--> MAKALAH TENTANG : KEISTIMEWAAN AL-QURAN | KUMPULAN MAKALAH

Berbagi Tugas Sekolah Makalah dan Referensi

Thursday, January 26, 2017

MAKALAH TENTANG : KEISTIMEWAAN AL-QURAN

| Thursday, January 26, 2017
BAB II
PEMBAHASAN

 A.  Pengertian Mukjizat
         Menurut bahasa kata Mu’jizat berasal dari kata i’jaz diambil dari kata kerja a’jaza-i’jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu.Pelakunya (yang melemahkan) dinamakan mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mu’jizat.
       Menurut istilah Mukjizat adalah  peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya. Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai suatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah SWT.Melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.
Manna’Al-Qattan mendefenisikannyademikian:

اَمْرٌخَارِقٌ لِلْعَادَةِمَقْرُوْنٌ بِالتَّحَدِّيْ سَالِمٌ عَنِ الْمُعَارِضَةِ
“Suatu kejadian yang keluar dari kebiasaaan , disertai dengan unsur tantangan , dan tidak akan dapat ditandingi.
[1]
Unsur-unsur mukjizat, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab adalah:
1. Hal atau peristiwa yang luar biasa
         Peristiwa-peristiwa alam yang terlihat sehari-hari, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat.Hal ini karena peristiwa tersebut merupakan suatu yang biasa.Yang dimaksud dengan “luar biasa” adalah sesuatu yang berbeda di luar jangkauan sebab akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum.Demikian pula dengan hipnotis dan sihir, misalnya sekilas tampak ajaib atau luar biasa, karena dapat dipelajari tidak termasuk dalam pengertian “luar biasa” dalam definisi di atas.

2. Terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku Nabi.
         Hal-hal di luar kebiasaan tidak mustahil terjadi pada diri siapapun.Apabila keluarbiasaan tersebut bukan dari seorang yang mengaku Nabi, hal itu tidak dinamai mukjizat.Bertitik tolak dari kayakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW.adalah Nabi terakhir, maka jelaslah bahwa tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalannya.

3. Mendukung tantangan terhadap mereka yang meragukan kenabian
         Tentu saja ini harus bersamaan dengan pengakuannya sebagai Nabi, bukan sebelum dan sesudahnya. Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang berjalan dengan ucapan sang Nabi. Kalau misalnya ia berkata, “batu ini dapat bicara”, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa “Sang penantang berbohong”, maka keluarbiasaan ini bukan mukjizat, tetapi ihanah atau istidraj.

4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
         Bila yang ditantang berhasil melakukan hal serupa, ini berarti bahwa pengakuan sang penantang tidak terbukti. Perlu digarisbawahi di sini bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang.Untuk membuktikan kegagalan mereka, aspek kemukjizatan tiap-tiap Nabi sesuai dengan bidang keahlian umatnya.

B.     Macam-macam Mukjizat
        Secara garis besar, mukjizat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat material indrawi yang tidak kekal dan mukjizat immaterial, logis, dan dapat dibuktikan sepanjang masa.Mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan jenis pertama.Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan dan dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat mereka menyampaikan risalahnya.[1]
         Perahu Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat. Tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam kobaran api yang sangat besar; berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s. menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah, dan lain-lain, kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW, yang sifatnya bukan indrawi atau material, tetapi dapat dipahami akal. Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun.[2]
Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok:[3]

1.      Para Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu. Karena itu, mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad  yang diutus seluruh umat manusia sampai akhir zaman sehingga bukti ajaranya harus selalu ada dimana dan kapanpun berada. Jika demikian halnya, tentu mukjizat tersebut tidak mungkin bersifat material, karena kematerialan membatasi  ruang dan waktunya.

2.      Manusia mengalami perkembangan dalam pemikiranya. Umat para Nabi khususnya sebelum Nabi Muhammad membutuhkan bukti kebenaran yang sesuai dengan tingkat pemikiran mereka. Bukti tersebut harus demikian jelas dan langsung terjangkau oleh indra mereka. Akan tetapi, setelah manusia  mulai menanjak ke tahap kedewasaan berpikir, bukti yang bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi.Itulah sebabnya Nabi Muhammad ketika diminta bukti-bukti yang sifatnya demikian oleh mereka yang tidak percaya,beliau diperintahkan oleh Allah untuk menjawab:

                               .قُلْ سُبْحَا نَ رَبِّيْ هَلْ كُنْتُاِلَّا بِشَرًارَسُوْلًا

Artinya:

“Katakanlah,Mahasuci Tuhanku,bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”.(Q,S. Al-Isra’[17]:93)

C.     Bukti Historis Kegagalan Menandingi Al-Qur'an
         Al-Qur'an digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya yang tidak mempercayai kebenaran Al-Qur'an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguhpun memiliki tingkat fashahah dan balaghah yang tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi memintanya untuk menandingi Al-Qur'an dalam tiga tahapan:

1. Mendatangkan semisal Al-Qur'an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Isra (17) ayat 88:

قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
 
Artinya:

“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian lain.” (Al-Isra (17): 88)

2. Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam surat Hud (11) ayat 13:

            أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

 Artinya

“Bahkan mereka mengatakan, Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. “ Katakanlah, kalu demikian, maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat menyamai, dan panggilah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (Q.S. Hud [11]: 13)

3.Mendatangkan satu  surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur'an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al-Baqarah (2) ayat 23:

            وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Artinya:

 “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kami orang-orang yang benar” (QS. Al Baqarah (2): 23)

Sejarah telah menunjukan bahwa jawaban orang-orang Arab ternyata gagal menandingi Al-Qur'an. Inilah beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu:

        Pemimpin Quraisy pernah mengutus Abu Al-Walid, seorang sastrawan ulung yang tiada bandingannya untuk membuat sesuatu yang mirip dengan Al-Qur'an ketika Abu Al-Walid berhadapan dengan Rasulullah SAW. Yang membaca suratFushilat, ia tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al-Qur'an dan ia pun kembali pada kaumnya dengan tangan hampa.
        Musailamah bin Habib Al Kadzdzab yang mengaku sebagai Nabi juga pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Ia mengaku

bahwa dirinyapun mempunyai Al-Qur'an yang diturunkan dari langit dan dibawa oleh Malaikat yang bernama Rahman.

D. Segi-segi Kemukjizat Al-Qur'an


1.      Gaya Bahasa
         Gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu merasa kagum dan terpesona, bukan saja orang-orang mukmin, tetapi juga bagi orang-orang kafir.Kehalusan ungkapan bahasanya membuat banyak diantara mereka masuk Islam. Bahkan, Umar bin Khattab pun yang mulanya dikenal sebagai orang yang paling memusuhi nabi Muhammad SAW, dan bahkan berusaha membunuhnya, memutuskan masuk Islam dan beriman pada kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Al-Qur-an. Susunan Al-Qur-an tidak dapat disamakan oleh karya sebaik apa pun.[4]

2.      Susunan Kalimat

         Kendatipun Al-Qur-an, hadis qudsi, dan hadis nabawi sama-sama keluar dari mulut nabi,uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda.Uslub bahasa Al-Qur-an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan lainya.Al-Qur-an muncul dengan uslub yang begitu indah. Didalam uslub tersebut terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akan pernah ada ucapan manusia.

3.      Hukum Ilahi yang Sempurna

        Al-Qur-an menjelaskan pokok-pokok aqidah, norma-norma keutamaan, sopan-santun, undang-undang ekonomi, politik, sosial, dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum ibadah. Al-Qur-an menggunakan dua caramenetapkan sebuah ketentuan hukum, yakni:[5]

a.       Secara global
        Persoalan ibadah umumnya diterangkan secara global, sedangkan perincianya diserahkan kepada ulama melalui ijtihad.

b.      Secara terperinci
        Hukum yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang piutang, makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah perkawinan.

4.      Ketelitian Redaksinya
Ketelitian redaksi Al-Qur-an bergantung pada hal berikut:

a.  Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya.
(1).” Al-Hayah” (hidup) dan “al-maut” (mati), masing-masing sebanyak 145 kali.
(2). “An-naf” (manfaat) dan “Al-madharah” (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali.
(3). “Al-iman” (iman) dan “Al-kufr “ (kekufuran) masing-masing sebanyak 17 kali.

b.  Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya/makna yang dikandungnya.
(1).”Adh-Dhalum” dan “al-mawta’(orang sesat/mati jiwanya),masing-masing 17 kali.
(2).”Al-Quran”,Al-Wahyu” dan “Al-islam” (Al-Quran,wahyu,dan islam),masing-masing 70 kali.[6]

c.  Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang menunjukan akibatnya.

(1).”Al-bukhl” dengan “al-hasarah”(penyesalan),masing-masing 12 kali.
(2).”Al-Kafirun”(orang-orang kafir) dengan “an-nar/Al-ahraq”

d.      Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya.
(1). “Al-israf” (pemborosan) dengan “as-sur’ah”(ketergesaan),masing-masing 23 kali.

e.  Disamping keseimbangan-keseimbangan tersebut, ditemukan juga keseimbang khusus
1.  Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata hari yang menunjukan bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga puluh, sama dengan jumnlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam setahun.

2. Al-Qur-an menjelaskan bahwa langit itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni dalam surat Al-Baqarah [2]ayat 29, surat Al-Isra [17] ayat 44, surat Al-Mukmin [23] ayat 86, surat Al-Fushilat [41] ayat 12, surat Ath-Thalaq [65] ayat 12, surat Al-Mulk [67] ayat 3, dan surat Nuh [71] ayat 15. Selain itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan pula dalam tujuh ayat.

3.Kata-kata yang menunjukan kepada utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita tersebut, yakni 518.[5]
4.      Berita tentang Hal-hal yang Gaib
      Sebagaimana ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur'an itu adalah berita gaib.Salah satu contohnya adalah Fir’aun, yang mengejar-ngejar Nabi Musa. Hal ini, diceritakan dalam surat Yunus (10) ayat 92:

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ

       “Maka pada hari Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”

       Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan Firaun akan diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun SM. Pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896 di lembah raja-raja Luxor Mesir, seorang ahli purbakala Loret menemukan satu mumi, yang dari data-data sejarah terbukti bahwa ia Firaun yang bernama Muniftah yang pernah mengejar Nabi Musa a.s. selain itu pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Firaun tersebut. Apa yang ditemukannya satu jasad utuh, seperti yang diberitakan Al-Qur'an melalui Nabi yang ummy (tidak pandai membaca dan menulis).

6.      Isyarat-isyarat Ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Qur-an misalnya:
a.      Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakan napas,
b.       Perbedaan sidik jari manusia.
c.      Aroma/bau manusia berbeda-beda.

 BAB III
PENUTUP

A.  KESIMPULAN
          Dari makalah dapat di ambil kesimpulan bahwa Al-Qur'an ini adalah Mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.Kita tahu bahwa setiap Nabi diutus Allah selalu dibekali mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap pesan atau misi yang dibawa oleh Nabi.
         Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi tiap-tiap Nabi, setiap mukjizat bersifat menantang baik secara tegas maupun tidak, oleh karena itu tantangan tersebut harus dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya itulah sebabnya jenis mukjizat yang diberikan kepada para Nabi selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakat yang ditantang tersebut.

B.     SARAN
       Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.
  
DAFTAR PUSTAKA

A. Abdul Djalal H. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 2008.
Ahmad, Syirbasy.Sejarah Al-Our’an,. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1985
Anwar,RosidonPengantar Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Charisma, Moch.Chadziq.Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu, 1991.
Departemen Agama RI. Mushaf al-Qur’an Terjemah. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2007.
Ghazali, Syaikh Muhammad Al. Al-Qur’an Kitab Zaman Kita. Bandung: Mizan, 2008.
MKD Sunan Ampel Surabaya.Studi Al-Qur’an Surabaya: IAIN Sunan Ampe, 2001.
Qur’an in Word
Rahman, Afzalur. Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1999.

[1] Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi,Mukjizat Al-Quran,terj.,Bungkul Indah, 1995, hlm. 3.
2.Harun Nasution,et. Al.,Ensiklopedi Islam Indonesia,Djambatan,Jakarta, 1992, hlm. 794-795.
3.Quraish Shihab,”Pengantar”, dalam Daud Al-Aththar,Perspektif Baru Ilmu Al-Quran,Pustaka Hidayah,Bandung, 1994, hlm.10.
4.M. Quraisy Shihab,Mukjizat Al-Quran,Mizan,Bandung, 1997, hlm.23.
5.Ibid.
6.Said Agil Husain Al-Munawwar,Ijaz Al-Quran, dan Metodologi Tafsir.
7.Manna’Al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulum Al-quran, Mansyurat Al-Ashr Al-Hadis,ttp., 1973, hlm. 259.
8.Shihab, Mukjizat…,hlm. 24-25.
9.Shihab, Mukjizat…,hlm.35
10.Ibid.,hlm. 36: Bandingkan dengan Abdul Qadir ‘Atha, Azhamat Al-Quran,Dar Al-Kutub  Al- Ilmiah, Bairut,t,t., hlm. 55.
11.Shihab, Mukjizat…, hlm, 36-37.
12.Ibid, hlm. 259.
13.Gubahan-gubahan wahyu palsu lainnya dapat dilihat pada Abu Bakar Aceh,Sejarah Al-Quran,Ramadhani,Solo, 1989, hlm. 416-418.
14.Muhammad Ali Ash-shabuni, At-Tibyan fi Ulum Al-Quran,Maktabah Al-Ghazali, Damaskus, 1390, hlm. 105
15.Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran,Nizan, 1992, hlm. 23.
16.Al-Shabuni,op. cit., hlm. 198
17.Al-Munawar,op. cit., hlm 19.

Related Posts

No comments:

Post a Comment