan uji organoleptik adalah :
a.       Pengkajian masa simpan (shelf life)
b.      Mencocokkkan produk (product matching)
c.       Pemetaan produk (product mapping)
d.      Spesifikasi produk dan pengendalian mutu
e.       Reformulasi produk
f.       Pengujian potensi penyimpangan bau dan munculnya bau-bau asing
g.      Menentukan keterimaan produk (acceptability).
        Pada prinsipnya terdapat 3 jenis uji organoleptik, yaitu uji pembedaan (discriminative test), uji deskripsi (descriptive test), dan uji afektif (affective test). Kita menggunakan uji pembedaan untuk memeriksa apakah ada perbedaan diantara contoh-contoh yang disajikan. Uji deskripsi digunakan untuk menentukan sifat dan intensitas perbedaan tersebut. Kedua kelompok uji di atas membutuhkan panelisyang terlatih atau 2berpengalaman. Sedangkan uji afektif didasarkan pada pengukuran kesukaan (atau penerimaan) atau pengukuran tingkat kesukaan relatif. Pengujian Afektif yang menguji kesukaan dan/atau penerimaan terhadap suatu produk dan membutuhkan jumlah panelis tidak dilatih yang banyak yang sering dianggap untuk mewakili kelompok konsumen tertentu.
Adapun beberapa jenis metode analisis sensori meliputi:
1.    Pengujian Deskriminatif (Pembedaan)
Uji diskriminatif terdiri atas dua jenis, yaitu uji difference test (uji pembedaan) yang dimaksudkan untuk melihat secara statistik adanya perbedaan diantara contoh dan sensitifity test, yang mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat sensori. Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang dipertentangkan.
Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan kepekaan masing-masing panelis.  Pengujian pembedaan ini meliputi :
a. Uji pasangan (Paired comparison atau Dual comparation)
b. Uji segitiga (Triangle test)
c. Uji duo-trio
d. Uji pembanding ganda (Dual Standard)
e. Uji pembanding jamak (Multiple Standard)
f. Uji rangsangan tunggal (Single Stimulus)
g. Uji pasangan jamak (Multiple Pairs)
h. Uji tunggal

2.    Pengujian Pemilihan/Penerimaan (Preference Test/Acceptance Test)
Uji penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan orang menyenangi. Pada uji ini panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan yang berhubungan dengan kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensoris atau kualitas yang dinilai. Uji penerimaan lebih subyektif dari uji pembedaan. Uji penerimaan ini meliputi :
a. Uji kesukaan atau uji hedonik
b. Uji mutu hedonik

3.    Pengujian Skalar
Pada uji skalar penelis diminta menyatakan besaran kesan yang diperolehnya. Besaran ini dapat dinyatakan dalam bentuk besaran skalar atau dalam bentuk skala numerik. Pengujian skalar ini meliputi :
a. Uji skalar garis
b. Uji Skor (Pemberian skor atau scoring)
c. Uji perbandingan pasangan (Paired comparation)
d. Uji perbandingan jamak (Multiple comparision)
e. Uji penjenjangan (uji pengurutan atau Ranking)

4.    Pengujian Diskripsi
Pengujian-pengujian sebelumnya penilaian sensorik didasarkan pada satu sifat sensorik, sehingga disebut penilaian satu demensi. Pengujian ini merupakan penilaian sensorik yang didasarkan pada sifat-sifat sensorik yang lebih kompleks atau yang meliputi banyak sifat-sifat sensorik, karena mutu suatu komoditi umumnya ditentukan oleh beberapa sifat sensorik. Pada uji ini banyak sifat sensorik dinilai dan dianalisa sebagai keseluruhan sehingga dapat menyusun mutu sensorik secara keseluruhan.
        Berikutnya adalah uji rangking (ranking test) yang meminta para panelis untuk merangking sampel-sampel berkode sesuai urutannya untuk suatu sifat sensori tertentu. Uji sensitivitas terdiri atas uji treshold, yang menugaskan para penelis untuk mendeteksi level treshold suatu zat atauuntuk mengenali suatu zat pada level tresholdnya. Uji lainnya adalahuji pelarutan (dilution test) yang mengukur dalam bentuk larutan jumlah terkecil suatu zat dapat terdeteksi. Kedua jenis uji di atas dapat menggunakan uji pembedaan untuk menentukan treshoild atau batas deteksi.
Uji rangking dilakukan dengan meminta panelis untuk mengurutkan sampel yang disajikan berdasarkan kesukaan masing-masing panelis terhadap sampel tersebut. Setiap sampel diberi kode yang berbeda-beda. Jarak atau interval antara jenjang/rangking tidak harus sama untuk setiap tingkat, misal jenjang nomor 1 dan 2 boleh berbeda dengan jenjang nomor 2 dan 3. Pada uji ini, komoditas diurutkan dengan pemberian nomor urut, dimana urutan pertamanya selalu menyatakan tingkat mutu sensori tertinggi dan urutan selanjutnya menunjukkan tingkat yang makin rendah. Parameter uji dalam uji rangking adalah rasa, aroma, tektur, dan komponen lainnya. Pengujian ini dapat dilakukan untuk menentukan mutu dari produk pangan. Produk yang berada sebagai rangking pertama dianggap memiliki sifat-sifat yang paling disukai pasar sehingga mutunya dianggap paling baik.
    Prinsip dari pengujian rangking adalah sebagai berikut :
-    Merangking atau mengurutkan sampel berdasarkan tingkat kesukaan.
-    Batas maksimal sampel yang diujikan dalam satu waktu adalah 5 sampai 7 contoh.
-    Panelis yang dilibatkan minimal 30 orang.
-    Uji statistik yang digunakan untuk mengolah data hasil uji rangking adalah friedman rank test.
Mekanisme pengujian rangking pada produk pangan yang dihasilkan yaitu sebagai berikut:
-    Dalam pengujian, panelis akan disajikan secara acak tiga contoh atau lebih yang sudah diberi kode dan pengujian dilakukan secara bersamaan.
-    Panelis akan diminta untuk mengurutkan contoh dari yang paling enak sampai kepada yang paling tidak enak.
-    Dalam uji ini akan disediakan contoh baku atau pembanding kepada panelis.
-    Urutan sampel yang dibuat panelis menunjukkan tingkat penerimaan panelis terhadap produk yang dihasilkan tersebut.
Dalam pengujian rangking ini, panelis akan diminta mengurutkan 3 jenis produk yang berbeda dan diberi dengan rangking 1 hingga rangking 3. Biasanya panelis yang digunakan minimal 10 panelis. Data yang diperoleh selama pengujian akan diolah secara statistik melalui analisis sidik ragam dan apabila data yang diperoleh berbeda tidak nyata maka akan dilanjutkan pengolahan datanya dengan meggunakan uji LSR (Least Significant Range). Uji LSR dilakukan pada produk yang berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%. Data disebut berbeda nyata jika F hitung dari produk mempunyai angka yang besar dari F tabel pada selang kepercayaan 5% dan 1%.
Pada percobaan yang berjudul uji rangking pada bahan pangan dengan menggunakan bahan berupa crepes karamel dengan 3 perlakuan berbeda yaitu kode 850 (100 gram tepung terigu : 0 gram tepung maizena), kode 720 (75 gram tepung terigu : 25 gram tepung maizena) dan kode 414 (50 gram tepung terigu : 50 gram tepung maizena). Dapat diketahui bahwa urutan paling tinggi yang dinilai oleh panelis adalah sampel dengan kode 850 dan urutan paling rendah ada pada sampel dengan kode 414 dan 720. Walaupun kode sampel 850 berada pada urutan tertinggi yang bisa disimpulkan bahwa sampel tersebut sangat enak, tetapi secara keseluruhan ketiga perlakuan pada crepes karamel berbeda tidak nyata pada taraf 5% dan 1% yang dikarenakan tekstur pada crepes karamel dengan 3 perlakuan tersebut hampir sama atau tidak ada yang berbeda yang bisa mempengaruhi rangking dari crepes karamel tersebut. Ini sesuai dengan literatur dari Budijanto, dkk., (2012) yang menyatakan bahwa pengujian organoleptik dengan metode uji rangking biasanya dilakukan skala 1-4 dan bertujuan untuk mengetahui urutan sampel yang paling disukai oleh panelis yang secara tidak langsung menyatakan urutan mutu dari sampel. Akan tetapi, jika data yang diperoleh dianalisis dengan statistik maka akan diperoleh hasil yang lebih jelas, manakah perlakuan yang berbeda sangat nyata atau berbeda tidak nyata antar perlakuan lainnya sehingga bisa diketahui tingkat penerimaan suatu panelis terhadap produk yang dihasilkan.

KESIMPULAN

1.    Pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa kelompok yaitu  kelompok pengujian pembedaan (defferent test), kelompok pengujian pemilihan atau penerimaan (preference test/acceptance test), kelompok pengujian skalar, dan kelompok pengujian diskripsi.
2.    Uji rangking merupakan salah satu uji deskriminatif yang dilakukan dengan meminta panelis mengurutkan sampel yang disajikan berdasarkan tingkat kesukaan masing-masing panelis terhadap sampel tersebut.Uji ranking dapat digunakan untuk mengurutkan intensitas, mutu, atau kesukaan konsumen dalam rangka memilih yang terbaik atau menghilangkan yang terjelek.
3.    Uji rangkingdapat menentukan rangkingsuatu sampel namun, memiliki kelemahan yaitu uji ini tidak dapat mendeteksi perbedaan intensitas sifat atau respon hedonik yang terlalu kecil atau terlalu besar sehingga penilaiannya bersifat kurang akurat.
4.    Salah satu tahapan penting untuk diperhatikan dalam pengujian organoleptik adalah menentukan jumlah sampel yang akan diuji. Selain itu, penguji harus selalu menyiapkan bahan penetralisir agar evaluasi sensori berjalan optimal. Kuesioner yang dibuat menggunakan 3 kode angka yang berbeda dan proses penyajian sampel harus acak tetapi berurutan. Proses pengujian organoleptik akan membutuhkan waktu panjang jika jumlah panelis dan atribut yang dievaluasi pada suatu produk makanan sangat banyak.
5.    Adonan crepes karamel merupakan bagian terpenting dari crepes karamel itu sendiri. Adonan crepes karamel dibuat dengan menggunakan tepung maizenasehingga adonan terlihat lebih keras dan mudah hancur. Untuk mengatasinya ditambahkan telurdan tepung terigu untuk menghasilkan adonan crepes karamel yang lebih kompak dan lebih menyatu saat dimasak.
6.    Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa crepes karamel dengan 3 perlakuan yang dapat dilihat pada kode sampel 850 (100 gram tepung terigu : 0 gram tepung maizena), kode sampel 720 (75 gram tepung terigu : 25 gram tepung maizena) dan kode sampel 414 (50 gram tepung terigu : 50 gram tepung maizena), berbeda tidak nyata berdasarkan penilaian panelis. Hal ini dikarenakan tekstur dari crepes karamel dengan 3 perlakuan itu hampir sama atau tidak ada yang berbeda.
7.    Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa roti jala dengan kode sampel 850 (100 gram tepung terigu : 0 gram tepung maizena) lebih disukai oleh panelis sehingga berada dalam urutan atau rangking tertinggi (perlakuan favorit). Hal ini dikarenakan panelis lebih menyukai tekstur yang dihasilkan pada roti jala dengan perlakuan ini yaitu lebih empuk akibat penggunaan tepung terigu yang lebih banyak.
8.    Dari hasil percobaan, dapat diketahui bahwa roti jala dengan kode sampel 414 (50 gram tepung terigu : 50 gram tepung maizena) memiliki urutan atau rangking yang rendah. Hal ini dikarenakan tekstur yang dihasilkan pada crepes karamel dengan perlakuan ini memiliki tekstur yang berada diantara kedua sampel lainnyasehingga membuat panelis kurang menyukainya.

DAFTAR PUSTAKA

Ayustaningwarno, F. 2014. Teknologi Pangan Teori Praktis dan Aplikasi. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Budijanto, S., A. B. Sitanggang, H. Wiaranti, dan B. Koesbiantoro. 2012. Pengembangan teknologi sereal sarapan bekatul dengan menggunakan twin screw extruder. Jurnal Pascapanen. 9(2): 63-69.

Etaio, M. A., M. Ojeda, P. F. Gil, J. Salmeron, dan F. J. P. Elortondo. 2010. Sensory quality control for food certification: a case study on wine panel training and qualification, method validation and monitoring. Food Control. 21(1): 542-548.

Kemp, S. E., T. Hollowood, dan J. Hort. 2009. Sensory Evaluation A Practical Handbook.Wiley-Blackwell. USA.

Lisak, K., M. Lenc, I. Jelicic, dan R. Bozanic. 2012. Sensory evaluation of the strawberry flavored yoghurt with stevia and sucrose addition. Croation Journal of Food Technology, Biotechnology, and Nutrition. 7(1): 39-43.

Setyaningsih, D., A. Apriyantono, dan M. P. Sari. 2010. Analisis Sensori Untuk
Industri Pangan dan Agro. IPB-Press. Bogor.

Stone, H., R. N. Bleibaum, dan H. A. Thomas. 2012. Sensory Evaluation  Practices. Fourth Edition. Elsevier. USA.

Suryaningrum, T. D., I. Muljanah, dan E. Tahapari. 2010. Profil sensori dan nilai gizi beberapa jenis ikan patin dan hibrid nasutus. Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 5(2): 153-159.