--> MAKALAH PENGARUH MASUKNYA IDE-IDE PEMBAHARUAN TERHADAP MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA | KUMPULAN MAKALAH

Berbagi Tugas Sekolah Makalah dan Referensi

Thursday, January 19, 2017

MAKALAH PENGARUH MASUKNYA IDE-IDE PEMBAHARUAN TERHADAP MODERNISASI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

| Thursday, January 19, 2017
A. Pendahuluan 
        Timbulnya pembaharuan pendidikan pemikiran islam di Indonesia baik dalam bidang Agama, sosial dan pendidikan diawali dan dilatarbelakangi oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul dibelahan dunia Islam lainnya. terutama diawali oleh pembaharuan pemikiran Islam yang timbul di Mesir. Turki dan India. Latar belakang Pembaharuan yang Timbul di mulai sejak kedatangan Napoleon ke Mesir. 
       Dari yang dijelaskan diatas bahwa pembaharuan pendidikan dahulunya bukan berasal dari kaum muslimin tetapi dari kaum non muslim yang pemikirannya tidak berasal pemikiran Islam. Tetapi Napoleon tidak hanya sampai ke Mesir saja bahkan Napoleon menjelajahi berbagai negeri-negeri kaum muslimin dengan membawa pembahuruan Pendidikan yang mana pada saat itu kaum muslimin mengalami kemunduran dalam pemikiran Islam Sehingga Napoleon membawa misi untuk menyampaikan ide pembaharuan keseluruh negeri-negeri kaum muslimin. 
         Pembaharuan itu sampai ke Indonesia. Pada abad ke 20 muncullah beberapa tokoh-tokoh pembaharu pemikiran Islam di Indonesia
yang bergerak diberbagai bidang yaitu social, Pendidikan, dan politik. 
         Dalam makalah ini akan dibahas secara khusus bagaiman ide-ide pembaharuan pendidikan masuk ke Indonesia.  
B. Awal Masuknya Ide Pembaharuan di Indonesia. 
         Di Indonesia awal masuknya Ide pembaharuan Pendidikan oleh beberapa tokoh-tokoh Indonesia pada abad ke - 20 yang berawal dari pemikiran Islam yang mengalami pembaharuan setelah bermukim di Mesir. Diantaranya Syekh Muhammad Jamil Jambek, Syekh Thaher Jalaluddin, Haji Karim Amrullah, Haji Abdullah Ahmad, Syeck Ibrahim Musa, Zainuddin Labai Al-Yunusi, yang kesemuanya ini berasal dari Minangkabau. 
         Di Jawa juga ada beberapa tokoh yang mulai melakukan gerakam-gerakan untuk memasukkan ide-ide Pembaharuan pendidikan melalui gerakan atau organisasi di bidang pendidikan yang bergerak untuk memperbaharui pendidikan Islam Di Indonesia. 
        Latar belakang pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia di pengaruhi oleh dua factor. Pertama pemabaharuan yang bersumber dari ide-ide yang muncul dari luar yang dibawa  oleh para tokoh atau ulama yang pulang ke tanah air setelah beberapa lama tinggal di Mesir, Mekkah, Madinah dan Kairo). Ide-ide yang mereka peroleh diperantauan itu menjadi wacana pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam di Indonesia. 
         Mekkah sebagai tempat berkumpulnya umat Islam yang mana pada saat pelaksanaan Haji, pertemuan kaum Muslimin saat itu merupakan waktu yang tepat dalam memberikan ide-ide pemikiran Islam yang pada akhirnyan akan membawa kaum muslimin tersebut kembali ketanah airnya setelah melaksanakan Haji. Pemikiran - pemikiran tersebut meliputi dari Akidah, Fiqih, Sufistik, dan Pemikiran tentang politik yang muncul pada saat abad ke - 19.
          Syaikh Abdullah Ahmad, tokoh pembaharu pendidikan Islam dari Sumatera Barat adalah pionner dan pelopor yang pertama kali memperkenalkan sistem madrasah yaitu model pendidikan agama yang menggunakan kelas dilengkapi bangku, meja, papan tulis, kurikulum yang tersandar, Ijazah dan visi lulusannya yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Lulusannya selain menguasai ilmu agama Islam. Juga menguasai ilmu pengetahuan umum, keterampilan, mampu berbahasa asing, khususnya bahasa Arab dan bahasa Inggris. Melalui madrasah yang dipimpinya, umat Islam Indonesia memiliki kesadaran tentang perlunya membangun Dunia Islam yang lebih maju dan menjanjikan. 
          Syekh Taher Djalaluddin, adalah salah seorang diantara pelajar Indonesia yang bermukim di Mekkah untuk menuntut ilmu. Sekembalinya beliau dari Mekkah pada tahun 1900 beliau mendirikan sekolah di Singapura dengan nama al-Iqbal Al Islamiyah. Beliau adalah orang yang dihormato dan dijunjung oleh H. Abdullah Ahmad yang kemudian mendirikan Adabiyah School di Indonesia pada tahun 1909 setelah beliau menjunjungi sekolah Al Iqbal di Singapura. 
        Kedua faktor yang bersumber dari kondisi tanah air juga banyak mempengaruhi pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. Kedua, faktKondisi tanah air Indonesia pada awal abad kedua puluh adalah dikuasi oleh kaum penjajah Barat. Dalam bidang pendidikan pemerintahan kolonial Belanda melakukan kebijakan pendidikan diskriminatif. Lembaga pendidikan dikala itu tanah air dibagi menjadi tiga strata. Strata pertama adalah starata tertinggi yaitu sekolah untuk anak-anak bumi putra yang orang tuanya memiliki kemampuan ekonomi dan mempunyai posisi pemerintahan. Sekolahnya dinamakan, HIS, MULO, AMS dan seterusnya sampai keguruan tinggi. Strata terendah adalah sekolah untuk anak-anak bumi putra yaitu sekolah Desa (3 Tahun) atau sekolah Kelas Dua (5 Tahun).
        Sementara itu dikalangan ummat islam memiliki lembaga pendidikan pesantren, rangkang, dayah dan surau. Dengan menekankan mata pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik. Pendidikan pesantren ini sangat berbeda sekali sistemnya dengan sekolah-sekolah pemerintah Hindia Belanda. Melihat kondisi yang demuikian itu, maka sebagian tokoh-tokoh umat Islam berupaya untuk melaksanakan pembaruan dalam bidang pendidikan.

C. Pembaruan (Modernisasi) Dan Kebangkitan Pendidikan Islam di Indonesia
       Masuknya ide-ide pembaruan ke Indonesia sangat besar pengaruhnya bagi terealisasinya pembarauan pendidikan.
        Pembaruan pendidikan Islam di Indonesia dimulai dengan munculnya sekolah Adabiyah. Sekolah ini adalah setara dengan sekolah HIS yang didalamnya agama dan Al-quran diajarkan wajib. Dalam tahun 1945, sekolah ini menerima subsidi dari pemerintah dan mengganti namanya menjadi dHollandsch School Adabiyah (Noer, 1980:50)
           Menurut Mahmud Yunus sekolah Adabiyah ini adalah sekolah agama yang pertama memakai sistem klasikal, berbeda dengan pendidikan di surau-surai yang tidak berkelas-kelas, tidak memakai bangkum, meja, papan tulis, hanya duduk bersila saja. Dan juga sekolah madrasah pertama di minangkabau, bahkan diseluruh Indonesia. Adabiyah ini berperan sebagai madrasah sampai dengan tahun 1914. dan kemudian tahun 1915 telah berubah menjadi HIS.
I. Adabiyah School Sebagai Salah Satu Lembaga Pendidikan Islam pada masa Pembaharuan
        Sekitar tahun 1906 Abdullah Ahmad pindah ke Padang untuk menggantikan pamannya yang baru meninggal sebagai guru. Di kota ini mengadakan tabligh-tabligh dan pertemuan -pertemuan untuk membahas masalah-masalah agama serta mendirikan perkumpulan Adabiyah beberapa tahun kemudian. Perkumpulan ini bermula dari sekelompok murid-muridnya yang berjumlah delapan orang yang secara terus menerus melakukan pertemuan. Selain itu, ia juga memberikan pelajaran kepada kira-kira 300 orang penduduk, dan sebagian dari mereka terdiri dari orang dewasa. Pada tahap selanjutnya Abdullah Ahmad mengganti sistem pengajaran tradisionalnya itu dengan sistem sekolah agama (madrasah) yang diberi nama Adabiyah School. Penanaman ini mungkin sekali dimaksudkan sebagai symbol kebangkitan ilmu pengetahuan dalam posisinya sebagai pilar utama kebangkitan peradapan Islam, dan mungkin pula di ilhami oleh hadist Nabi Muhammad SAW. Yang diriwayatkan : Adabany rabbiy fa ahsana ta'ahsana ta'dibiy (Tuhanku telah mendidikku, maka perbaikilah pendidikanku).
         Madrasah adabiyah baru didirikan Abdullah Ahmad Tahun 1907 - berarti sekitar delapan tahun setelah kembali dari Mekkah. Inisiatif pendirian madrasah itu mungkin sudah tertanam sejak lama ketika ia mulai terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran kaum Pembaharuan Timur Tengah seperti Muhammad Abduh. Namun demikian secara praktis mulai tergerak untuk mendirikan madrasah itu setelah mengadakan kontak insentif dengan koleganya di Singapura, Tahir Dajaluddin. Bahkan pada tahun 1906, ia sengaja mengunjungi langsung temannya itu untuk tujuan utama mendirikan madrasah. Tahir Djalaluddin sendiri memang termasuk kaum pembaharu yang sudah sudah merencanakan mendirikan madrasah moderen si Singapura. - rencananya itu sudah dipublikasikan di majalah al-iman terbitan Singapura yang juga beredar di Padang dan Abdullah Ahmad selalu membacanya. Disamping kontak dengan Tahir Djalaluddin, Keinginan kuat Abdullah Ahmad untuk mendirikan madrasah Adabiyah juga tumbuh karena melihat tertib dan baiknya sekolah gubernur Padang. Pada awalnya  madrasah Adabiyah didirikan di Padang Panjang kampung halamannya. Sistem pendidikan madrasah ini sangat berbeda dari cara pendidikan di surau. Secara konsisten, Abdullah Ahmad menyelenggarakan madrasah itu dengan mengajarkan ilmu-ilmu agama dan ditambah dengan pelajaran membaca dan menulis latin serta ilmu hitung. Jika dalam pendidikan di surau tidak dilakukan secara perkelas, maka dalam rencana pendidikan di madrasah Adabiyah diatur berdasarkan kelas. Dalam rencana yang ideal, madrasah Adabiyah diharapkan menjadi semacam sekolah guberdemen Islam yang membawakan watak pembaharuan dengan misi pembebasan umat dari sikap taklid.
        Belum berjalan satu tahun, Madrasah Adabiyah itu gagal berkembang, baik karena alasan situasi sekitarnya maupun karena alasan kondisi Abdullah Ahmad Sendiri. Sejak awal pendiriannya, madrasah itu mendapat tantangan dari masyarakat Padang Panjang yang kebanyakan tidak menyukai polanya. Kalau tidak karena kegigihannya, Madrasah Adabiyah ini sebenarnya tidak menyukai polanya. Kalau tidak karena kegigihannya, Madrasah Adabiyah ini sebenarnya tidak akan bisa berdiri lagi karena hampir tidak mendapatkan murid mengingat diwilayah itu masyarakat masih terpaku dengan sistem surau.Mungkin karena caranya yang terlalu drastis, ia tidak memperoleh dukungan penuh dari ulama dan masyarakat. Di samping itu dari segi usaha perekonomian sangat kurang menguntungkan bagi bisnisnya. Fasilitas yang tersedia di daerah itu juga agaknya tidak cukup memadai untuk menunjang cita-citanya yang lebih jauh dalam penerbitan surat kabar.
        Tidak patah semangat, Abdullah Ahmad memindahkan madrasah itu ke Padang, dikota ini ia Abdullah Ahmad pada tahun 1914 mempelopori berdirinya "Syarikat Oesaha" karena ia berpandangan bahwa untuk mencapai kemajuan ekonomi dan pendidikan, perlu sebuah organisasi. Sehingga dengan mudah, dalam waktu singkat ia sudah memiliki pelanggan-pelanggan usaha penjualan kainnya. Tidak seperti di Padang Panjang, di Padang madrasah itu mendapat sambutan bagus dari para pedagang meskipun tetap mendapat tantangan dari kalangan ulama dan masayarakat awam. Perkembangan madrasah ini di Padang mencapai kemajuan yang cukup berarti antara lain karena kurikulumnya lebih menekankan mutu pendidikan pada mata pelajaran umum yang hampir menyerupai HIS. Untuk meningkatkan ilmu pendidikan di madrasah itu, ia melibatkan empat guru bahasa belanda. Beberapa guru dari kalangan pribumi dipersyaratkan memiliki ijazah pengajaran di tingkat HIS.
          Mata pelajaran agama dimadrasah ini hanya diberikan dua kali satu minggu, selabihnya untuk mata pelajaran umum dan keterampilan membaca, menulis dan berhitun. Karena kualitas pendidikan dan kurikululm pengajarannya, madrasah ini mendapat peengakuan dari pemerintah Belanda pada tahun 1915. peristiwa ini berarti, bahwa madrasah ini merupakan sekolah pertama setingkat HIS yang didirikan oleh kalangan bangsawan dan pegawai, Madrasah Adabiyah terbuka untuk umum sejauh dapat membayar uang pendidikan yang tidak begitu mahal. Oleh karena itu, kalangan pedagang sangat suka dengan madrasah ini sehingga mengirimkan anak-anak mereka untuk bersekolah disana.
           Sepeninggal Abdullah Ahmad, gagasan dan usaha pembaharuan pendidikan Islam di Minangkabau tidak berhenti. Kebanyakan penulis memang tidak menjelaskan bagaiman kelanjutan madrasah Adabiyah itu,tetapi pada umumnya menunjukkan tokoh-tokoh lain yang juga mengembangkan madrasah namun dengan pola yang tidak teralu mirip dengan sekolah ala Belanda. Mungkin para pendiri madrasah -madrasah itu mendapat banyak pelajaran dari akibat yang diterima Abdullah karena caranya yang sangat drastis dalam mengubah pendidikan Islam.

II. Sumatera Thawalib
           Gagasan yang pertama kali tentang ide-ide Pembaharuan pemikiran Islam dibawa oleh Bagindo Djamaloeddin Rasyad pada tahun 1995 dalam sebuah rapat umum (tabligh) di Padangpanjang. Gagasan ini diambil oleh Syeckh Haji Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) berpikir tentang usaha mendirikan sebuah organisasi yang kemudian ditindak lanjuti. Oleh inisiatif Haji Habib.
               Pada tahun 1918 Perkumpulan organisasi ini dahulunya diberi nama perkumpulan koperasi yang dikemudian diberi nama "Sumatera Thawalib" setelah mengalami perkembangan pesat yang terlihat dari keuntungan yang diperolehnya. Dari usaha ini maka sebagian uangnya diberikan untuk mengaji guru-guru, dan sebagian lagi untuk mengembangkan bidang pengajian agama dan menyebarluaskan ajaran Islam.
             Sebelumnya pendidikan Thawalib masih mengacu pada pola pendidikan mesir dan menggunakan sistem Halaqoh. Setelah adanya upaya pembaharuan,yaitu kurikulumnya, metode lembaga pendidikan ini secara bertahap mengalami pembaharuan, yaitu kurikulumnya, metode mengajar, buku yang dipergunakan, memasukkan pelajaran umum disamping pelajaran agama. Pembaharuan dilakukan Haji Rasul terhadap Institusi Pendidikan ini, di antaranya, untuk pelajar tingkat tinggi, kitab yang pakai yaitu ; Kitab Tafsir Al-Manar karya Abdub dan Rasyid Ridha, kitab karya ibn Taimiyah, dan Ibn al-Qayyim. Sedangkan untuk kelas tujuh, Haju Rasul memperkalkan system kelas diskusi yang membahas tentang persoalan agama yang terjadi dalam masyarakat. Untuk mengawasi operasional administrasi pendidikan, dibentuk sebuah badan pengawas yang dinamakan Dewan Sekolah. Pada tanggal 15 Januari 1919 didirikan pula lembaga pendidikan oleh Syekh Ibrahim Musa Parabek yang diberi nama Sumatera Thawalib Surau Parabek dengan tujuan memperdalam ilmu dan mengembangankan agama Islam dalam modifikasi yang baru kepada umat Islam.
          Upaya pembaharuan terhadap system pendidikan yang dilakukan Sumatera Thawalib tidak semuanya disambut baik oleh masyakat Minangkabau, bahkan umat Islam secara umum. Ide-ide modernisasi pendidikan yang dikembangkan kaum intelektual Minangkabau seringkali mendapatkan sandungan, baik pemerintah Kolonial Belanda, maupun masyarakat yang berpikiran tradisional. Ketika paham komunisme berkembang, Sumatera Thawalib juga terkena paham Komunisme yang dibawah oleh dua guru Thawalib yaitu Datuk Batuah dan Zainoeddin dengan memprogandakan paham komunisme melalui tabligh dan penerbitan. Sejak tahun 1929, sumatera Thawalib berubah nama menjadi "Persatuan Muslim Se Indonesia". Yang disingkat dengan PMI. Organisasi ini berubah ke organisasi politik dengan mendengungkan kemerdekaan dan pembebasan diri dari penjajahan Belanda. Pada tahun 1932, singkatan PMI diganti dengan PERMI serta menetapkan Islam dan Nasionalisme sebagai asas perjuangannya.
  III. Madrasah Tarbiyah Islamiyah
          Lembaga ini didirikan tanggal 5 Mei 1928 M. (15 Zulkaedah 1346) oleh Syeckh Haji Soelaimanar- Rasuli (Inyak Canduang) di Candung) di Candung Baso Bukittinggi sebagai lembaga Pendidikan sekaligus Pemersatu sekolah-sekolah yang didirikan Ulama tradisional (Kaum Tuo) di Minangkabau. Ide  pembaharuan Surau Baru ini tidak lepas dari dorongan teman-temannya yang juga mendirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah ditempat masing-masing.
           Dengan berkembangnya tuntutan Zaman, maka MTI Candung melakukan beberapa perubahan dan pengembangan terhadap kurikulum pendidikannya, untuk pendidikan Madrasah (Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah). Kurikulum yang dipergunakan adalah Kurikulum Nasional, Namun demikian, Visi Tafaqquh fi-al Din tetap dominan pada institusi ini. Sedangkan untuk pendidikan Qismul'Ali (Pendidikan Pesantren Tradisional), Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum yang dirumuskan Yayasan MTI Candung.
 IV. Arabiah School
         Arabiyah School didirikan oleh Syeckh Abbas Ladang Lawas di Agam pada tahun 1918. Ruang pendidikannya terdiri atas tiga local berdinding bamboo beratap rumbia. Akan tetapi, Institusi ini sudah memiliki bangku, meja, papan tulis, dan kapur. Lembaga pendidikan Arabiyah School merupakan Instutusi pendidikan tingkat dasar (elementer). Akibat kurang mendapat sambutan dari masyarakat, akhirnya beberapa tahun kemudian institusi ini ditutup.
         Materi pelajarannya berpangkal pada ajaran Islam dalam jumlah yang terbatas, sedangkan beberapa mata pelajaran umum lebih dominan.
V. Media Massa
         Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam bukan hanya melalui Lembaga Pendidikan tetapi juga melalui Media Massa, seperti majalah yang sengaja diterbitkan dengan tujuannya untuk menghembuskan ide-ide pembaharuan terutama dalam menghadapi kaum tradisional. Yakni majalah al-imran yang dipengaruhi majalah Al-Manar dan Al-Urwat al-Utsqa di Mesir dan Majalah Al-Munir yang memiliki Visi yaitu be rupaya meluruskan Aqidah Umat dari khurafat, tahayul dan bid'ah yang melanda Umat Islam sehingga mengalami kemunduran berpikir.
D. Kesimpulan
           Pembaharuan Pemikiran Pendidikan Islam dapat mengarahkan pola pendidikan Islam sesuai dengan ajaran Islam yang dibawah oleh asing sebagai asasnya, karena Islam sudah memberikan petunjuk Bahwa al-quran segala dasar sumber kehidupan bukan dari pemikiran asing yang bukan muslim dan belajar daribagian Peradapan Barat. pada pokoknya seluruh masalah "modernisasi" pendidikan Islam, yakni membuatnya mampu untuk produktivitas intelektual Islam yang kreatif dalam semua bidang usaha intelektual bersama-sama dengan keterkaitan yang serius kepada Islam. Modernisasi pendidikan Islam bukan pada perlengkapan dan peralatan-peralatan fisik pengajaran seperti buku-buku, tetapi upaya moderenisasi lebih pada membangun intelektualisme Islam. Untuk itu, perumusan pendidikan tinggi Islam haruslah didasarkan pada metode penafsiran yang benar terhadap al-Qur'an, karena al-Qur'an harus ditempatkan sebagai titik intelektualisme Islam. Pemahaman yang benar dan mendalam terhadap al-Qur'an yang berfungsi sebagai petunjuk dan inspirasi bagi generasi muda Islam. Kemudian kurikulum yang ditawarkan adalah terbuka bagi kajian-kajian filsafat sebagai kegiatan kritis analitis dalam melahirkan gagasan-gagasan yang bebas, kreatif berdasarkan al-Qur'an.
Daftar Pustaka
               Asrohah, Hanun. 1999. Sejarah Pendidikan Islam. Ciputat:Logos
           Daulay, Haidar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan Dan Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
               Maksum. 1999. Madrasah Sejarah dan Perkembangannya. Ciputat : Logos    
            Nata, Abuddin. 2005. Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : PT. Grafindo Persada
              Nizar, Samsul. 2005. Sejarah dan Pergolokan Pemikiran Pendidikan Islam.
Ciputat : Quantum Teaching.

Related Posts

No comments:

Post a Comment